Serba Serbi Pandemi: Covid Hoax?

Sumber gambar: http://bppt.go.id

“Covid itu nggak ada”, begitu kata kebanyakan orang di sekitar kita dengan lantangnya, “Ya, itu hanyalah konspirasi rekayasa elit untuk menguasai dunia”. Bahkan, beberapa kali perkataan serupa keluar dari ucapan orang-orang besar. Tak sedikit pula ustadz yang mengatakan demikian dari atas mimbarnya, mengungkapkan bahwa covid tak lain adalah propaganda kaum barat agar semua tunduk kepada mereka, terkhususnya umat islam. Sholat berjamaah di masjid dibatasi, shaf harus diregangkan, mudik lebaran dan silaturahmi dilarang. Seolah covid tersistem untuk menyerang syariat islam dan menjauhkannya dari kehidupan sehari-hari muslim. Akibatnya, protokol kesehatan tak lagi terindahkan, maraknya fobia vaksin, hingga lunturnya kepercayaan masyarakat terhadap dunia medis. Benarkah demikian, Sobat? Kenapa hal seperti itu terjadi di tengah kita saat ini? Bagaimana islam menanggapi hal tersebut? Cukup menarik untuk dikupas satu persatu, bukan? Maka dari itu, buka mata lebar-lebar, konsentrasi tinggi, dan simak paparan berikut sampai akhir.

Dalam beberapa kitabnya, Syekh Taqiyuddin An Nabhani mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang memperparah kemunduran ummat adalah ketidakmampuan membedakan antara hadharah dan madaniyah. Jenis makanan apa kedua benda itu? Singkatnya, hadharah adalah sekumpulan mafahim (ide yang dianut) dan madaniyah adalah peradaban atau produk fisik. Hadharah islam terkait dengan akidah dan sifatnya khas yang berpijak pada Al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan, madaniyah dapat bersifat khas apabila mengandung hadharah tertentu, maupun bersifat umum apabila tidak terkait ideologi/akidah. Duh makin bingung, bang! Tenang, berarti kalian membaca dengan mikir. Misalnya, madaniyah ini semata-mata hasil dari kemajuan sains dan teknologi/industri seperti Instagram, handphone, vaksin, maka termasuk kategori madaniyah umum karena tidak terikat dengan hadharah tertentu dan mubah hukum penggunaan dan pemanfaatannya. Sementara, apabila suatu madaniyah terkandung hadharah dari luar islam seperti kalung rosario, maka haram hukumnya bagi muslim.

Diriwayatkan bahwa ummul mu’minin, Aisyah adalah seorang ahli fiqih, sastra, sejarah bangsa Arab, serta ilmu pengobatan. Keponakannya, yakni Urwah bin Zubair bertanya, “Yang sungguh membuatku heran, takjub, dan kagum adalah kemahiranmu dalam ilmu pengobatan. Dari mana engkau memperoleh semua itu?” Lalu Aisyah menjelaskan, “Wahai Urwah, sesungguhnya Rasul sering menderita sakit ketika mendekati ajalnya. Maka, para dokter bangsa Arab dan dokter ‘Ajam (non-Arab) sering berkunjung kepada beliau serta memberikan nasihat kesehatan, bagaimana menjaga kesehatan, dan keterangan tentang obat-obatan bagi penyakit yang beliau derita. Dari sinilah aku memperoleh pelajaran tentang ilmu pengobatan”.

Perhatikan, Aisyah belajar ilmu pengobatan dari orang ‘Ajam (non-Arab) yang notabenenya adalah non-muslim dari berbagai penjuru seperti persia. Tentunya keahlian yang dimiliki bangsa ‘Ajam adalah warisan dari peradaban sebelum islam. Demikian juga Rasulullah SAW. pernah menggunakan manjaniq, yaitu sebuah ketapel raksasa buatan orang Romawi yang digunakan untuk menggempur lawan ketika berperang. Ada pun terkait eksistensi covid dan vaksinasi merupakan salah satu bentuk madaniyah umum berupa ilmu yang objektif. Siapa pun yang mengkajinya — terlepas apapun ideologinya, dari mana asalnya, baik dia muslim atau pun non — akan menemui fakta, kesimpulan, serta pemahaman yang sama. Itulah mengapa dalam dunia sains tidak terdapat ikhtilaf atau perbedaan pendapat. Ikhtilaf hanya terdapat dalam fiqh, sedang dalam sains yang ada hanyalah kemungkinan belum dipahami sepenuhnya.

Maka, tak ada larangan bagi kita untuk mengikuti petunjuk menjadi sehat dari mana pun, baik dari China, Amerika, Rusia, atau pun Saudi Arabia, asalkan terbukti validitasnya. Rasulullah tak segan menginstruksikan kaum muslimin berobat kepada Al-Harits bin Kaldah, penduduk Thaif yang belum masuk islam kala itu. “Jika urusan diserahkan bukan pada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya”, wasiat Rasul kepada kita (HR. Bhukari). Mengikuti dan memahamkan rekomendasi ilmuwan dan pakar epidemiologi, farmakologi, virologi merupakan bagian dari ikhtiyar agar terhindar dari dharar (bahaya). Bagi kita yang awam pada suatu bidang, pilihannya cuma mengikuti pakarnya. Yups, sesederhana itu, lanjut.

Islam memandang sebuah kerusakan yang terjadi di bumi sebagai fasad, “Telah nampak fasad (kerusakan) di darat dan laut yang disebabkan perbuatan tangan manusia, agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Firman Allah dalam Ar-Rum ayat 41 tersebut mengungkapkan bahwa fasad terjadi akibat pelanggaran syariat Allah, perbuatan maksiat yang dilakukan manusia itu sendiri. Bencana banjir (fasad) di negara kita saat ini bisa jadi disebabkan oleh kemaksiatan manusia, yaitu tidak adanya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan saluran air, pembukaan lahan, dan alih fungsi hutan secara masif. Pandemi Covid-19 pun dimungkinkan terjadi karena pelanggaran syariat Allah tentang apa yang boleh dikonsumsi dan apa yang dilarang. Dari Abdullah bin Amru, ia berkata, “Janganlah kalian membunuh katak karena suaranya adalah tasbih. Jangan pula kalian membunuh kelelawar, karena ketika Baitul Maqdis roboh, mereka berkata, ‘Wahai Robb berikanlah kekuasaan kepadaku atas lautan hingga aku dapat menenggelamkan mereka”. (HR. Baihaqi)

Terlepas dari berbagai spekulasi di atas, baik yang telah terbukti maupun masih teridentifikasi, Allah menegaskan agar kita fokus mengambil pelajaran dari fasad tersebut sebagai bahan muhasabah. Padahal bukan kita yang melanggar syariat? Wallahu a’lam. Namun, pastinya ketika terjadi kemaksiatan yang kita saksikan dengan mata kepala sendiri, kita tak tergerak untuk menghentikannya, atau belum maksimal dalam amar ma’ruf nahi munkar. Karena kehidupan manusia bak kapal yang berlayar di tengah samudra. Semua terkumpul jadi satu kesatuan sebagai awak kapal. Apabila terdapat satu-dua orang yang melubangi kapal, tentu semuanya akan binasa, tak terkecuali orang yang tidak mengetahui kalau ada yang telah melubangi kapal tersebut. Lain cerita bila mana perbuatan tersebut berhasil dicegah, semua awak kapal mentaati aturan yang telah nahkoda tetapkan. Walhasil, selamatlah mereka sampai tujuan. Begitulah islam sebagai rahmatan lil alamin mengatur kehidupan umat, tak terbatas pada individu semata.

Setelah melewati penjelasan panjang kali lebar, kita memasuki sesi yang ditunggu-tunggu, yaitu hikmah yang dapat kita ambil. Pertama, menjadi seorang muslim tidak harus cerdas ilmu agama semata, namun juga cerdas dalam ilmu dunia, seperti ilmu kesehatan, ekonomi, dan politik. Sabda Rasul dalam salah satu haditsnya, “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). Mengapa Allah memberi kemudahan menuju surga bagi tholabul ilmi? Karena, secara sadar atau tidak, para penuntut ilmu telah menolong agama Allah. Andai, dahulu muslimin tidak menguasai ilmu medis dan pengobatan, Eropa tak akan menikmati indahnya islam dan terus terjebak dalam zaman kegelapan (dark age). Tanpa ilmu dagang dan politik, Nusantara tak akan memiliki corak dan kebudayaan islam, KTP kita pun bisa jadi tak berstatus muslim.

Kedua, perhatikan selalu apa yang kita sampaikan kepada orang lain. Bisa jadi orang lain menjadi baik atau buruk dari sebab lisan kita. Tentu kita tidak ingin mendapat dosa dari perbuatan jahat orang lain, bukan? Ini biasa dikenal sebagai konsep pahala/dosa investasi. Maka dari itu, perbanyak literasi dan tabayyun menjadi kunci pertama dari minimnya informasi dan ilmu yang kita miliki, merujuk pada pakarnya untuk mengetahui kebenaran dari apa yang akan kita sampaikan. Semoga kedepannya, baik saya pribadi dan pembaca yang budiman, menjadi lebih bijak dalam bersosial nyata maupun maya. Wallahu a’lam bishawab.

DAFTAR PUSTAKA

Andika. 2021. Konesep Berpikir Islam Mengatasi Pandemi. https://literasiislam.com/2021/03/29/konsepsi-berpikir-islam-mengatasi-pandemi/ (diakses pada 12 April 2021)

Cahyono, E. A. 2020. Ketaatan Membawa Keselamatan, Kemaksiatan Membawa Kesengsaraan. https://insantama.sch.id/ketaatan-membawa-keselamatan-kemaksiyatan-membawa-kesengsaraan/ (diakses pada 12 April 2021)

Idhom, A. M. 2021. Penyebab Banjir Kalsel Menurut Analisis LAPAN, Aktivis, dan KLHK. https://tirto.id/penyebab-banjir-kalsel-menurut-analisis-lapan-aktivis-dan-klhk-f9uk (diakses pada 13 April 2021)

Septiani, A. 2020. Virus Corona Kemungkinan Besar Berasal dari Kelelawar Asia. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5015488/virus-corona-kemungkinan-besar-berasal-dari-kelelawar-asia (diakses pada 13 April 2021)

Sriwidianti, N. 2020. Apa Itu Hadharah dan Madaniyah?. https://www.suarainqilabi.com/apa-itu-hadharah-dan-madaniyah/ (diakses pada 12 April 2021)

Yazid. 2007. Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga. https://almanhaj.or.id/13056-menuntut-ilmu-jalan-menuju-surga-2.html (diakses pada 12 April 2021)

--

--