Babi Ngepet, Urban Legend di Tengah Zaman Modern
Pada tanggal 27 April 2021, rakyat Indonesia diramaikan dengan berita “babi ngepet” yang terjadi di Bedahan Timur, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Berita babi ngepet ini pun menyebar dengan begitu cepat melalui broadcast pesan whatsapp dan repost di sosial media. Berita babi ngepet ini juga banyak menuai komentar dari netizen yang tidak mempercayai mitos tersebut. Namun, terdapat juga netizen yang turut mengiyakan tentang kebenaran mitos babi ngepet. Lalu, bagaimana cerita yang berhasil dikupas oleh pihak polisi setempat?
Kisah Singkat
Berdasarkan kesaksian tersangka, Abdul Ibrahim (disingkat AI) yang juga seorang tokoh masyarakat di sana mengaku bahwa cerita babi ngepet ini bermula dari banyaknya laporan warga yang kehilangan uang di waktu tertentu saja, seperti malam selasa dan malam sabtu. Sebenarnya pihak masyarakat sendiri telah melakukan praduga bahwa ada babi ngepet yang berkeliaran di wilayah mereka. Memanfaatkan kekhawatiran warga dan momentum tersebut, AI mengajak 8 warga setempat untuk menyusun skenario dan memunculkan praduga masyarakat menjadi sebuah kejadian yang diharapkan oleh masyarakat, sehingga AI berharap dapat terkenal setelah kejadian tersebut serta dihormati oleh masyarakat setempat.
Dari keterangan lebih lanjut, AI merencanakan skenario ini sejak bulan Maret 2021. Motif dari penyusunan skenario ini adalah tokoh AI ingin namanya lebih terkenal dan dihormati masyarakat sekitar. AI pun rela untuk membeli seekor babi dari sebuah komunitas kucing Depok. Setelah itu, AI dan sekongkolnya mulai menyebarkan tentang sosok babi ngepet. Berita babi ngepet yang mereka rekayasa ikut disetujui oleh beberapa warga, seperti Bu Wati. Bu Wati sendiri turut viral karena beredar videonya yang secara terang-terangan menuding tetangganya sebagai sosok yang menjelma menjadi babi ngepet karena memiliki banyak harta, namun jarang keluar rumah.
Untuk mengakhiri skenario sekaligus “menuai” kepopulerannya ini, AI mengatakan kepada warga bahwa supaya babi ngepet ini dapat tertangkap, maka mereka harus bertelanjang dada untuk dapat melihat sosok babi ngepet tersebut. Alhasil, babi ngepet ini tertangkap, yang tentu saja oleh rekan AI. Karena banyak warga yang ingin melihat “babi ngepet” yang telah ditangkap sehingga menimbulkan kerumunan, pihak RT dan RW akhirnya memutuskan untuk mengeksekusi babi tersebut. Setelah diselidiki oleh Polres Metro Depok, akhirnya AI mengakui sosok babi ngepet hanyalah skenario yang dibuatnya.
Sejarah Babi Ngepet
Mitos babi ngepet sendiri merupakan sebuah kepercayaan yang muncul dalam kultur jawa karena babi dianggap hama yang selalu merusak ladang dan pertanian warga. Di luar masyarakat jawa, seperti masyarakat Bali, Papua, dan Tionghoa justru menganggap hewan babi sebagai aset dan hewan ternak yang bisa menghasilkan keuntungan. Hal ini dijelaskan oleh sejarawan yang bernama Satrio Dwicahyo (Ody) dalam dialognya di saluran Youtube Historia “Riwayat Babi Ngepet”. Ody menjelaskan bahwa praktik-praktik pesugihan seperti ”babi ngepet” yang berorientasi pada pengumpulan kekayaan disebabkan oleh ketimpangan sosial ekonomi.
Ody pun menceritakan kilas balik kondisi masyarakat ketika masa tanam paksa di bawah penjajahan Belanda. Pada masa itu, tanam paksa membuat jurang ketimpangan sosial ekonomi semakin lebar. Hal ini dikarenakan dibawah masa penjajahan ada masyarakat yang sangat dirugikan hingga jatuh miskin, namun di sisi lain ada juga yang diuntungkan hingga kaya raya serta derajat sosialnya naik. Ketimpangan inilah yang memunculkan narasi babi ngepet. “Dikambinghitamkanlah, kurang lebih begitu. Salah satunya adalah babi ngepet,” kata Ody.
Pandangan Islam
Lalu bagaimana islam memandang fenomena ini? Ada dua poin yang kita bisa petik sebagai pelajaran. Pertama, terkait keinginan tersangka AI yang ingin terkenal dan terhormat dengan cara yang tidak dibenarkan dalam islam. Lalu, yang kedua ialah Bu Wati yang viral karena tuduhan kepada tetangganya yang dikira adalah sosok babi ngepet tersebut.
Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT tidak hanya memerintahkan seorang muslim untuk beribadah kepadanya. Akan tetapi, Allah SWT juga memerintahkan manusia untuk bekerja dalam rangka mencari rezeki yang telah Allah tebar di muka bumi. Seperti yang terkandung dalam surat Al-Jumu’ah ayat 10 yang berbunyi:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya:
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
Allah S.W.T membebaskan metode atau jenis pekerjaan apapun dalam mencari rezeki mereka. Namun, ada hal yang harus digarisbawahi dalam mencari rezeki, yaitu carilah rezeki yang halal lagi baik. Sehingga tidak dibenarkan mencari rezeki dengan menyebar hoaks supaya dirinya terkenal dan mendapat rezeki dari perbuatannya. Surat Al-Baqarah ayat 168 berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Lalu bagaimana jika kita dipertemukan dengan berita yang belum tentu kebenarannya? Dalam kitabnya, Allah SWT melarang kita untuk berprasangka buruk dan mencari-cari kesalahan orang lain. Hal ini bertujuan untuk menjaga hubungan kita dengan manusia (Hablum minannas) supaya tidak ada pertikaian dalam masyarakat. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” [Al-Hujurat : 12]
Sebaliknya, Allah memerintahkan kita untuk selalu mencari kebenaran berita yang kita terima oleh orang lain, sehingga kita tidak melakukan tindakan yang gegabah dan lebih kritis dalam menerima informasi dari orang lain. Seperti tuduhan Bu Wati atas tetangganya yang kaya karena berdiam diri di rumah. Padahal kita telah masuk ke era gig economy yang hampir semua pekerjaan bisa dikerjakan dari rumah, seperti freelancer, pegawai kantoran, atau trader. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyun-lah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.” [Al-Hujurat/49:6].
Dari kejadian ini, kita sebagai generasi milenial harus menyikapinya dengan bijak serta mengambil pelajarannya. Mari kita hilangkan budaya mencari kesalahan orang lain atau bahkan memfitnah satu sama lain dalam masyarakat. Negara Indonesia terkenal oleh rakyatnya yang ramah-tamah dan harus kita jaga budaya tersebut. Kita juga harus memperkaya wawasan kita supaya tidak mudah terpancing terhadap isu yang merujuk pada perpecahan.
Wallahu A’lam Bis Showab.
DAFTAR PUSTAKA
Lukman Nur Hakim. 2021. Fakta Isu Hoaks Babi Ngepet Depok: Kronologi, Motif Pelaku, Ancaman Hukuman. https://kabar24.bisnis.com/read/20210430/15/1388536/5-fakta-isu-hoaks-babi-ngepet-depok-kronologi-motif-pelaku-ancaman-hukuman (diakses pada 9 Mei 2021 pukul 22:52)
yla. 2021. Akhir Cerita Rekayasa Babi Ngepet Depok, Pelaku Terancam Bui. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210430070056-12-636707/akhir-cerita-rekayasa-babi-ngepet-depok-pelaku-terancam-bui (diakses pada 9 Mei 2021 pukul 23:33)
Vintorio Mantalean. 2021. Isu Babi Ngepet di Depok Hasil Rekayasa, Polisi Tangkap Pelaku. https://megapolitan.kompas.com/read/2021/04/29/12385241/isu-babi-ngepet-di-depok-hasil-rekayasa-polisi-tangkap-pelaku?page=all (diakses pada 10 Mei 2021 pukul 20:56)
Andri Setiawan. 2021. Babi Ngepet, Mitos, dan Krisis. https://historia.id/ekonomi/articles/babi-ngepet-mitos-dan-krisis-D80zo/page/2?utm_campaign=artikel-ekonomi&utm_medium=instagram-bio&utm_source=linkin-bio&utm_content=babi-mitos&utm_term (diakses pada 11 Mei 2021 pukul 08:15)
https://tafsirq.com/62-al-jumuah/ayat-10 (diakses pada 11 Mei 2021 pukul 08:43)
https://tafsirweb.com/650-quran-surat-al-baqarah-ayat-168.html (diakses pada 11 Mei 2021 pukul 08:48)
https://almanhaj.or.id/3196-hukum-berburuk-sangka-dan-mencari-cari-kesalahan.html (diakses pada 11 Mei 2021 pukul 09:07)
https://almanhaj.or.id/3445-mengapa-mesti-tabayyun.html (diakses pada 11 Mei 2021 pukul 09:11)