Di Balik Perkasanya Byzantium: Tembok Konstantinopel

aulianf_lia
SiasatMenulis by Syiar Strategis KMT
3 min readMay 22, 2022
Struktur Tembok Konstantinopel (Foto: Ilmu Sejarah/2014)

Byzantium atau Romawi Timur berlindung dari serangan musuh bermodalkan ‘tembok kebanggaan’ selama lebih dari 1000 tahun. Baru pada tahun 1204 M, Pasukan Salib dari Barat berhasil menguasai kota tersebut hingga 57 tahun lamanya, meski kemudian direbut bangsa Romawi kembali. Tembok tersebut diperbaiki dan dapat berdiri lagi dengan kokoh, sekali lagi menyembunyikan keindahan kota Konstantinopel di baliknya. Tembok Kota Konstantinopel ini, digambarkan begitu kuat dan kokoh oleh Felix Y. Siauw dalam bukunya.

“Dari gerbang utama yang terletak di tengah-tengah garis pertahanan darat, seseorang akan dihadapkan dengan pemandangan pertahanan 3 lapis dari horizon ke horizon sejauh mata memandang. Kombinasi menara-tembok-menara, tembok benteng dan gerbang yang disusun dari campuran batu kapur, marmer, dan granit, yang disemen dengan kapur menjulang tinggi siap untuk menjadi arena tempur yang tentunya sangat menguntungkan bagi pasukan tuan rumah, tetapi tidak bagi penantang kota.” (Siauw, 2013)

Konstantinopel merupakan ibu kota Byzantium, yaitu imperium Romawi yang memiliki teknologi perang dan militer sangat unggul. Khususnya tembok Konstantinopel dengan prestasinya 1.123 tahun dapat menahan 23 serangan. Konstantinopel juga termasuk kota dengan aktivitas dagang terbanyak dengan populasi 500.000 orang (Mardiana, 2014).

Di bagian barat Konstantinopel, terbentang tembok yang panjangnya 7 km dengan 3 lapisan yang sangat kokoh. Lapisan tersebut adalah mega teichos, mikron teichos, dan parit. Mega teichos merupakan lapisan terdalam berupa tembok yang tingginya 18 – 20 meter dengan tebal 5 meter. Mikron teichos adalah tembok bagian luar dengan tinggi 5 meter dan lebar 2 meter. Bagian terluarnya adalah parit yang dalamnya 6 – 10 meter dan lebarnya 18 – 20 meter. Jika dipikir secara logika mustahil untuk menembus tembok tersebut. Tenaganya mungkin sudah terkuras sebagian lebih saat melewati parit. Tak heran jika penduduk di dalamnya merasa aman dengan penyerangan pasukan Utsmani (yang dikenal dengan sebutan Ghazi) terhadap tembok kebangaan mereka.

Ketika pasukan Utsmani mengepung, Kaisar Constantin menempatkan pasukan di tembok terluar. Di bawah pimpinan Giovanni Giustiniani, pasukan ini bertugas menahan pasukan Muslim yang berhasil naik ke tembok tersebut. Sebelum para Ghazi sampai pada puncak tembok, mereka dihujani anak panah yang terdapat bara api di ujungnya. Itulah senjata andalan Romawi Timur, Greek Fire (senjata yang ditemukan oleh orang Yunani berupa larutan mudah terbakar hasil pencampuran antara saltpeter, arang, dan belerang). Meskipun begitu, pasukan Ghazi bukanlah pasukan militer yang lemah, tak sedikit dari mereka yang berhasil sampai pada kaki tembok dan mulai menaiki anak tangga yang mereka bawa. Namun, Byzantium juga tidak akan berhenti menghalangi mereka. Dari atas tembok, pasukan Giovanni menyiram timah cair yang mendidih, menyerupai air terjun yang jatuh bebas siap menyiram pasukan Ghazi yang mencoba melawan arus ke atas.

Semua tantangan dan rintangan yang berlapis-lapis dihadapi pasukan Muslim. Hebatnya, teknologi tersebut tidak sebanding dengan motivasi mereka untuk merebut Konstantinopel karena Allah. Motivasi terbesar yang mendorong mereka untuk mengorbankan jiwa dan raganya adalah untuk mendapatkan janji-janji Allah.

“Dan (Allah telah menjanjikan pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya, yang sungguh Allah telah menentukan-Nya. Dan Allah adalah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Fath/48:21)

Kekuatan terbesar pasukan Ghazi untuk meruntuhkan pertahanan Byzantium adalah keyakinan mereka. Mereka sangat yakin bahwa pertolongan Allah itu sangat dekat.

“… ‘Kapankah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS.Al-Baqarah/2:214)

DAFTAR PUSTAKA

Siauw, F. Y. 2013. Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta: Al-Fatih Press.

Mardiana, D. 2014. Peran Muhammad Al-Fatih Dalam Penaklukan Konstantinopel. Depok: Universitas Indonesia.

-. 2014. Konstantinopel “Kota dengan Pertahanan Terbaik” Abad Pertengahan. http://sejarahilmu.blogspot.com/2014/02/konstantinopel-kota-dengan-pertahanan.html (diakses pada 2 Juni 2021 pukul 10:44 WIB)

--

--