Green Street

Aggie Farkhan
HMS ITB
Published in
4 min readSep 20, 2020

--

Green Street (sumber: re:street)

Banyak kesalahan dalam mengartikan konsep green street khususnya di Indonesia. Green street bukanlah soal menjadikan jalanan menjadi hijau dengan penananaman pohon atau membuat taman di sepanjang jalan. Konsep ini sesungguhnya adalah tentang mengembalikan fungsi jalan yang sebenarnya. Jalan tidak hanya menjadi fasilitas untuk memindahkan orang atau barang saja dari satu tempat ke tempat lain, namun jalan harus dapat menyediakan ruang terbuka atau area komunal sehingga masyarakat dapat memanfaatkan jalan untuk berjualan, berkumpul, berinteraksi, dan berbagai fungsi bermasyarakat lainnya (Sarté, 2010).

Mobility and Activity

Di Indonesia proses pembangunan jalan hanya melihat dari aspek lalu lintas kendaraan bermotor saja. Hal ini mengakibakan pembagunan jalan hanya berbasis kendaraan bermotor yang pada akhirnya mengesampingkan pembangunan fasilitas untuk pejalan kaki, pesepeda, dan area komunal. Konsep pembangunan jalan yang berkelanjutan seharusnya beriorientasi kepada pejalan kaki dan prinsip kegiatan namun tetap dapat mengintegrasikan pegerakan kendaraan bermotor dan barang.

Sekarang akan timbul pertanyaan baru, “Bagaimana solusi untuk jalan yang sudah dibangun namun kita ingin mewujudkan konsep green street ?”. Ada beberapa cara yang dapat diimplementasikan yaitu dengan cara complete steets, traffic calming dan road narrowing.

Complete Streets

Perencanaan jalan mengunakan klasifikasi jalan, spserti arteri, kolektor dan local, dinilai perencaanan yang berorientasikan kepada kendaraan bermotor saja. Lahirlah konsep complete streets yang didesain untuk segala macam pengguna seperti pengendara kendaraan, pengendara transit, pejalan kaki, pesepeda hingga orang tua, anak-anak, dan disabilitas. Dari konsep ini perencanan jalan tidak lagi dilihat dari lalu lintas kendaraan, namun dilihat dari tipe jalan yang diinginkan. Ada lima tipe jalan berdasarkan kecenderungan pengguna yaitu:

1. Auto-oriented Streets

Jalan ini didesain untuk kendaraan bermotor. Jalan ini difungsikan untuk menghubungkan pusat aktivitas dengan daerah terpencil. Dalam mendesain jalan ini juga harus terdapat jalur pejalan kaki dan jalur penyeberangan orang yang didesain dengan memperhatikan aspek kenyamanan dan keamanan.

2. Transit-oriented Streets

Tipe jalanan ini adalah jalan yang didesain dengan menjadikan moda transportasi publik sebagai orientasi desainnya. Jalan ini harus didesain memiliki jalur khusus dan juga rambu atau marka prioritas untuk moda transportasi publik seperti bus, trem, atau angkot. Selain itu, diperlukan desain dan penempatan halte yang ideal sesuai dengan pergerakan dan karateristik manusia di kawasan tersebut. Jalan ini terdapat di daerah pendukung pusat aktivitas.

3. Pedestrian-oriented Streets

Tipe jalan ini didesain dengan memprioritaskan pejalan kaki. Kendaraan bermotor maupun transportasi publik masih boleh lewat namun bukan mayoritas pengguna. Jalan yang didesain harus dapat mengatur arus pejalan kaki. Selain itu jalan ini juga di desain memikirkan kenyamanan pejalan kaki yang utama.

4. Bicycle-oriented Streets

Tipe jalan ini di desain untuk pesepeda sehingga jalan ini akan terdapat jalur sepeda yang lebih dominan disbanding jalur pejalan kaki maupun kendaraan bermotor. Jalan ini dilengkapi dengan rambu dan marka khusus untuk pesepeda. Selain itu, fasilitas penunjang seperti tempat parkir sepeda harus disediakan dengan baik.

5. Pedestrian Malls

Tipe jalan ini hanya boleh digunakan oleh pejalan kaki saja. Kegiatan komunal seperti berjualan, berinteraksi, dan fungsi bermasyarakat lainya dapat terpenuhi secara keseluruhan. Jalan ini idealnya terdapat pada pusat aktivitas.

Traffic Calming

Metode traffic calming sudah dilakukan selama beberapa dekade untuk mengurangi kecepatan kendaraan dan menjadikan jalanan menjadi tempat yang aman. Cara yang paling umum digunakan adalah mengubah geometri jalan. Pengemudi dibuat persepsi sedemikian rupa bahwa mereka berkendara terlalu cepat sehingga dapat mengurangi angka kecelakaan. Metode ini dapat diimplementasikan dengan memodifikasi kereb, median dan juga persimpangan jalan. Dengan adanya metode ini, pejalan kaki dan pesepeda akan mereasa lebih nyaman dan tidak terintimidasi oleh kendaraan bermotor.

Road Narrowing

Metode road narrowing ini mirip dengan metode road diet yaitu metode yang mengurangi kapasitas jalan. Metode ini bekerja dengan cara menata ulang badan jalan untuk dijadikan tujuan lain. Semakin besar kapasitas jalur, semakin besar juga kecepatan dan demand kendaraan bermotor. Dengan adanya road narrowing, ia dapat mengubah mindset masyarakat untuk berjalan kaki. Metode ini juga dapat mengurangi angka kecelakaan karena secara otomatis kendaraan bermotor akan mengurangi kecepatannya. Contoh yang dilakukan di DKI Jakarta adalah pengaturan lalu lintas di Tanah Abang.

Pavement to Park

Metode ini merupakan hasil kolaborasi antara wali kota dan dinas pekerjaan umum di San Francisco. Pavement to Park (P2P) membangun median pengaman antara jalan dan pejalan kaki dengan memberikan taman lansekap sehingga membuat nyaman pejalan kaki dan pesepeda. Selain itu, taman yang dibuat dapat menjadi fasilitas limpasan hujan. P2P dinilai merupakan solusi yang murah karena menggunaan material dari sisa pembangunan dan juga tanaman lokal. Selain itu jalan juga menjadi tempat yang lebih sosial, banyak interaksi yang terjadi. Metode ini kita dapat memikirkan kembali pengunaan lahan di kota besar dengan menfaatkan jalan dan sekitarnya.

Kesimpulan

Metode ini di atas kertas memang sangat baik. Bak pisau bermata dua, perlu diingat kembali kondisi masyarakat kita masih mobility oriented. Hal ini terlihat dari acuan baik atau tidaknya suatu jaringan jalan hanya dilihat dari waktu tempuhnya saja. Jika green street ini diimplementasikan, maka mobilitas akan menurun namun di jalan tersebut banyak kegiatan yang dapat terjadi. Sehingga perlu perencaan dan persiapan yang matang jika konsep ini hendak diimplementasikan.

Referensi:

[1] Sarté. 2010. Sustainable Infrastructure. New Jersey. John Wiley & Sons, Inc.

[2] Ausroads. 2020. Integrating Safe System with Movement and Place for Vulnerable Road Users. Diakses melalui https://austroads.com.au/publications/road-safety/ap-r611-20

--

--