Menimbang Keuntungan Memanufakturkan Industri Kontruksi Konvensional menuju Era Industri 4.0
Di tengah majunya teknologi gelombang ke empat, sebagian besar masyarakat dunia menganggap bahwa untuk mencapai kehidupannya yang lebih baik diperlukan usaha untuk mendisrupsi sekitarnya bahkan dirinya sendiri. Berbagai sektor industri seperti finansial dan pertanian sudah sangat maju mengembangkan hal tersebut. Namun di industri “tua” semacam kontruksi, sangatlah lamban perkembangannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti regulasi pemerintah yang kurang memberi ruang untuk berbagai teknologi yang mau masuk ke pasar, kurangnya edukasi tentang berbagai teknologi yang kini berkembang, penguasaan teknologi ramah lingkungan yang belum masuk segementasi kecil rumahan, sudut pandang masyarakat, kondisi sosial politik tentang maraknya hal remeh; pungli, serta masih ruwetnya birokrasi pelaksanaan kontruksi di lapangan.
Industri 4.0 awalnya merupakan program pemerintah Jerman ditahun 2012 untuk membuat peraturan dan aturan untuk membuat komputasi di keseluruhan sektor industri. Industri 4.0 berprinsip 4 hal yaitu keterhubungan satu alat ke alat lainnya, ketermudahan akses informasi detil setiap pekerjaan, merevolusi pekerjaan fisik berat manusia, dan komputasi penentuan keputusan awal.
Di zaman Mesir kuno, manusia memulai kebudayaan membangun bangunan megah seperti Piramida dengan cara yang amat sederhana. Hanya dengan membuat balok dari pasir padat atau batu, manusia mengatur sedemikian rupa sehingga balok tersebut menjadi sebuah bangunan makam atau tempat berlindung dari hewan dan pemangsa lain.
Pola membuat balok-balok sederhana kemudian menyusunnya menjadi sebuah bangunan pada tahun 1960an menjadi ramai di Eropa. Kemudian muncullah istilah Prefab, yang mempunyai kepanjangan Pre Fabrication. Prefab contoh mudahnya yaitu membuat fabrikasi komponen bangunan yang terukur serta terjaga kualitas juga kuantitasnya yang kemudian ditrasportasikan ke tempat kerja.
Prefab hadir bersamaan dengan ide membuat modular bagian bagian dari otomatisasi industri. Nilai besar yang dibawa dalam usaha otomatisasi ini sebenarnya menurut saya sangatlah besar: memanufakturkan dunia kontruksi sipil. Mengapa sangat besar? Sampai sekarang di kuliah Manejemen Kontruksi di hampir seluruh Universitas di Dunia, khususnya Indonesia, selalu mengajarkan bahwa entitas produksi di manufaktur dan kontruksi sipil merupakan 2 hal yang berbeda.
Kunci dari produksi di kontruksi yaitu keunikan. Semua hal di bentuk melalui mekanisme pekerjaan yang saling berkaitan satu sama lain, bersambung, dan menjadi satu pekerjaan yang lebih besar. Desain kerja awal yang sama untuk dua bangunan yang dikerjakan berbeda dimensi waktu dan tempat, sangatlah tidak mungkin menghasilkan dua produk yang sama.
Beralih ke produksi manufaktur mempunyai kunci yaitu mengendalikan produksi yang massal dengan kualitas yang terjaga. Produksi di manufaktur memungkinkan kita untuk membuat produk dengan hasil yang bisa diatur tanpa memperhatikan dimensi waktu dan tempat mengerjakan. Asalkan ada desain dan komponen kerja yang terkondisikan, hal tersebut sangat mungkin terjadi.
Apakah produksi manufaktur mampu menggantikan produksi sipil? Saya bilang sangat mampu. Mengapa? Teknologi ada dan sudah sedemikian maju, perhitungan efisiensi akan semakin membaik, serta kebutuhan mendesak mengenai lingkungan dan luasan tapak spasial yang semakin besar.
Mari hitung secara kasar bagaimana mekanisme modular dan atau prefab yang sudah lama kenal memberikan dampak secara sosial, ekonomi, ilmu engineering, kensumsi energi, dan lingkungan yang lebih baik.
Dari ranah sosial kita selalu khawatir bahwa dengan adanya otomatisasi di bidang kontruksi sipil akan melenyapkan sebagian besar lapangan kerja di Indonesia. Menurut buku Sapiens (Yuva, 2009) dan Homo Deus (Yuval, 2018), keberadaan pekerjaan manusia akan semakin bervariasi dan tergantikan oleh pekerjaan lain. Contoh sederhananya, dahulu ketika industri kendaraan bermotor hadir di tahun 1970an, tukang becak ataupun kereta kuda merasa tersingkirkan dan diprediksi akan menghilang. Kenyataannya hal ini malah membuka kesempatan kerja yang berkaitan dengan jasa logistik dan transportasi yang permintaannya makin hari makin besar.
Di ranah ekonomi kita melihat bergeliatnya startup-startup baru hadir membawa ide baru untuk mendisrupsi segala model bisnis yang dianggap usang. Awal Januari 2018, Perusahaan Ventura startup, Softbank, mengalokasikan dana sebesar $ 93 juta untuk berinvestasi di bidang kontruksi di Kanada dan Amerika Serikat saja. Softbank melihit tren bangunan prefab murah untuk masyarakat yang dikembang beberapa developer dan startup disana. Mundur ke tahun 2017, sebuah startup asli Filipina berhasil menjadi startup pertama di negerinya yang mempunyai valuasi sebesar $ 1 juta dolar atau sekitar 13 triliun rupiah. Startup tersebut bernama Revolution Precrafted yang berfokus untuk menyediakan jasa desain dan pengerjaan rumah prefab keseluruh dunia. Hal tersebut tentu menghentak dunia karena mampu membuka lapangan pekerjaan yang besar dan menggairahkan sektor ekonomi privat kontruksi di Filipina. Hal yang lebih jauh lagi membuka mata dunia bahwa usaha memanufakturkan produksi kontruksi konvensional merupakan hal yang nyata dan bukan bercanda. Salah satu kendala dalam ranah ekonomi malah berkaitan dengan regulasi, sampai sekarang saya belum menemukan regulasi yang sudah di sahkan oleh pemerintah untuk penjualan massal produksi manufaktur prefab. Untuk pekerjaan di sektor teknis seperti prasyarat bentang dll sudah diatur dalam SNI dan diuji dalam pabrik.
Di ranah ilmu engineering, kontruksi prefab membuka kesempatan dan sudut pandang baru untuk diteliti dan direkontruksi. Dengan memainkan produksi manufaktur modular, dunia ilmu pengetahuan memikirkan cara baru bagaimana meningkatkan mutu dan kualitas dengan mudahnya proses karena dilakukan lingkungan terkondisikan yaitu pabrik. Ranah ilmu pengetahuan salah satunya sedang mencari cara untuk mengatasi permasalahan bahwa kontruksi massal modular ini baru 90% modular. Hal ini disebabkan masih ada sebagian kecil komponen yang berperilaku sebagai permanent modular seperti kolom/tiang di bangunan rumah.
Di ranah konsumsi energi, manufaktur prefab memberi lebih sedikit sampah dan limbah karena proses produksi yang lebih terkondisikan dan massal. Produksi manufaktur memungkinkan alat alat yang bekerja dapat digunakan berkali kali dalam satu jenis pekerjaan. Selain itu, produksi manufaktur dapat menekan tingkat kebutuhan material yang digunakan karena sudah material sisa dapat didaur ulang dan digunakan dalam proses produksi selanjutnya, Dengan efisiensi yang ada, sistem produksi manufaktur mampu mengurangi jumlah energi yang diperlukan.
Di ranah lingkungan, hadirnya produksi manufaktur akan membuat limbah yang dihasilkan akan semakin sedikit. Hal tersebut dikarenakan semakin sedikit alat dan bahan yang digunakan. Sehingga barang yang menganggur dan menjadi sampah dalam produksi kontruksi konvensional akan semakin sedikit. Semakin sedikitnya sampah dan konsumsi energi akan menjadikan semakin sedikitnya emisi gas buang karbon yang menjadi perhatian dunia
Hal lain yang patur diketahui yaitu laporan dari Forbes bahwa produksi manufaktur untuk kontruksi saat ini sedang tumbuh 1.5 sampah 2.5 kali lebih cepat daripada produksi kontruksi konvensional di Eropa. Hal ini menjadi catatan penting bagaimana dunia kontruksi di dunia sedang bergerak, shifting dari kondisi nyamannya.
Kalau boleh dievaluasi, dunia kontruksi masih tergagap-gagap untuk masuk ke industri 3.0 yang ditandai dengan era produksi manufaktur dan otomatisasi. Rasa-rasanya untuk masuk ke industri 4.0 yang menggunakan kecerdasan buatan, monitoring yang dilakukan setiap waktu, dll, industri kontruksi haruslah membuka mata lebih luas lagi. Sehingga era industri 4.0 di dunia kontruksi akan menjadi terang dengan beberapa catatan yang sudah disebutkan diatas.
Jadi, sudah siap menjadi bagian pergeseran industri besar-besaran di dunia kontruksi dekade ini?
Referensi
1. Better Building through Off-site Construction, Mortenson Construction, 2014.
2. Construction Matters by Quale, J., M.J. Eckelman, K.W. Williams, G. Sloditskie, and J.B. Zimmerman. Journal of Industrial Ecology, 2012.
3. MBI White Paper: Modular Building and the USGBC’s LEED Version 3.0 2009 Building Rating System (PDF 1.6 MB)
4. Modular Design Guide by Lawson, M, Ogden, R, & Goodier, C. CRC Press, 2014.
5. Off-Site Studies: Permanent Modular Construction, Process, Practice, Performance, 2015.
6. OFFSITE: Theory and practice of architectural production by Smith, R.E., Quale, J. & Ng, R. Association of Collegiate Schools of Architecture 2012 Fall Conference Proceedings. ACSA Press, 2013.
7. Prefab Architecture: a guide to modular design and construction by Smith, R.E. John Wiley & Sons, Inc., 2011.
8. Prefabrication and Modularization in Construction 2013 Results. (PDF 2.1 MB) FMI, 2013.
9. Prefabrication and Modularization: Increasing Productivity in the Construction Industry. SmartMarket Report. McGraw Hill, 2009.
10. WRAP Report Current Practices and Future Potential in Modern Methods of Construction (PDF 242 KB)
11. Rachel Novotny. 2017. What is Modular Construction?. https://esub.com/what-is-modular-construction/. Diakses pada jam 21.00 tanggal 23 Juli 2018.
12. Julia Bunch. 2017. The Rise of the Prefabricated Building. https://www.forbes.com/sites/bisnow/2017/08/02/the-rise-of-the-prefabricated-building. Diakses pada jam 21.30 tanggal 23 Juli 2018.
13. Yuval Noah Harari. 2009. Sapiens: A Brief History of Humankind. Indonesia: Kepustakaan Populer Gramedia.
14. Yuval Noah Harari. 2018. Homo Deus: A Brief History of Tomorrow. Indonesia: Kepustakaan Populer Gramedia.