Bisa Gawe Apa Aja Habis Jadi Sarjana Sosiologi?

Cerita-cerita lulusan Sosiologi : Nemenin narapidana, kepoin masyarakat, dan meminimalisir konflik di kantor.

Kepoin Jurusan
Published in
5 min readNov 29, 2017

--

Susah-susah gampang belajar Sosiologi, karena gak ada ilmu pasti tapi mudah dipahami. Tapi bisa ngapain sih kalau udah lulus dari Sosiologi? Simak cerita menarik beberapa lulusan Sosiologi ini!

Nurjihan Habiba, Pembimbing Kemasyarakatan di Kementerian Hukum dan HAM

Kak Nurjihan baru saja diterima sebagai CPNS di Kemenkumham. Tugasnya ada dua, yaitu melaksanakan penelitian kemasyarakatan, dan melakukan pembimbingan/pengawasan terhadap klien pemasyarakatan.

Klien pemasyarakatan adalah orang-orang yang ada dalam bimbingan balai pemasyarakatan. Atau dalam kata lain, narapidana yang diberikan pembebasan bersyarat. Wah, serem gak yah?

Hih, seram! (sumber)

“Di sosiologi kita sudah terbiasa terjun secara langsung di masyarakat, memahami fenomena dan masalah-masalah sosial. Sehingga, saya tidak merasa kesulitan karena sudah memahami bagaimana pendekatan ke masyarakat dan memahami mereka,” ucap Kak Nurjihan.

Namun tetap saja, bertemu dengan narapidana adalah tantangan baru baginya. Ia berharap dapat membina mereka kembali pada jalan yang benar dan dapat diterima oleh masyarakat.

Kak Nurjihan Habiba

Kak Nurjihan merasa bersyukur bisa bekerja sesuai dengan bidangnya.

“Alhamdulillah, ilmu yang saya punya bisa dimanfaatkan. Apalagi pekerjaan ini bukan hanya menguntungkan diri sendiri tapi bisa membantu banyak orang. Bisa jadi abdi negara buat kepentingan masyarakat. Jadi insyaAllah bukan hanya mencari materi tapi juga dapet pahalanya.”

Dari Sosiologi, Kak Nurjihan belajar untuk lebih peka terhadap masalah sosial, agar mampu memahami kondisi yang dirasakan masyarakat.

“Kita juga diajarkan agar mampu bergaul ditengah tengah masyarakat. Sehingga, rata rata anak sosiologi itu memiliki jiwa sosial yang tinggi” pungkas Kak Nurjihan.

Nurul Qur’ani Wirawan, Staff Penelitian dan Pengembangan Program di SCTV

Kenapa ya stasiun tv bisa tahu program yang baka diminatin masyarakat? Kalau lagi rame drakor, semua nayangin itu. Begitu juga pas rame drama India, Turki, atau kaya jamannya tayangan musik di TV.

Itu semua karena ada staf litbang yang selalu update soal apa yang dimau masyarakat. Melakukan survey lapangan mengenai program tv menjadi rutinitas kerja Kak Nurul. Sebagai staf litbang, Ia harus melakukan riset mengenai kegemaran masyarakat dan analisis rating.

Program apa yang paling kamu suka di tv? curhat deh ke Kak Nurul (Sumber)

“Kalau masyarakat ingin konten tentang horor, maka kita akan buat beberapa program yang ada horor nya, atau pengen konten romance, kita buat program itu.” Ujar Kak Nurul.

Ia juga mencari alasan kenapa rating suatu program bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari kompetitior (stasiun lain). Selain itu, staf litbang juga melakukan survey teknis seputar kualitas gambar dan suara.

Meski survey dilakukan dengan cara beragam, tapi dasarnya ia dapatkan selama belajar sosiologi. Seperti cara berinteraksi dengan responden, dan analisis karakteristik masyarakat.

“Kalau diibaratkan, Sosiologi itu pisaunya. Nah saat aku kerja d SCTV, pisau itu aku pakai buat potong buah, daging, sayur, macam2,” kata Kak Nurul.

Dalam riset, background yang dibutuhkan biasanya dari sosiolog, antropologi, dan statistik. Kelimuan antrop lebih melihat ke kebiasaan masyrakat, sedangkan statistik dibutuhkan untuk menganalisis data kuantitatif.

Pekerjaan ini selalu membuatnya up to date sama perkembangan yang ada di masyarakat. Namun terkadang butuh tenaga ekstra karena jam kerja di stasiun televise lebih dari instansi lain. Rata-rata Kak Nurul kerja samapi 12 jam perhari.

Kak Nurul bersama bu Harsiwi, direktur program dan produksi untuk SCTV dan Indosiar

Meski begitu, banyak juga pengalaman menarik yang bisa Ia dapat saat jalan ke daerah baru untuk survey. Kak Nurul pernah ke Medan dan melihat sendiri kekeluargaan yang ada di masyarakat batak.

“Image orang medan kan galak, emang sih nada mereka kalau bicara tinggi. Tapi sebenernya mereka tuh kekeluargaannya tinggi. Jadi bisa di bilang tampang preman hati hello kity, hehe” ujar Kak Nurul sembari bercanda.

Sosiologi membuatnya bisa lebih bijak dalam memandang sebuah masalah.

“Sosiologi itu bersifat nonetis, yang artinya tidak memandang benar atau salah. Pasti memandang sebuah perkara dari sudut pandang yang berbeda-beda. Itu yg selalu aku pegang kalau aku lagi emosi sama atasan aku, hehe. Dari sudut pandang aku, ngerasa kerjaan udah bener, tapi dari sudut pandang orang lain kan bisa beda.” Ujar Kak Nurul.

Muhammad Unin Zaenal Muttaqin, Guru dan Pengembang Pendidikan Bidang Studi Sosiologi di Nurul Fikri

Berbeda dengan kerja lapangan dua orang sebelumnya, Kak Unin lebih memilih untuk menjadi guru di bimbingan belajar Nurul Fikri. Kerja di NF tak sekadar mengajar, tapi juga memberikan konsultasi cara belajar bagi murid yang merasa kesulitan. Ia pun membuat bahan ajar nya sendiri, menjaga kualitas bahan ajar tersebut, serta merancang modul sekaligus problem set nya.

Guru sosilogimu asik kaya gini gak? (sumber)

Terkadang Kak Unin juga dipercaya untuk memimpin rapat kerja yang dilakukan secara rutin. Ternyata, Ilmu Sosiologinya juga ia terapkan dalam lingkungan kerja.

“Dari Sosiologi, kita bisa belajar untuk paham kemauan suatu kelompok, jadi bisa ngehindarin suatu konflik” jelas Kak Unin. Ia merasa, kondisi di NF bisa dibuat kondusif dan minim konflik. Semua staf berlaku kooperatif, transparan, dan objektif.

Meski Kak Unin bukan dari keguruan, ia tak ragu menjalankan profesinya ini dengan semakin giat membaca buku dan mencari berbagai metode mengajar.

“ Disini percepatan karirnya lumayan, ilmu yang saya pegang makin kuat, bahkan nambah. Ya paling sedih aja karena jauh dari orang tua, hehe” pungkas Kak Unin.

Penasaran sama info jurusan Sosiologi? Atau penasaran dengan info jurusan lain?

Stay tune on @kepoinjurusan ; atau cek instagram instagram.com/temali.media!***

--

--