Adorno Melawan Kejahatan Budaya Populer

Bagi Adorno, budaya populer bukan hanya seni yang buruk — ia memperbudak kita pada repetisi dan merampas kebebasan estetis kita

Arif Abdurahman
Kearipan
2 min readNov 12, 2019

--

Musik klasik dan kultur tinggi Eropa merupakan inti filosofi Theodor Adorno dan pandangan hidupnya. Ia lahir pada tahun 1903 di Frankfurt, Jerman, dan dibesarkan oleh musik, baik sebagai pendengar maupun praktisi: ibunya, Maria Calvelli-Adorno, adalah seorang penyanyi, dan Adorno muda adalah seorang pianis berbakat. Dia menghadiri Konservatorium Hoch, melanjutkan studi di bawah komponis Austria Alban Berg. Adorno memilih karir sebagai filsuf profesional yang mengambil posisi di Universitas Frankfurt pada tahun 1931, namun musik dan kebudayaan tetap menjadi fokus perhatiannya.

Adorno bersikeras pada standar yang tinggi — budaya bukan hanya masalah kemajuan teknis (dalam menyusun musik yang lebih indah dan lebih rumit, misalnya) tetapi juga (jika secara tidak langsung) masalah moralitas. Musik, seperti kebudayaan lainnya, dapat mengembangkan atau menghalangi kemajuan sosial menuju kebebasan yang lebih besar. Dan kemajuan itu terancam. Bahkan di Wina sebelum perang, Adorno melihat tanda peringatan runtuhnya kebudayaan Eropa. Dia kemudian mengulas Rite of Spring-nya Igor Stravinsky, yang ditayangkan perdana pada tahun 1913, bahwa ini merupakan ‘hiruk pikuk kebudayaan terhadap esensinya sebagai kebudayaan’ yang ‘dinikmati sebagai daya tarik yang justru bertentangan dengan peradaban’. ‘Percumbuan dengan barbarisme’ dalam balet bukan hanya musikal — ini mencerminkan fakta sosial, dan memang menunjukkan bukti semacam kecenderungan budaya terhadap regresi, dan dominasi individu oleh keutuhan sosial.

Kecenderungan menuju regresi dan dominasi ini dibuktikan dengan bangkitnya Nazisme. Ayah Adorno, Oscar Wiesengrund, adalah orang Yahudi, dan lisensi Adorno untuk mengajar dicabut oleh Nazi pada tahun 1933, membuatnya menghabiskan empat tahun di Oxford untuk belajar studi doktoral di bawah filsuf Gilbert Ryle.

Bersama dengan Institute for Social Research di Frankfurt, Adorno beremigrasi ke Amerika Serikat, akhirnya menetap di Los Angeles pada tahun 1941. Filsuf yang telah memperlalkukan dengan kejam Stravinsky sekarang harus berhadapan langsung dengan Mickey Mouse. Dalam Minima Moralia (1951), Adorno menulis dengan putus asa: ‘Setiap kunjungan ke bioskop membuatku, melawan semua kewaspadaanku, lebih bodoh dan lebih buruk lagi.’

Baca tulisan lengkapnya di Adorno Melawan Kejahatan Budaya Populer.

--

--