HMS Summit: Rekomendasi Solusi terhadap Transportasi Berkelanjutan di Kawasan ITB

Kajian HMS ITB
HMS ITB
Published in
6 min readFeb 9, 2021

Siapa yang rindu berkuliah dan menetap di Kota Bandung? Banyak hal yang membuat kita ingin bersua dengan kota ini segera setelah kondisi pandemi berakhir, mulai dari sejuknya udara pagi yang membuat nyaman untuk rebahan berselimut tebal alih-alih berangkat kuliah, berbagai macam kuliner yang bikin candu semua penikmatnya, bertebarannya tempat main yang sangat mengasyikan, dan… Oh, kemacetan di setiap ruas jalan sebagai sebab kepala pusing tujuh keliling!

Tingkat kemacetan tertinggi di berbagai kota di dunia (ADB, 2019)

Masih teringat sekitar awal kuartal keempat 2019 lalu Asian Development Bank di dalam laporannya secara tak langsung mencatatkan bahwa Kota Bandung menjadi kota termacet di Indonesia mengalahkan Jakarta. Kondisi ini bisa kita rasakan salah satunya di jalan-jalan sekitar ITB pada pagi dan sore hari. Kesemerawutan sepeda motor di Jalan Cisitu, antrean kendaraan di pertigaan Jalan Dayang Sumbi, sampai menumpuknya ojek daring di setiap gerbang masuk ITB hanya sekelumit dari permasalahan kemacetan yang tersebar ke seluruh penjuru Kota Bandung.

Padahal, kemacetan–salah satunya disebabkan oleh meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi–berdampak buruk bagi lingkungan. Climate Transparency pada tahun 2019 melaporkan bahwa salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia adalah sektor transportasi, yakni sebesar 28% dari total emisi tahunan. Persentase dan besarnya emisi ini tercatat kian meningkat dari tahun ke tahun.

Peningkatan emisi karbon dan persentase sektor penyumbangnya (Climate Transparency, 2019)

Untuk itu, perlu dilakukan sebuah usaha dalam menyelesaikan masalah kemacetan ini sekaligus dapat mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh sektor transportasi. Salah satu usahanya adalah menerapkan sistem transportasi yang berkelanjutan. Menerapkan sistem transportasi berkelanjutan ini tentu membutuhkan proses yang masif, revolusioner, dan waktu yang cukup lama. Akan tetapi, usaha tersebut dapat dimulai dengan langkah demi langkah, salah satunya bisa dimulai oleh ITB sebagai inisiasi terbentuknya sistem transportasi berkelanjutan di kawasan di sekitrnya.

Atas dasar dan dorongan ini, Departemen Kajian HMS ITB pada tanggal 8–9 Januari 2021 mengadakan HMS Summit dengan tema “Implementasi Transportasi Berkelanjutan di Kawasan ITB”. HMS Summit ini merupakan konferensi yang dilansungkan untuk memahami akar permasalahan sistem transportasi di Indonesia yang belum memenuhi kaidah keberlanjutan serta mencari dan merumuskan strategi yang dapat dilakukan untuk mengubahnya menjadi sistem transportasi yang berkelanjutan. HMS Summit ini dilaksanakan selama dua hari dan dihadiri oleh puluhan massa HMS ITB yang secara bersama-sama mengusulkan solusi yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan transportasi berkelanjutan tersebut di kawasan ITB.

Rangkaian Acara HMS Summit

Poster HMS Summit

HMS Summit dimulai dengan melangsungkan webinar terkait transportasi berkelanjutan yang tersusun atas dua sesi. Materi yang disampaikan pada sesi pertama adalah “Implementasi Transportasi di Bandung” oleh Dr. Eng. Widyarini Weningtyas, S.T., M.T., dosen Kelompok Keahlian Rekayasa Transportasi ITB. Bu Widyarini memaparkan bagaimana rencana-rencana transportasi berkelanjutan yang telah disusun oleh pemerintah Kota Bandung melalui Bandung Urban Mobility Project, bagaimana pewujudannya, dan evaluasi apa yang diberikan terhadap transportasi yang sudah terlaksana. Sesi selanjutnya dipaparkan mengenai “Transportasi Berkelanjutan: Transportasi Publik dan Micromobility” oleh Ria Roida Minarta Sitompul, S.T., Project Manager Institute of Transportation & Development Policy (ITDP) Indonesia. Dalam sesi ini, Bu Ria menyampaikan mengenai transportasi publik di berbagai kota di Indonesia, permasalahan yang dihadapi, serta strategi yang dapat dilakukan untuk menata transportasi publik menjadi lebih baik. Selain itu, dipaparkan pula mengenai konsep dari micromobility dan perkembangan yang cukup baik di Jakarta.

Pemaparan oleh Dr. Eng. Widyarini Weningtyas, S.T., M.T.

Belum selesai keseruan dari HMS Summit, pada hari kedua kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti berupa diskusi permasalahan yang dihadapi terkait transportasi berkelanjutan serta solusi yang dapat diberikan sehingga dapat diterapkan di kawasan ITB. Diskusi ini terdiri dari dua sesi. Pada sesi pertama, peserta dibagi ke dalam dua kelompok dengan masing-masing kelompok mendiskusikan aspek permasalahan yang berbeda. Aspek permasalahan yang dibahas dalam diskusi ini adalah aspek ekonomi serta aspek keamanan dan kenyamanan. Aspek ekonomi menitikberatkan pada masalah pemodelan sistem transportasi yang ekonomis dan menguntungan bagi segala pihak (baik penyedia jasa maupun pengguna). Sementara itu, aspek keamanan dan kenyamanan berfokus pada masalah upaya peningkatan kenyamanan dan keamanan transportasi berkelanjutan sehingga diharapkan terjadi transisi pemilihan moda dari kendaranaan pribadi menjadi transportasi yang berkelanjutan. Perbincangan selama kurang lebih 2 jam ini menerapkan proses design thinking melalui Miro sehingga ide-ide yang dikembangkan didasari oleh akar permasalahan. Setelah solusi dikembangkan oleh masing-masing aspek, diskusi dan penetapan solusi final dilakukan secara bersama oleh seluruh peserta.

Pemaparan oleh Ria Roida Minarta Sitompul, S.T.

Rekomendasi Solusi

Hasil Diskusi HMS Summit

Di dalam aspek ekonomi, iklim investasi di kawasan ITB yang belum bersahabat bagi penyedia jasa menjadi masalah utama dalam terhambatnya penerapan transportasi berkelanjutan. Pihak ITB diharapkan mampu mendukung penuh kebijakan untuk meningkatkan penggunaan jasa transportasi umum dan turut membantu memfasilitasi dalam perancangan model pergerakan mahasiswa yang berpihak pada penggunaan transportasi umum. Usaha ini dapa menggeser preferensi mahasiswa untuk menggunakan kendaraan umum sehingga mampu mengembangkan iklim investasi pada sektor ini. Iklim investasi juga dapat ditingkatkan melalui kerja sama antara korporasi melalui pemberian wadah perusahaan dalam melakukan CSR (Corporate Social Responsibility) terutama terkait transportasi berkelanjutan.

Selain itu, pengelolaan moda transportasi yang tidak terintegrasi juga menghambat peningkatan pengguna transportasi publik. Integrasi pengelolaan diperlukan agar dapat meningkatkan efisiensi serta kenyamanan pengguna dalam menaiki kendaraan umum. Pengintegrasian sistem pembayaran moda juga perlu dilakukan untuk mempermudah pengguna serta meningkatkan nilai ekonomi dari moda transportasi umum yang biayanya cenderung tidak menentu dan tidak teregulasi dengan baik.

Di dalam aspek keamanan dan kenyamanan, fasilitas prasarana transportasi umum dan micromobility menjadi masalah yang cukup besar karena fasilitas yang kurang memadai menyebabkan berpindahnya preferensi mobilitas ke penggunaan kendaraan pribadi. Agar dapat menunjang masyarakat dan mahasiswa dalam micromobility, Dinas Perhubungan Kota Bandung maupun pihak rektorat dapat menerapkan usaha pull and push. Usaha pull yang dapat diterapkan antara lain meningkatkan kenyamanan dengan membuat fasilitas pendukung seperti kanopi pada trotoar antara lokasi yang banyak ditempati oleh mahasiswa menuju kampus. Selain itu juga dapat ditunjang dengan penyediaan moda transportasi berbasis sharing antara titik lokasi kos menuju kampus. Usaha push yang dapat diterapkan antara lain pihak rektorat membuat regulasi yang meminimalkan penggunaan kendaraan pribadi oleh mahasiswa, seperti menaikkan biaya parkir, mengurangi akses penggunaan kendaraan pribadi seperti tempat parkir, maupun pembatasan penggaan kendaraan pribadi yang dapat diparkir di area kampus berdasarkan jarak tempat tinggal mahasiswa yang terdata. Usaha push ini dapat diterapkan jika usaha pull telah dijalankan terlebih dahulu.

Sementara itu, terdapat masalah lain yaitu manual perancangan jalan MKJI 1997 masih digunakan hingga hari ini padahal banyak hal yang tidak relevan lagi serta belum meregulasi terkait kebutuhan micromobility. Untuk itu, perlu dilakukan revisi dan penyesuaian kembali manual perancangan jalan terhadap kondisi maupun moda transportasi yang ingin dirancang untuk ke depannya.

Penutup

Dokumentasi HMS Summit hari pertama

HMS Summit ini telah menghasilkan serangkaian rekomendasi solusi yang dapat dilakukan baik oleh pihak kampus atau rektorat maupun pihak pemangku kebijakan. Solusi-solusi ini diharapkan dapat dipertimbangkan oleh pihak yang disebutkan sehingga tujuan dari transportasi berkelanjutan dapat diterapkan minimal di Kawasan ITB.

Sebagai penutup, Departemen Kajian HMS ITB memberikan ucapan selamat kepada Samuel Johansen (HMS’17) yang terpilih menjadi Best Participant HMS Summit atas partisipasi yang sangat baik dalam mendiskusikan permasalahan maupun perumusan solusi yang direkomendasikan. Selain itu, tiak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh peserta yang telah mengikuti seluruh rangkaian HMS Summit ini. Semoga kita semua dapat tetap menjaga budaya berdiskusi dalam melihat setiap permasalahan yang ada.

Best Participant HMS Summit

Referensi

[1] Asian Development Bank. 2019. Asian Development Outlook 2019 Update: Fostering Growth and Inclusion in Asia’s Cities.
[2] Climate Transparency. 2019. Brown to Green: The G20 Transition Towards a Net-Zero Emissions Economy 2019 (Indonesia Profile).

--

--