Ice of Terror

Alika Ghazi, Fadil Maulana Zahwan, Moh. Aryo Julian Wicaksono

Dosen Krim
Kelas Kriminologi
2 min read5 days ago

--

Ilustrasi oleh kelompok Gletser Kutub

Gambar yang biasa dikenal dengan fenomena gunung es ini, menggambarkan bagaimana piramida dan prisma kejahatan bekerja. Para pinguin yang ada di permukaan es mencerminkan masyarakat biasa, dengan norma dan tatanan sosial yang mereka buat dan sepakati. Gletser yang terlihat (di atas permukaan air) mengilustrasikan piramida kejahatan. Sebuah penggambaran di mana semakin menuju puncak, semakin terlihat dan menjadi perhatian oleh orang-orang di bawahnya. Sebuah kerangka untuk memahami kejahatan sebagai sebuah spektrum perilaku, mulai dari tindakan penyimpangan kecil, seperti mabuk di tempat umum dan tata cara berpakaian, hingga kejahatan serius, seperti pembunuhan massal dan terorisme (Hagan, 1977, 1985). Semakin ke puncak, kejahatan semakin terlihat jelas (tidak ada perdebatan definisi) dan semakin berbahaya.

Sementara itu, gletser secara keseluruhan mengilustrasikan prisma kejahatan. Semakin ke puncak, atas maupun bawah, tindak kejahatan memiliki kesepakatan definisi dan berbahaya. Hal yang membedakan dengan piramida kejahatan, adalah kejahatan yang terjadi di bawah permukaan sulit dilihat oleh orang-orang kelas menengah ke bawah. Ini karena pelaku dari tindakan tersebut adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan (pemerintah, pengusaha, konstruksi sosial tentang ras dan gender), sehingga bisa menyembunyikan tindakan mereka atau tidak terlihat publik (Lanier dan Henry, 1998). Demikian para orca (predator yang memiliki kekuatan di bawah air) yang menggambarkan orang-orang dengan kekuasaan. Mereka dapat berbuat kejahatan yang berbahaya, tetapi dengan kekuasaan yang mereka miliki, mereka bisa menyembunyikannya dari mata publik. Tidak hanya itu, pembiasan cahaya yang dilakukan oleh air laut juga dapat mengacaukan persepsi tentang apa yang terjadi di bawah. Seberapa dalam hingga mencapai puncak gletser, dan berapa banyak yang terlewatkan oleh publik karena hal tersebut. Terlihat tidak terlalu dalam, padahal bisa saja untuk menuju puncak di bawah, jaraknya lebih jauh dari pada puncak di atas. Pantulan cahaya seperti cermin oleh air juga terlihat tidak bisa benar-benar merefleksikan apa yang terlihat. Dalam teori prisma kejahatan, prisma itu seperti lensa, bukan cermin. Menjadi sebuah penanda bahwa dua orang mungkin akan melihat tindakan yang sama, tetapi pandangan dan penilaian akan tindakan tersebut akan berbeda.

Kelompok Gletser Kutub menganggap gambar ini bisa mengilustrasikan dan memberikan penjelasan garis besar teori piramida dan prisma kejahatan. Penjelasan di atas mengenai konsensus masyarakat terkait kejahatan, tingkat berbahaya dari kejahatan, visibilitas dari tindakan kejahatan, dan adanya pengaruh kekuasaan, mencerminkan kompleksnya kejahatan melalui teori ini. Namun, dengan menggunakan analogi yang cukup terkenal, teori piramida dan prisma kejahatan dapat dibayangkan oleh orang awam dalam mencoba memahami teori ini.

Daftar Pustaka

Henry, Stuart and Lanier, Mark M, 1998, The Prism of Crime: Arguments for An Integrated Definition of Crime, Justice Quarterly, Dec 1998, Vol. 15, №4, page 609 627.

Lanier, Mark M. and Henry, Stuart, 2010, Essential Criminology, 3rd Edition, Westview Press.

--

--