Alfabet

Sebuah Kisah Singkat

Sara Fiza
Kata Sara Fiza
1 min readNov 15, 2017

--

“Raka beneran mau belajar baca sekarang?”

Raka mengangguk mantap. Aku menelusuri sorotan matanya dan menemukan kemantapan yang selalu aku cari sejak dulu. Berulang kali aku membujuknya untuk belajar membaca tapi Ia selalu tidak mau. Rasanya hancur sudah aku sebagai seorang guru yang ingin mencerdaskan anak bangsa tapi membujuk seseorang untuk membaca saja sebegitu sulitnya.

Umur Raka sudah 10 tahun dan Ia tidak pernah mau sekolah. Membaca baginya bukanlah hal penting untuk dilakukan. Anggukannya tadi menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri untukku. Ia akhirnya mau belajar.

“Boleh Ibu tahu kenapa Raka mau belajar baca?”

Ia memalingkan pandangannya, menghindari mataku, “Emak sekarang enggak bisa ngomong. Bisanya nulis.” Ia tidak meneteskan air mata sama sekali. Matanya tidak berkaca-kaca. Suaranya tidak bergetar. Raka masih menatap ke arah lain dan Ia berujar, “Tapi aku enggak bisa baca. Jadi aku enggak bisa baca tulisan emak.”

Tentang alasan yang membuatnya mau belajar membaca itu, aku tidak tahu apakah aku harus sebahagia saat aku belum mengetahuinya.

“Ajari aku, bu.”

Suara Raka masih menggema di dalam tubuhku.

--

--

Sara Fiza
Kata Sara Fiza

The one who survives and tells the tale. Selain menulis, saya menyuarakan keramaian dalam kepala melalui podcast Urai di bit.ly/podcasturai