Kriminologi Newsmaking
Mattew Ramos, Rakhi Dewa Kurniawan, Syifa Safina Putri Maya
Ilustrasi yang menggambarkan criminologi newsmaking ini menampilkan sebuah kolaborasi antara dua profesi dalam penyebaran informasi publik, yaitu kriminolog dan jurnalis. Pada ilustrasi tersebut, kriminolog sedang memperlihatkan data kriminalitas yang ada di laptopnya kepada seorang jurnalis, yang terlihat sibuk mencatat informasi tersebut. Di latar belakang, beberapa berita kriminalitas sedang ditampilkan di layar TV, menandakan bahwa pelaporan berita tersebut sedang berlangsung dan menjadi bagian dari perhatian publik.
Ferrell dan Hayward (1998) menekankan pentingnya keterlibatan kriminolog dalam penyebaran informasi kriminal di media massa. Konsep ini berakar pada ide bahwa kriminolog tidak hanya memberikan data dan analisis yang berbasis bukti, tetapi juga berperan aktif dalam mengkoreksi narasi media yang sering kali cenderung sensasional. Kolaborasi semacam ini memungkinkan media untuk lebih bertanggung jawab dalam pelaporan kriminal, sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang lebih akurat dan mendidik (Ferrell & Hayward, 1998).
Gambar ini mengilustrasikan inti dari konsep newsmaking criminology, sebuah pendekatan di mana kriminolog secara aktif terlibat dalam penyebaran informasi kriminal melalui media massa. Kriminolog bertindak sebagai sumber data yang valid dan ilmiah, memberikan wawasan berbasis bukti untuk memastikan bahwa laporan yang disajikan kepada masyarakat tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga memiliki dasar yang kuat dan akurat. Dengan demikian, kriminolog berperan penting dalam media yang kadang-kadang sensasional dalam menyoroti berita-berita kriminal demi meningkatkan jumlah pembaca atau pemirsa.
Dalam kolaborasi ini, kriminolog tidak hanya memberikan informasi faktual, tetapi juga menawarkan perspektif kritis yang dapat memperkaya cara masyarakat memahami fenomena kriminalitas. berita kriminal yang dipublikasikan tidak hanya bersifat informatif tetapi juga edukatif, membantu audiens mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang konteks sosial, ekonomi, atau psikologis di balik tindakan kriminal. Hal ini penting karena persepsi publik terhadap kejahatan sangat memengaruhi opini mereka terhadap kebijakan penegakan hukum, hukuman, dan pencegahan kriminalitas.
Penggambaran media tentang kejahatan dapat membentuk persepsi dan kebijakan publik, yang sering kali mengarah pada pendekatan yang menghukum atau salah sasaran terhadap peradilan pidana, cara media terkadang menyederhanakan atau membesar-besarkan peristiwa kriminal untuk hiburan yang dapat menyimpangkan pemahaman publik tentang kejahatan, penjahat, dan isu-isu keadilan, dengan bekerja lebih dekat dengan media, para kriminolog dapat membantu memperbaiki distorsi ini dan mempengaruhi wacana publik dengan cara yang mendorong pembuatan kebijakan yang berdasarkan informasi dan bukti (Gregg Barak, 1998).
Selain itu, gerakan pemuda anti hoax yang semakin berkembang di Indonesia sangat relevan dalam konteks ini. Menurut kami, pemuda memegang peran penting dalam melawan penyebaran hoax, terutama di media sosial. Pemuda harus dibekali dengan kemampuan literasi digital untuk menyaring informasi yang mereka terima. Prinsip-prinsip yang sama juga diterapkan dalam newsmaking criminology, di mana data ilmiah digunakan untuk melawan disinformasi yang berpotensi merusak pemahaman masyarakat (Greer, 2010).
Dengan demikian, kolaborasi antara kriminolog dan jurnalis dalam pelaporan kriminal yang akurat dapat menjadi inspirasi bagi pemuda dalam memerangi hoax. Melalui edukasi dan literasi digital, pemuda dapat berperan sebagai garda depan dalam memastikan bahwa setiap informasi yang diterima dan disebarkan sudah terverifikasi dengan baik. Pemuda, sebagai generasi digital yang sangat aktif di media sosial, sering kali menjadi sasaran berita-berita sensasional dan informasi palsu (hoax). Kolaborasi antara kriminolog dan jurnalis dalam newsmaking criminology berfungsi sebagai salah satu bentuk perlawanan terhadap penyebaran informasi yang tidak benar atau tidak terverifikasi, yang dapat merusak pemahaman publik tentang kejahatan. Dalam konteks ini, gerakan pemuda anti hoax dapat mengambil pelajaran dari pentingnya verifikasi data dan kerja sama yang baik antara pakar dan media untuk menyampaikan informasi yang tepat dan akurat.
Secara keseluruhan, ilustrasi ini memberikan gambaran mendalam tentang pentingnya integritas dalam pelaporan kriminalitas, serta peran kriminolog dalam mendukung jurnalis untuk menyampaikan informasi yang berbasis data. Lebih dari sekadar memastikan keakuratan berita, kolaborasi ini juga berfungsi sebagai upaya edukatif yang penting untuk membentuk pemahaman publik, terutama pemuda, agar lebih kritis terhadap informasi yang mereka terima. Dalam konteks perlawanan terhadap hoax, kolaborasi ini dapat dijadikan inspirasi bagi gerakan pemuda anti hoax dalam memastikan bahwa setiap informasi yang disebarkan memiliki dasar yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Daftar Pustaka
Barak, G. (n.d.). Newsmaking Criminology: Reflections on Media, Intellectuals, and Crime. 11(2),. The Journal of Crime and Justice, 11 (2), 47–64. 1177/003288558806200302.
Barak, G. (Ed.). (1994). Media, Process, and the Social Construction of Crime: Studies in Newsmaking Criminology. Garland Pub.
Ferrell, J., Hayward, K., & Young, J. (2008). Cultural Criminology: An Invitation. SAGE Publications.
McLaughlin, E., & Newburn, T. (Eds.). (2010). The SAGE Handbook of Criminological Theory. SAGE Publications.