Suara pada Pukul 1 Malam

Sara Fiza
Kata Sara Fiza
Published in
1 min readOct 7, 2017

“Kenapa, ri?” Aku bertanya keheranan. Kantukku tiba-tiba lenyap ketika suara di ujung sana terdengar terisak. Ini pukul 1 malam, aku baru terlelap satu jam setelah menyelesaikan tugas kuliah hingga larut.

“…. “

Aku hanya terdiam, menunggu isaknya tuntas. “Hanya ingin berbincang denganmu, Na”

Aku duduk dan membuka mataku. Mendengarkan tangisnya. Sudah beberapa hari ini aku melewatkan telponnya karena aku sudah terlelap tidur. Orang seceria dan sekuatnya jarang begini. Kata-kata kemudian mengalir perlahan menuju telingaku. Ia berkisah tentang luka dan kami kemudian berkisah tentang nostalgia juga.

“Maaf aku mengganggumu malam-malam”

Ah, Tari. Kau selalu rela aku tumpahkan berbagai cerita. Terlalu sering malah. Orang sekuat kamu ternyata butuh istirahat juga setelah mencoba untuk kuat entah berapa lama. Sini kita merebah bersama. Menarik ulur napas dengan udara yang akan melonggarkan sesak dada kita secara perlahan. Kita memang diciptakan untuk terluka, tapi kita juga diciptakan untuk saling membersamai dan saling mengingati. Terimakasih sudah menyadari bahwa aku selalu ada di sini dan menggapaiku meski sejauh ini, karena banyak yang tidak sadar bahwa aku juga hadir untuk mereka yang ingin bercerita.

“Tak apa-apa, Ri. Aku tidak mengantuk, kok.” Tetap saja hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku. Yang tadi berputar dalam kepalaku, biar aku ceritakan pada Tuhanku dan meminta-Nya untuk merekatkan retakan hati kita erat-erat.

--

--

Sara Fiza
Kata Sara Fiza

The one who survives and tells the tale. Selain menulis, saya menyuarakan keramaian dalam kepala melalui podcast Urai di bit.ly/podcasturai