Translucent Concrete

Harum Kurnia Jayanti
HMS ITB
Published in
6 min readJul 13, 2021
Translucent concrete. Sumber: zdnet.com

Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi, nampaknya dunia konstruksi pun tidak tertinggal dalam hal kemajuan teknologinya. Pengembangan dalam dunia konstruksi tidak hanya terjadi pada bidang struktur dan manajemen konstruksi (misal penemuan aplikasi building information modelling atau software untuk analisis kekuatan bangunan) tetapi perkembangan tersebut juga ternyata dapat dilihat dari segi material konstruksi. Seperti yang diketahui, salah satu material konstruksi yang sering digunakan sebagai bahan utama adalah beton. Ada banyak formulasi komposisi bahan penyusun beton yang memberikan karakteristik yang bervariasi seperti beton anti gempa. Kini ternyata telah ditemukan beton yang memiliki karakteristik tembus cahaya atau bisa disebut sebagai beton translucent. Perkembangan material di dunia konstruksi ini tampaknya didorong oleh kebutuhan aspek artistik suatu bangunan dan juga kebutuhan konsep struktur yang ramah lingkungan. Beton translucent sendiri merupakan beton transmisi ringan yang dibuat dengan menambahkan komposisi bahan alternatif transparan.

Penemuan

Beton translucent ini awalnya muncul pada tahun 1935 tetapi karena keterbatasan teknologi serat optik pada masanya, pengembangan dan pembuatannya menjadi terkendala. Akhirnya pada tahun 2001, seorang arsitek bernama Aron Losonczi mengusung konsep beton translucent dan pada tahun 2003, Aron Losonczi berhasil memproduksi beton translucent pertama dengan penambahan 4% hingga 5% serat optik (volume based) ke dalam campuran beton. Lalu, apa yang membuat beton translucent ini berbeda dengan beton pada umumnya?

Material dan Proses Pembuatan

Pada dasarnya, material yang menyusun beton transparan ini kurang lebih sama dengan material penyusun beton tradisional. Secara keseluruhan, material beton transparan ini terdiri dari serat optik, semen, air, dan agregat halus. Serat optik digunakan sebagai material yang berfungsi untuk mentransmisi cahaya. Untuk bahan semennya sendiri, beton ini biasanya menggunakan semen portland. Beton translucent ini menggunakan agregat halus (berkisar 1,18 mm), bukan agregat kasar seperti beton pada umumnya. Selain bahan-bahan tersebut, ada beberapa syarat juga yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan, yakni air yang digunakan haruslah air dengan kualitas seperti air minum jernih dan volume air totalnya tidak melebihi 50% dari total komposisi, agregat harus bebas dari kotoran, dan serat optik yang digunakan berukuran 2 μm hingga 2 mm disesuaikan dengan kebutuhan transmisi cahaya. Beton translucent juga dapat dibuat dari serat kaca sebagai pengganti serat optik.

Pada umumnya, beton translucent diklasifikasikan sebagai beton precast atau fabrikasi. Proses pembuatan beton translucent ini dimulai dengan membuat kotak cetakan atau bekisting. Selanjutnya campuran semen, agregat halus, dan juga air dituangkan ke dalam cetakan dalam jumlah yang sedikit. Setelah itu, serat optik dimasukkan secara merata. Langkah penuangan campuran dan serat optik dilakukan secara bertahap tiap layer sampai memenuhi cetakan. Setelah beton mengering, cetakan/bekisting dapat dilepaskan.

Aplikasi

Beton translucent pada dinding perimeter kawasan bangunan. Sumber: nda.ac.uk

Beton translucent yang dapat meneruskan sebagian besar cahaya dapat menguntungkan ketika digunakan sebagai dinding eksterior bangunan umum seperti pusat perbelanjaan atau high rise building karena dapat memanfaatkan penerangan alami dari matahari dan mengurangi penggunaan penerangan artifisial. Beton translucent juga dapat menguntungkan apabila digunakan sebagai dinding eksterior pada perimeter atau pagar kawasan bangunan. Petugas keamanan maupun penghuni yang berada di dalam dapat melihat apakah ada orang di luar dinding berkat pencahayaan matahari dari luar. Sebaliknya, beton ini tidak direkomendasikan penggunaannya untuk dinding suatu bangunan yang digunakan untuk aktivitas pribadi seperti rumah hunian dan ruangan khusus seperti toilet. Maka dari itu, penggunaan beton translucent pada eksterior bangunan harus direncanakan tidak hanya dari aspek estetika, tetapi juga dari aspek keamanan dan privasi.

Aktivitas seseorang di balik dinding beton translucent dapat terlihat. Sumber: skyfilabs.com
Kesan beton yang segar, terbuka, dan luas. Sumber: pinterest.com

Berkat properti fisiknya yang meneruskan sebagian cahaya yang merambat melaluinya, beton yang selama ini memiliki kesan dingin, kaku, sederhana dapat dieksperimenkan dan memberikan pengalaman baru bagi penggunanya. Salah satu aplikasi yang memberikan pengalaman tersebut adalah penggunaan beton translucent sebagai struktur interior bangunan. Plafon dan lantai yang disinari dengan kuat dan rapi dapat menimbulkan kesan terhadap ruangan yang segar, terbuka, dan luas. Namun, aspek privasi perlu diperhatikan dalam penempatan dinding interior berbahan beton translucent.

Aplikasi yang dapat menguntungkan juga terdapat pada penggunaan beton translucent sebagai trotoar yang disinari dari bawah dengan energi yang berasal dari panel surya terpasang. Sebagai alternatif lampu penerangan jalan, trotoar ini dapat memberikan pencahayaan lebih bagi pejalan kaki maupun pengemudi kendaraan. Penempatan trotoar ini sangat tepat pada daerah yang minim pencahayaan jalan dan rawan kegiatan kriminal. Kemungkinan penggunaan lainnya adalah beton translucent sebagai bahan pembentuk perabotan dalam bangunan, papan logo, dan lampu malam. Ke depannya, akan ditemukan lebih banyak lagi benda yang berbahan dasar beton translucent yang belum pernah terpikirkan.

Kelebihan & Kekurangan

Beton translucent ini merupakan inovasi baru yang memiliki beberapa keuntungan eksklusif dibanding beton pada umumnya. Beton translucent dapat meneruskan cahaya dari luar sehingga penggunaan penerangan buatan seperti lampu dapat dikurangi di siang hari. Selain itu, beton translucent juga efektif untuk bangunan di kawasan beriklim dingin berkat adanya serat optik yang bekerja sebagai heat insulator. Secara struktur, beton translucent ini juga mirip seperti beton mutu tinggi yang memiliki kekuatan tekan yang tinggi, beton translucent dapat memiliki kuat tekan tertinggi hingga 70 MPa (10.000 psi). Dari segi estetika, beton translucent juga menambah nilai estetika yang baik.

Beton translucent memang menyajikan keuntungan-keuntungan yang sangat menarik dan tidak bisa diberikan oleh beton pada umumnya. Sayangnya, biaya produksi beton translucent lima kali lebih mahal dibandingkan beton pada umumnya akibat harga serat optik yang masih tinggi. Beton translucent juga masih cukup jarang diproduksi di dunia konstruksi karena pembuatan beton translucent ini membutuhkan tenaga ahli dan supervisi secara khusus untuk proses casting. Kekurangan-kekurangan ini membuat beton translucent sangat jarang terdengar di sektor konstruksi padahal beton translucent sendiri ramah lingkungan dan menyajikan fitur-fitur yang sangat menarik.

3 Pillars

Sesuai dengan prinsip keberlanjutan, ada tiga pilar utama yang saling berkesinambungan. Tiga pilar tersebut antara lain keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan sosial, dan keberlanjutan lingkungan. Dari segi sosial, beton ini tampak sangat estetik karena serat optik di dalam beton membuat pola seolah-olah serat pada kayu. Pola pada beton ini biasanya menimbulkan kesan mewah dan elegan kepada orang yang mengamatinya. Ini juga menyebabkan orang menjadi nyaman untuk berada di dalam bangunan yang dindingnya dibuat dari beton tersebut. Kenyamanan inilah yang menjadikan bahwa keindahan beton ini dapat dinikmati oleh berbagai generasi. Oleh karena itu, beton translucent bisa dikatakan sesuai dengan prinsip keberlanjutan sosial.

Dari segi lingkungan, beton translucent ini bisa meneruskan cahaya matahari dari luar ke dalam ruangan. Hal ini dapat berfungsi sebagai penerangan alami yang tidak membutuhkan energi listrik. Dengan menghemat penggunaan energi listrik, kebutuhan pembangkit energi pun berkurang sehingga berpengaruh pada penurunan pengaruh gas-gas buangan pabrik pembangkit listrik terhadap efek gas rumah kaca. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan beton translucent bisa mengurangi efek pemanasan global yang menjadi permasalahan dunia sekarang.

Dilihat dari segi ekonomi, beton translucent memang tergolong mahal karena harga bahan-bahannya yang tinggi. Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa material beton ini yang berupa serat serat optik akan menjadi lebih murah karena kebutuhan serat optik yang makin besar ke depannya. Hal ini menyebabkan beton translucent mampu dibeli oleh khalayak umum dengan harga yang terjangkau. Apabila hal itu terjadi, beton ini bisa menjadi alternatif material yang baik.

Conclusion

Seperti dijumpai pada teknologi baru pada umumnya, beton translucent memiliki harga pasaran yang tinggi. Perlu dilakukan eksperimen yang lebih beragam lagi untuk membuat penggunaan dan aplikasi beton translucent menjadi lebih umum. Pemanfaatan sifat meneruskan cahaya, fungsi insulasi, dan estetika perlu ditempatkan dengan pas sehingga manfaatnya dapat lebih terasa dan popularitasnya meningkat. Dengan demikian, penggunaan beton translucent akan kian umum dijumpai dengan harga yang berangsur-angsur berkurang berkat peningkatan skala produksi. Ke depannya, mari kawal, antisipasi, dan nikmati penggunaan beton translucent pada bangunan sehari-hari!

Referensi

[1] Gahrana, S., Raj, V., Chouhan, S., Krishnia, S.; 2018; Application of Transparent Concrete in Green Construction Issue 4 Apr 2018. International Journal of Scientific & Technology Research Volume 7.

[2] Travelerscoffee.ru. Beton Transparan. Diakses pada 5 Juli 2021 dari https://travelerscoffee.ru/id/pomidory/prozrachnyi-beton-sostav-svoistva-primenenie-izgotovlenie-svoimi-rukami-kak-poyavilsya-prozrachnyi/

[3] Ikons.id. Mengenal Beton Transparan. Diakses pada 5 Juli 2021 dari https://www.ikons.id/mengenal-beton-transparan/

[4] Mardliah. 2016. “Beton Transparan, Patahkan Persepsi Material Beton Berkesan Berat dan Masif”. Techno KONSTRUKSI XCVI

Kontributor

Nicholas (HMS’19), Keane (HMS’19), Mirna (HMS’19), dan Gallend (HMS’19)

--

--

Harum Kurnia Jayanti
HMS ITB
Editor for

everybody’s favorite nobody. find way to stimulate hedonic hotspots in the brain and releasing endogenous opioids.