Meniti dan Memaknai Jalan Pergerakan Ibu kartini, Bangsawan yang Memperjuangkan Hak-Hak Perempuan

oleh: Habib Luthfi Ash Shiddiqie

Gambar Ibu Kartini (Kemdikbud)

Jika ditanya siapakah pahlawan nasional yang berjuang dengan taktik-taktik gerilya nya melawan Belanda, bisa dengan mudah kita menjawab Jenderal Soedirman. Jika ditanya, siapakah yang mengobarkan semangat arek arek Surabaya ketika memperjuangkan daerahnya dari serangan agresi militer Belanda. Nama-nama yang telah disebutkan sebelumnya berjuang mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan dengan mengangkat senjata melawan penjajahan. Namun, penjajahan tak melulu soal invasi militer, penjajahan juga meliputi keterbatasan pemenuhan hak manusia, pemaksaan secara sepihak, dan juga perbudakan. Hal seperti itulah yang diperjuangkan oleh seorang Raden Ajeng kelahiran Rembang pada tanggal 21 April 1879, Raden Ajeng Kartini (Selanjutnya disebut sebagai Ibu Kartini).

Perjuangan untuk melawan perbudakan yang digagas oleh Ibu Kartini lebih condong kepada pengangkatan martabat perempuan dalam pemenuhan hak sebagai warga negara dan manusia. Hal ini bukanlah sesuatu yang aneh karena pada zaman dimana Ibu Kartini menjalani kehidupannya, kondisi sosial masyarakat dan tuntutan dari pemerintah seperti mendiskreditkan keberadaan dan peran perempuan dalam aktivitas sosial dan pergerakan. Keterbatasan akses pendidikan, tidak memiliki hak dalam menentukan pasangan kekasih, serta tidak memiliki suara dalam menentukan nasib dirinya menggugah perasaan terdalam Ibu Kartini untuk memperjuangkan kenaikan martabat seorang perempuan.

Jika teman-teman bertanya apakah Ibu Kartini lahir dari keluarga yang berada pada lapisan masyarakat bawah karena begitu ngototnya memperjuangkan hak-hak perempuan dan pemenuhan HAM keseluruhan dalam setiap gagasannya, hal itu adalah salah. Dilihat dari gelar namanya, Raden Ajeng Kartini lahir dari kalangan priyayi. Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat (bupati Jepara) dan M.A. Ngasirah. Jika ditarik dari garis keturunan ayahnya, maka kita akan bertemu dengan Hamengkubuwana VI dan dapat ditilik kembali ke istana kerajaan Majapahit. Dan juga Ibu Kartini dijodohkan dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Sehingga bisa dikatakan Ibu Kartini tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bangsawan yang mapan.

Ibu kartini pun memanfaatkan privilege yang dimiliki dengan sebaik mungkin. Ibu Kartini memiliki akses-akses yang tidak dapat dimiliki oleh kebanyakan perempuan pada masanya. Ibu Kartini dapat mendapat akses pendidikan serta kesempatan untuk menjadi guru, hal yang hampir mustahil dilakukan oleh seorang perempuan pada masa itu. Dengan semua sumber daya yang ada dan juga pengamatan serta pengalaman Ibu Kartini sendiri, akhirnya Ibu Kartini bergerak untuk memperjuangkan hak-hak perempuan.

Ibu Kartini adalah salah seorang pahlawan nasional yang berjuang tidak dengan senjata namun dengan gagasan. Gagasan-gagasan kemerdekaan hak manusia, terutama pada hak kemerdekaan perempuan. Beberapa pemikirannya tertuang dalam surat-surat yang dituliskannya kepada teman Belanda semasa beliau dikurung di dalam rumah selama 4 tahun. Ibu Kartini sendiri memiliki visioner yang sangat bagus. Meski tak merasakan buah hasil pemikirannya secara langsung, beliau memupuk ideologi dan pergerakan perjuangan perempuan sedini mungkin untuk bisa terwujudnya emansipasi perempuan di masa depan.

Saat ini, kesetaraan dan pemenuhan hak sebagai perempuan sudah lebih baik dibandingkan masa lampau. Kini para perempuan dapat mengakses pendidikan yang baik dan lebih tinggi serta mendapatkan kesempatan seimbang dalam bekerja sesuai keahlian masing-masing. Namun, perjuangan tersebut harus tetap diperjuangkan. Tak sedikit orang-orang yang masih berpegang pada budaya patriarki yang menempatkan perempuan di strata sosial yang berbeda dengan laki-laki. Akan tetapi, disisi lain banyak perempuan inspirasional dan berani yang muncul dalam pembicaraan publik. Di Indonesia sendiri banyak perempuan modern yang eksis dan dikagumi mayoritas masyarakat Indonesia seperti Najwa Shihab, Maudy Ayunda, dan tokoh perempuan lainnya.

Lalu, apa yang harus kita perjuangkan? Banyak sekali aktivitas yang bisa kita –para milenial- lakukan untuk meneruskan perjuangan Ibu Kartini. Menyuarakan suara masyarakat marginal yang tertindas bisa menjadi contoh yang sesuai karena Ibu kartini pun memperjuangkan hak perempuan dimana pada masa itu adalah kaum tertindas. Memberdayakan masyarakat dan melakukan pembinaan desa bisa menjadi langkah konkret dalam mengikuti jejak Ibu Kartini karena Ibu Kartini pun dulu membangun sekolah wanita yang bertujuan membentuk wanita tangguh dan memiliki kemampuan untuk bekerja. Dan masih banyak hal positif lainnya yang bisa kita sambungkan dengan perjuangan Ibu Kartini.

Ibu Kartini bergerak dalam ide dan gagasan, tanpa mengangkat persenjataan. Mungkin pada zaman itu, sebuah ide gagasan tidak diperhitungkan sebagai penyebab revolusi yang mengancam. Namun ideologi yang tertanam dan berkembang, terutama diserap oleh orang-orang yang tertindas, maka ideologi tersebut bisa menyebabkan perubahan sosial yang signifikan. Oleh karena itu, Untuk menghormati dan menghidupkan semangat perjuangan HAM oleh Kartini, pemerintah kemudian menetapkan Hari Kartini setiap 21 April. Hari Kartini mulai ditetapkan pada masa pemerintahan Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno lewat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. Keputusan tersebut bersamaan dengan ditetapkannya Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Indonesia. Selain itu, pemilihan 21 April sebagai Hari Kartini juga karena tanggal tersebut adalah hari kelahiran Kartini, yang jatuh pada 21 April 1879.

Semangat Berjuang Kartini-Kartini Muda

Alifia Nur Faiza.Hari Kartini 21 April, Sejarah Perjuangan Emansipasi Perempuan. https://nasional.sindonews.com/read/748853/15/hari-kartini-21-april-sejarah-perjuangan-emansipasi-perempuan-1650445493. Diakses pada 20 April 2022

Kurnianing Isololipu. 2021. RA Kartini, Perempuan dan Peran Kemanusiaannya. https://mediaindonesia.com/opini/399583/ra-kartini-perempuan-dan-peran-kemanusiaannya. Diakses pada 20 April 2022

--

--