Erotika Utsmaniyah dan Pluralisme Seksual

Bagaimana literatur erotis Utsmaniyah dapat membingkai ulang pertanyaan tentang identitas seksual

Arif Abdurahman
Kearipan
1 min readOct 21, 2019

--

Sejarah mungkin menjadi obat penangkal terbaik bagi mereka yang tak berpikir, dan yang merusak, naturalisasi identitas cisgender dan heteroseksualitas. Ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa dalam sejarahnya orang-orang tidak menganggap seksualitas manusia dalam bentuk yang tetap dan dimorfik, bakal jauh lebih mudah untuk membayangkan masa depan yang membebaskan dan pluralis.

Di Yunani kuno, hubungan semi-dilembagakan antara erastês dan erômenos (yaitu, lelaki dewasa dan bocah lelaki) menawarkan contoh adat istiadat seksual yang berbeda dari orang-orang saat ini. Ketika para sarjana mengatakan bahwa ‘homoseksualitas’ adalah sebuah konstruksi modern, mereka tentu saja tak bermaksud mengatakan bahwa orang-orang di masa lalu tidak melakukan hubungan romantis atau erotis sesama jenis. Maksudnya, lebih tepatnya, hubungan sesama jenis dipandang di masa pra-modern sebagai hanya sebuah kegemaran atau praktik, sedangkan selama abad ke-19 mereka dianggap sebagai sifat bawaan, sebuah identitas.

Baca tulisan lengkapnya di Erotisme Utsmaniyah dan Pluralisme Seksual.

--

--