Memaknai Arti Kemenangan di Hari Raya Idul Fitri

Ilustrasi Hari Raya Idul Fitri (Pixabay)

Setelah berpuasa satu bulan lamanya

Berzakat fitrah menurut perintah agama

Kini kita beridul fitri berbahagia

Mari kita berlebaran bersuka gembira

Begitulah kiranya lirik lagu yang berjudul “Selamat Hari Lebaran” karya Ismail Marzuki. Hari raya Idul Fitri memang merupakan momen yang sangat menggemberikan. Tak jarang muslim Indonesia menyebutnya sebagai hari kemenangan. Seperti halnya seorang sprinter yang telah berusaha berlari secepat-cepatnya menuju garis finish untuk meraih kemenangan, muslimin dan muslimat yang telah berhasil menjalankan ibadah puasa hingga garis finish (sebulan penuh) juga sangat layak disebut sebagai pemenang.

Namun, analogi tersebut sepertinya masih cukup dangkal dalam mengartikan makna kemenangan di hari raya Idul Fitri yang sebenarnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, artikel ini akan membahas apa sih makna kemenangan itu?

Mengapa Disebut Hari Kemenangan?

Hari raya Idul Fitri jatuh setiap 1 Syawal yang artinya tepat setelah kita melewati satu bulan penuh bulan Ramadhan. Pada bulan Ramadhan, seluruh umat muslim diperintahkan untuk menjalankan ibadah puasa yaitu dengan menahan diri dari makanan, minum, dan segala yang membatalkan, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan niat karena Allah Swt.

Bagi sebagian orang melaksanakan ibadah puasa bukanlah suatu hal yang berat dan justru malah merasakan nikmat. Akan tetapi, bagi sebagian lainnya yang kurang terbiasa, ibadah puasa bukanlah suatu hal yang mudah untuk dijalankan. Oleh sebab itu, ketika dirinya merasa telah berhasil melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh, berhasil melawan hawa nafsu, dan lain-lain dianggaplah kemudian tanggal 1 Syawal atau hari raya Idul Fitri sebagai hari kemenangan.

Namun, kemenangan tersebut bukanlah kemenangan yang hakiki. Sebab, perjuangan melawan nafsu, melawan setan, meningkatkan amal ibadah, dan sebagainya akan terus berlangsung dan tidak hanya berlangsung saat bulan Ramadhan. Konotasi menang tersebut seakan-akan kita telah berada di puncak perjuangan, padahal perjuangan masih terus berlanjut dan tentunya kita juga ingin masih bertemu bulan Ramadhan yang selanjutnya. Oleh sebab itu, jangan sampai kita menyalahartikan makna kemenangan tersebut dengan menganggap momen tersebut adalah puncak perjuangan. Akan tetapi, setelah hari raya Idul Fitri, justru kita harus lebih meningkatkan amal ibadah kita kepada Allah Swt.

Apa Tanda Puasa Kita Diterima Allah?

Melaksanakan puasa sebulan penuh merupakan kewajiban bagi seluruh umat muslim yang beriman kepada Allah Swt. Meskipun ibadah puasa adalah sebuah kewajiban tetapi dengan sifat rahman dan rahim Allah, Ia menjanjikan berbagai keuntungan-keuntungan bagi umatnya yang benar-benar menjalakankan ibadah tersebut dengan ikhlas. Meskipun demikian, tidak semua yang berpuasa akan mendapatkan keuntungan yang dijanjikan Allah Swt tersebut. Lalu, bagaimana cara kita mengetahui bahwa puasa kita diterima sehingga kemudian kita akan mendapatkan keuntungan yang dijanjikan tersebut? Tanda-tanda tersebut di antaranya sebagai berikut.

  1. Kejujuran

Ketika melakukan ibadah puasa kita diperintahkan untuk tidak makan, tidak minum, dan tidak melakukan segala hal yang membatalkan puasa. Hal-hal tersebut kita lakukan bukan karena kita merasa diawasi orang lain. Namun, benar-benar dilakukan karena adanya panggilan iman untuk beribadah kepada Allah Swt. Artinya substansi dari puasa ini salah satunya adalah kejujuran. Dengan demikian, muslim yang benar dan diterima puasanya akan memunculkan mental kejujuran di dalam dirinya dan tidak mungkin berbuat curang dan bohong.

2. Membiasakan Puasa Setelah Bulan Ramadhan

Hal tersebut diungkapkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali, “Membiasakan puasa setelah puasa Ramadhan merupakan tanda diterimanya amal puasa di bulan Ramadhan. Sesungguhnya Allah jika menerima suatu amal hamba, maka Allah beri ia taufik untuk melakukan amal shalih setelahnya.” Artinya, seorang muslim yang diterima puasanya akan terus meningkatkan ibadah puasa-puasa sunnah lainnya di luar bulan Ramadhan. Ia akan merasa senang dalam menjalakan ibadah puasa bukan malah terbebani. Adapun puasa sunnah yang dilaksanakan tepat setelah hari raya Idul Fitri adalah puasa 6 hari di bulan Syawal yang dalilnya adalah sebagai berikut.

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164).

3. Pribadi yang Lebih Baik

Seseorang yang selalu berusaha meningkatkan amal sholehnya secara fitrah dirinya akan membenci perbuatan-perbuatan yang tidak disukai Allah Swt. Sehingga, akan muncul kepribadian yang baik pada diri seorang muslim yang diterima ibadah puasanya.

Tentu kita berharap ibadah puasa yang telah kita lakukan selama sebulan penuh diterima oleh Allah Swt. sehingga keuntungan-keuntungan yang dijanjikan Allah Swt. juga dapat kita peroleh. Oleh karena itu, mari kita reset makna kemenangan di hari raya Idul Fitri ini agar kemudian kita terus berusaha meningkatkan amal ibadah kita meskipun di luar bulan Ramadhan. Semoga kita dapat bertemu lagi dengan bulan Ramadhan di tahun depan dan semoga kita termasuk hamba Allah yang selalu berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt.

Aamiin….

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1443 H

Taqabbalallaahi minnaa wa minkum taqabbal yaa kariim, wa ja’alanaallaahu wa iyyaakum minal ‘aaidin wal faaiziin wal maqbuulin kullu ‘aamin wa antum bi khair

“Semoga Allah menerima (amal ibadah) kami dan kamu, Wahai Allah Yang Maha Mulia, terimalah! Dan semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang beruntung. Setiap tahun semoga kamu semua senantiasa dalam kebaikan”

Aamiin…..

--

--