New Era 5.0: Siapkah Konstruksi Indonesia?
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang masih berada dalam tahap transisi menuju modernisasi. Penyesuaian di berbagai sektor tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Namun di samping itu, dunia terus mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu.Belum lama ini, Jepang telah mencetuskan konsep era baru bernama society 5.0. Secara sederhana, era society 5.0 merupakan sebuah konsep pemanfaatan teknologi modern yang mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya. Dengan adanya era baru tersebut, siapkah konstruksi Indonesia?
Isi
Sudah menjadi keharusan bagi kita semua untuk beradaptasi dan berubah menghadapi era New Normal 5.0 kedepan. Hal ini disebabkan oleh persaingan global yang mengharuskan kita untuk menanggapi perkembangan teknologi dengan cepat dan sigap.
Berbagai persiapan telah dan sedang dilakukan oleh pihak-pihak pemangku jabatan. Meningkatkan konektivitas dalam menghadapi New Normal menjadi kunci penting dan harus dilaksanakan dari hulu sampai hilir yang melibatkan banyak pemangku jabatan.
Kondisi Sebelumnya
Sebelum pandemi Covid-19 melanda, Indonesia sudah cukup baik dalam menghadapi revolusi industri 4.0 khususnya dalam sektor konstruksi hal ini terbukti secara masif dalam penerapan Building Information Modeling (BIM) pada berbagai tahapan pekerjaan sektor konstruksi.
Begitu juga dalam sisi pengembangan dan pembangunan Sumber Daya Manusia sektor konstruksi sudah mengimplementasikan perkembangan revolusi industri 4.0 seperti penggunaan Distance Learning.
Dengan kondisi sebelumnya di sektor konstruksi yang sudah berkembang menggunakan teknologi dari revoulsi industri 4.0 seharusnya Indonesia memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan optimis dalam menghadapi Era New Normal 5.0. Kondisi ini juga sejalan dengan rencana pemerintah untuk menghadapi dan memasuki era new normal pasca pandemi Covid-19.
Target Pemerintah
Sebagai regulator dan penentu kebijakan pemerintah menjadi pemeran utama dalam kesiapan Indonesia menghadapi era new normal. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) harus tampil terdepan serta berkomitmen dengan segala kebijakan dan program yang disusun untuk mempersiapkan konstruksi era new normal. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, Kementrian PUPR melalui Direktorat Jenderal Bina Konstruksi memiliki tugas dan fungsi pembinaan jasa konstruksi.
Perlu disadari juga bahwa konstruksi memiliki peran penting untuk pembangunan di Indonesia karena mampu menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka panjang. Maka dari itu, pengembangan dan persiapan bagi jasa konstruksi harus diersiapkan secara matang dan dilaksanakan secara masif.
Adapun target output strategis 2021 untuk pelayanan dasar adalah pembangunan rumah susun dan rumah khusus sebesar 10.706 unit, bendungan sebanyak 53 unit dimana 43 unit sedang dibangun dan 10 bendungan baru. Kemudian, akses sanitasi dan persampahan untuk melayani 1.643.844 Kepala Keluarga (KK), jaringan irigasi dibangun sepanjang 600 km, yang direhabilitasi sepanjang 3.900 km, dan jaringan irigasi tanah sepanjang 100 km.
Sedangkan untuk konektivitas akan dibangun jalan sepanjang 965,4 km, jembatan sepanjang 26,9km, jalur kereta api 446,56 kilometer spoor (km’sp), dan bandara 10 unit/lokasi.
Untuk bidang energi dan ketenagalistrikan yaitu pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga sebanyak 120.776 Sambungan Rumah Tangga (SR), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Rooftop & PLTS Cold Storage sebesar 11,8 MegaWatt-peak (MWp).
Untuk Teknologi Informasi (TI) akan dibangun Base Transceiver Station (BTS) di 5.053 lokasi di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) serta Palapa Ring di Indonesia bagian barat 40%, tengah 30%, dan timur 30%. (nr/ds)
Dengan terjadinya pandemi Covid-19 tidak bisa dipungkiri bahwa target dari pembangunan pemerintah tertunda dan tidak bisa mencapai target. Maka dari itu diperlukan strategi dan katalisator demi tercapainya pembangunan yang efektif dan efisien dalam implementasinya.
Kondisi sekarang
Industri 4.0 dan new normal telah mendorong kita untuk lebih cepat, lebih kreatif, dan lebih inovatif menanggapi keadaan dan mengambil kebijakan. Digitalisasi sektor konstruksi menjadi langkah strategis dalam menghadapi era new normal, digitalisasi perlu dilakukan secara komprehensif dari mulai pembangunan sumber daya manusia sampai kepada sistem rantai pasok konstruksi.
Digitalisasi juga harus dilakukan dari hulu ke hilir dengan mengandalkan konektivitas. Pada sektor hulu, digitalisasi dapat dilakukan untuk menghasilkan tenaga kerja yang kompeten dan memiliki nilai jual yang tinggi. Pada sektor hilir, digitalisasi dapat menghasilkan tenaga kerja yang produktif karena memiliki kualitas yang tinggi.
Strategi ini sedang dan telah dilaksanakan oleh berbagai lembaga melalui berbagai program kerja seperti pelatihan dan sertifikasi jarak jauh untuk seluruh kategori ketenagakerjaan.
Referensi :
[1] Media Informasi dan Komunikasi Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 17 Desember 2020, “Pemerintah siapkan anggaran untuk pembangunan infrastruktur tahun 2021 sebesar Rp417,8 triliun”, Diakses dari kemenkeu.go.id,
[2] Media Informasi dan Komunikasi Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Edisi 4 Tahun 2020, “Kebijakan dan Perubahan di Sektor Jasa konstruksi di Masa Pandemi”
Kontributor
Konten : Romi (HMS’19), Rania (HMS’19), Kevin (HMS’19)
Desain : Azka (HMS’19), Gallend (HMS’19), Mirna (HMS’19)
#DepartemenKeprofesian
#RestorasiPerjuangan
#TeknikSipil
#Engineering
#CivilEngineering