Sebuah Resensi: Kolar Gold Field

Nic-im

Dosen Krim
Kelas Kriminologi
4 min readMay 7, 2024

--

“ Semua orang berpikir jika memiliki uang, maka hidup bisa tenang. Tapi, tanpa uang, seseorang tidak akan bisa mati dengan tenang. ” — Wasiat Ibunda Rocky

K.G.F atau singkatan dari Kolar Gold Field merupakan film tentang perjuangan seorang anak yatim piatu miskin yang berusaha menepati janji anehnya kepada ibunya, yaitu mati dengan kekayaan agar bisa dihormati. Penulis sekaligus sutradara film ini, Prashanth Neel, mengungkapkan bahwa film K.G.F ini terinspirasi dari kisah epik Mahabharata. Film India ini pertama kali dirilis pada tahun 2018. Di tahun 2022, sebagai kelanjutan dari chapter sebelumnya, K.G.F chapter 2 menjadi lanjutan kisah perjalanan pemeran utamanya utamanya, Yash sebagai Rocky, setelah berhasil menyelesaikan misi pertamanya.

Film ini dimulai dengan kisah seorang anak, Raja Khrissnapa Bairya atau lebih dikenal ‘Rocky’, dari keluarga miskin yang tumbuh dan besar hanya bersama ibunya seorang di suatu daerah pertanian miskin di India. Sulitnya kehidupan karena kemiskinan mereka menyebabkan ibu Rocky meninggal. Tanpa akses kesehatan yang murah, ibunya tidak mendapat pertolongan medis. Dalam saat-saat terakhir kehidupan ibunya, Rocky diminta untuk nantinya saat menjelang kematian Rocky harus dalam keadaan terhormat– yaitu harus memiliki banyak harta dan kekayaan supaya diingat oleh orang-orang, tidak seperti ibunya yang meninggal dalam kondisi yang tidak memiliki apa-apa dan tidak diingat oleh siapa-siapa.

Berusaha mewujudkan wasiat ibunya, Rocky kemudian pergi merantau ke Mumbai, kota dengan perekonomian yang maju di India. Namun, karena saat itu dia masih anak-anak dan tidak memiliki kenalan di sana, pada akhirnya Rocky kemudian diperbudak oleh suatu gangster di Mumbai. Rocky kemudian dijadikan diperbudak sebagai pekerja semir sepatu dengan upah roti. Ketika terlibat dalam gangster inilah Rocky kemudian belajar berkelahi dan bertahan hidup di jalanan dengan melakukan kejahatan jalanan. Untuk mewujudkan keinginan dari ibunya, Rocky kemudian tumbuh menjadi gangster yang terkenal seantero Mumbai. Keahliannya dalam bertarung bahkan dikenal dan ditakuti bahkan sampai ke kantor polisi.

Suatu ketika, sekelompok pengusaha yang menguasai bidang perhiasan di Mumbai menghadapi suatu permasalahan serius dengan pemilik tambang emas Koral atau KGF (Kolar Gold Field). Mereka yang mendengar keahlian bertarung Rocky kemudian menugaskan Rocky untuk membunuh pemilik (pewaris) dari tambang emas tersebut. Namun dalam percobaan pembunuhan pertamanya, Rocky gagal. Untuk menebus kegagalannya, Rocky diberikan kesempatan kedua oleh para pengusaha emas tersebut. Namun, karena ketatnya pengamanan terhadap pemilik tambang emas Kolar, Rocky harus masuk menjadi pekerja/budak di tambang tersebut. Pada akhirnya, melalui bantuan budak-budak tambang yang lain, Rocky berhasil menyelesaikan misi pembunuhan dan juga berhasil menjadi penguasa tambang emas Koral.

Secara pribadi, film ini terkadang membingungkan. Film ini menitikberatkan adegan-adegan perkelahian yang dilakukan oleh sang tokoh utama, Rocky. Walaupun, film ini memperlihatkan kondisi kehidupan dan kondisi eksploitasi manusia di dalam pertambangan, adegan perkelahian lebih mendominasi, disusul dengan adegan romantis dari sang tokoh utama.

Film ini memperlihatkan bagaimana kelompok kejahatan terorganisir bahkan negara berkontribusi dalam perdagangan dan perbudakan manusia di dalam tambang emas Koral di India. Pemilik dan penjaga tambang emas Koral, rekan bisnis, perdana menteri dan oknum pemerintah lain menjadi pihak yang terlibat sebagai kelompok kejahatan terorganisir yang memiliki tugas dan perannya masing-masing. Sebagaimana yang dijelaskan oleh UE (1997), OC sendiri memiliki 11 indikator. Dimana, kelompok kejahatan terorganisir tambang emas Koral ini terlibat dalam empat indikator wajib kejahatan terorganisir, yaitu i) keterlibatan lebih dari dua orang pelaku; ii) dilakukan dalam periode waktu tertentu; iii) melakukan tindak pidana atau kejahatan berat; iv) termotivasi oleh kekuasaan atau keuntungan (Paoli, 2014).

Dalam film ini, perbudakan yang dilakukan oleh kelompok kejahatan tambang emas Koral dilakukan kepada kelompok-kelompok rentan yang berasal dari desa-desa miskin. Laki-laki, perempuan, anak-anak, bahkan lanjut usia diperbudak untuk menambang emas di tambang. Untuk bisa memperbudak orang-orang yang diculik tadi, kelompok kejahatan pertambangan emas Koral melakukan tindakan-tindakan kekerasan seperti dengan penggunaan senjata. Konsep ini serupa dengan yang dikemukakan oleh Kane (2022) bahwa untuk melakukan eksploitasi, pelaku perdagangan manusia akan melakukan tindakan-tindakan ancaman, penggunaan kekerasan, dan bentuk pemaksaan lainnya agar orang yang diperdagangkan atau diperbudak tersebut setuju. Di sisi lain, kelompok kejahatan pertambangan emas ini, terutama para penjaga tambang, sebagaimana suatu bentuk kelompok kejahatan lain, memberikan suatu disiplin atau pengendalian kepada para budak. Misalnya, para budak dilarang menatap wajah para penjaga, jika budak menatap penjaga maka budak akan dibunuh. Budak juga dilarang untuk melewati batas garis tertentu, jika melewati budak akan dibunuh. Budak yang cacat dan tidak bisa bekerja lagi akan dibunuh. Budak yang melahirkan harus melahirkan anak laki-laki saja, jika lahir anak perempuan maka harus dibunuh karena dianggap tidak memiliki nilai eksploitasi tenaga seperti laki-laki. Kerasnya kehidupan perbudakan yang ada di tambang ini memberikan dampak terutama kesehatan baik secara fisik dan psikologis bagi para korban perbudakan. Fokus eksploitasi tenaga manusia untuk menambang emas menyebabkan kehidupan yang jauh dari kata layak. Orang-orang menjadi tidak bisa hidup bebas dan nyaman. Anak-anak dieksploitasi dan tidak diberikan haknya untuk belajar dan terbebas dari pekerjaan.

Referensi

Paoli, L. (2014). The Oxford Handbook of Organized Crime. Oxford University Press: Oxford.

Kane, J. (2022). “Making money out of misery: Trafficking for labor exploitation.” Dalam Human Trafficking (pp. 53–76). Routledge.

--

--