Dasar Keberlanjutan dalam Teknik Sipil (Fundamentals of Suistainibility in Civil Engineering)

Mohammad Khairul Rijal
HMS ITB
Published in
5 min readJul 7, 2021
Building Construction with Cranes | Foto : iPortret via canva.com

Pemanasan global dan perubahan iklim terus berlangsung dan melaju dalam kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Dampak langsung maupun tidak langsung perlahan-lahan semakin mudah ditemukan. Frekuensi dan skala bencana terkait perubahan iklim juga kian meningkat dan masif. Penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi adalah emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Berbagai sektor terkait industri dan kegiatan konstruksi menjadi salah satu penyumbang utama emisi gas CO2 global. Di dalam sektor industri dan manufaktur, termasuk di dalamnya proses produksi semen dan baja struktural, menyumbangkan 7% dari total emisi global (± 4 Gigaton CO2 di tahun 2019). Sementara itu, sektor transportasi menyumbangkan emisi yang lebih besar lagi, memberikan proporsi 14% dari emisi gas CO2 global. Besarnya emisi ini belum termasuk emisi yang disumbangkan oleh penggunaan energi tak ramah lingkungan di dalam aktivitas konstruksi dan operasional infrastruktur. Emisi-emisi ini di dalam sektor konstruksi dan bangunan telah mencapai rekor tertingginya di tahun 2019, menyumbang 38% emisi gas global terkait penggunaan energi.

Untuk mencegah terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merumuskan Perjanjian Paris yang mengatur pembatasan pengeluaran jumlah emisi gas CO2 global sehingga dapat menurunkan temperature global dibawah 2 derajat celsius. Akan tetapi, laporan pada tahun 2020 menunjukkan emisi gas CO2 global semakin menyimpang dari target yang ditetapkan. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antar semua pihak untuk memberikan suatu solusi nyata meminimalisir pengeluaran emisi gas CO2 global yang dihasilkan oleh berbagai sektor industri. Salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas CO2 global tersebut adalah dengan menerapkan pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa mengorbankan generasi masa mendatang.

Menurut American Society of Civil Engineering (ASCE) berkelanjutan didefinisikan sebagai seperangkat kondisi lingkungan, ekonomi, dan sosial di mana seluruh masyarakat memiliki kapasitas dan kesempatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya tanpa batas waktu tanpa menurunkan kuantitas, kualitas, atau ketersediaan sumber daya alam, ekonomi, dan sosial. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keberlanjutan terdiri dari 3 pilar penting yaitu keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan keberlanjutan sosial. Bagian berikutnya akan berisi pembahasan mengenai ketiga pilar tersebut.

3 Pilar Berkelanjutan | Gambar : Fundamentals of Suistainability of Civil Engineering

Ketiga pilar keberlanjutan tersebut harus diterapkan di seluruh bidang teknik sipil seperti struktur, transportasi, geoteknik, dan lingkungan sehingga menciptakan infrastruktur yang tidak hanya kuat namun juga berkelanjutan.

Keberlanjutan Ekonomi

Dalam konteks berkelanjutan secara ekonomi, maka keberlanjutan bisa diterapkan melalui beberapa hal berikut.

  1. Efisiensi dalam desain dan material agar tidak menimbulkan sisa material yang berlebihan
  2. Fleksibilitas atau kemampuan bangunan untuk beradaptasi dengan berbagai kebutuhan atau fungsi sehingga di masa datang bangunan bisa bertumbuh tanpa harus dibongkar secara total
  3. Efisiensi biaya operasional
  4. Bangunan hendaknya memiliki nilai kebermanfaatan bagi lingkungan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

Untuk mencapai keberlanjutan ekonomi juga perlu dilakukan Analisis Biaya Siklus Hidup atau Life Cycle Cost Analysis (LCCA). Analisis biaya siklus hidup atau Life Cycle Cost Analysis (LCCA) adalah suatu penilaian ekonomi terhadap suatu lingkup, area, sistem dan fasilitas dengan menggunakan berbagai desain alternatif sehingga menghasilkan biaya yang paling efektif dan efisien. Komponen perhitungan LCCA adalah memperkirakan biaya konstruksi, biaya pengelola, biaya pengguna dan biaya lingkungan. Selain perlu adanya Life Cycle Cost Analysis (LCCA), perlu juga memahami konsep Life Cycle Stage dalam pembangunan sebuah konstruksi. Konsep Life Cycle Stage berfungsi untuk menentukan kegunaan dari sebuah bangunan atau infrastruktur setelah mencapai masa layan. Berikut adalah Life Cycle Stage dalam konstruksi sebuah bangunan atau infrastruktur.

  1. Site development
  2. Manufacturing of Infrastruktur
  3. Infrastructure Delivery and Construction
  4. Infrastructure Use
  5. End of Life
  6. Reuse of Infrastructure

Dengan demikian proyek bangunan yang dihasilkan tidak hanya memiliki nilai investasi jangka panjang, tetapi juga memiliki nilai berkelanjutan dengan merangsang pertumbuhan ekonomi lokal.

Keberlanjutan Lingkungan

Keberlanjutan lingkungan dapat diartikan sebagai sistem berkelanjutan secara lingkungan yang harus mampu memelihara sumber daya yang stabil, menghindari eksploitasi sumber daya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara, dan fungsi ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi. Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, diakui adanya hubungan antara aktivitas perusahaan dengan lingkungan hidup yang menegaskan bahwa dalam rangka pendayagunaan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapai kebahagiaan hidup perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Penerapan keberlanjutan lingkungan hidup dapat berupa Life Cycle Assessment (LCA) yaitu sebuah mekanisme untuk menganalisis dan menghitung total dampak lingkungan dari suatu produk dalam setiap tahapan siklus hidupnya. Tahapan LCA dimulai dari persiapan bahan mentah, proses produksi, penjualan dan transportasi, hingga pembuangan produk.

Life Cycle Assessment (LCA) | Gambar : pre-sustainability.com

Setiap langkah LCA dijelaskan dalam standar internasional (ISO 14040:2006). Terdapat empat tahapan LCA berdasarkan ISO 14040:2006 sebagai berikut.

  1. Goal and Scope

Sebelum dilakukan Life Cycle Assessment (LCA), terlebih dahulu mendefinisikan tujuan dan ruang lingkup untuk menunjukkan hubungan sistem produk dengan unit fungsi dan sistem pembatas.

2. Life cycle inventory

Pada tahap life cycle inventory, dilakukan pengumpulan semua data mengenai emisi yang berpotensi timbul, konsumsi bahan baku, energi, dan limbah pada proses produksi.

3. Life cycle impact assessment

Penilaian life cycle impact assessment dilakukan untuk mengevaluasi dampak selama proses produksi. Pada tahap penentuan dampak dilakukan beberapa langkah yaitu characteristization, damage assessment, normalization, weighting dan single score.

4. Interpretation

Kombinasi hasil dari life cycle inventory dan life cycle impact assessment digunakan untuk menginterpretasikan, menarik kesimpulan dari goal and scope yang telah diidentifikasikan sebelumnya.

Keberlanjutan Sosial

Dari sudut pandang sosial, konstruksi berkelanjutan diimplementasikan dengan bangunan yang mampu merespon kebutuhan sosial, emosional, dan psikologis penggunanya. Sudah menjadi fitrah manusia untuk memiliki kebutuhan sosial, seperti berkomunikasi dengan sesama, kebutuhan akan Pendidikan, dan kegiatan bersama lainnya. Untuk kepentingan itu, setiap bangunan hendaknya juga menyediakan lingkungan yang inklusif yang dapat menjadi wadah interaksi penggunanya dengan lingkungan sekitar. Faktor kenyamanan bangunan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi kondisi emosional dan psikologis penghuninya. Kenyamanan tersebut tidak hanya dari segi desain, tetapi juga dari segi fasilitas, ruang publik, akses menuju lokasi bangunan, dan kemudahan lainnya yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan efektivitas penggunanya dalam beraktivitas.

Referensi :

“Fundamentals of Suitainability in Civil Engineering”, Andrew Braham, 2017, London : CRC Press.

--

--