Erotika Utsmaniyah dan Pluralisme Seksual
Bagaimana literatur erotis Utsmaniyah dapat membingkai ulang pertanyaan tentang identitas seksual
Sejarah mungkin menjadi obat penangkal terbaik bagi mereka yang tak berpikir, dan yang merusak, naturalisasi identitas cisgender dan heteroseksualitas. Ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa dalam sejarahnya orang-orang tidak menganggap seksualitas manusia dalam bentuk yang tetap dan dimorfik, bakal jauh lebih mudah untuk membayangkan masa depan yang membebaskan dan pluralis.
Di Yunani kuno, hubungan semi-dilembagakan antara erastês dan erômenos (yaitu, lelaki dewasa dan bocah lelaki) menawarkan contoh adat istiadat seksual yang berbeda dari orang-orang saat ini. Ketika para sarjana mengatakan bahwa ‘homoseksualitas’ adalah sebuah konstruksi modern, mereka tentu saja tak bermaksud mengatakan bahwa orang-orang di masa lalu tidak melakukan hubungan romantis atau erotis sesama jenis. Maksudnya, lebih tepatnya, hubungan sesama jenis dipandang di masa pra-modern sebagai hanya sebuah kegemaran atau praktik, sedangkan selama abad ke-19 mereka dianggap sebagai sifat bawaan, sebuah identitas.
Baca tulisan lengkapnya di Erotisme Utsmaniyah dan Pluralisme Seksual.