Virus Corona (COVID-19) dan Disabilitas

B. Sofranita
Kerjabilitas
Published in
6 min readApr 8, 2020

Wawancara Gabby Stern (Direktur Komunikasi WHO) dengan Lindsay Lee (Ahli Isu Disabilitas WHO)

“Bagaimana penyandang disabilitas dapat mengatasi dan menjaga kesehatan fisik dan mentalnya selama pandemi COVID-19 ini berlangsung, merupakan hal yang juga penting untuk diperhatikan” — Gabby Stern, World Health Organization (WHO)

Gabby: Apa saja pertimbangan yang perlu dipikirkan untuk penyandang disabilitas saat terjadi penyebaran virus Corona?

Lindsay: Perlu kita pertimbangkan bahwa dampak dari penyebaran virus Corona dirasakan secara berbeda oleh berbagai kelompok disabilitas. Ada kelompok yang lebih rentan terkena Corona, yaitu beberapa kelompok disabilitas yang tidak bisa melakukan pembatasan sosial karena harus terus berinteraksi dengan orang yang mendampingi mereka dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Apabila mereka terkena Corona, maka ada kemungkinan efek yang mereka alami lebih berat karena mereka punya prakondisi yang sudah ada (seperti penyakit turunan).

Ada juga kelompok disabilitas yang memiliki hambatan dalam mengakses sistem kesehatan, karena masih ada diskriminasi dari peraturan tiap negara atau atas adanya stigma masyarakat. Hal ini terjadi tidak hanya di negara berkembang, namun juga di negara maju. Sehingga kemungkinan-kemungkinan ini harus dimitigasi, dicari solusinya.

Gabby: Bagaimana caranya melindungi diri sendiri ketika kamu adalah penyandang disabilitas yang mungkin tidak selalu punya akses untuk mengantisipasi virus Corona?

Lindsay: Lakukan sebisa mungkin usaha melindungi diri yang direkomendasikan oleh WHO, yaitu sering cuci tangan pakai sabun dan melakukan pembatasan sosial yang sistematis. Pikirkan apakah kamu bisa sering cuci tangan pakai sabun, dan kalau misalnya ada hambatan untuk melakukannya, lantas apa yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi hambatan ini secara konkrit. Faktanya memang semua orang dengan disabilitas harus belajar beradaptasi dengan lingkungannya untuk mengatasi hambatan yang ada.

Selain itu, yang bisa dilakukan adalah membuat rencana dengan keluarga atau orang lain yang bisa mendukungmu. Pikirkan antisipasi apabila kamu terkena Corona, apa saja yang harus kamu sediakan dan siapa yang bisa membantumu, seperti mengantar ke rumah sakit atau memberikan obat. Komunikasi sangat penting, selalu berkomunikasi dengan keluarga atau orang lain yang bisa mendukungmu. Pastikan semua tahu apa yang kamu butuhkan dan mereka mengenal satu sama lain. Apabila kamu tinggal di rumah, selalu minta orang yang mengunjungimu untuk cuci tangan pakai sabun sebelum berinteraksi denganmu.

Gabby: Apakah kamu punya pendapat tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah dan penyedia layanan disabilitas di situasi saat ini?

Lindsay: Pemerintah punya banyak tanggungjawab untuk memastikan bahwa lingkungan kita inklusif disabilitas, terutama dalam sistem kesehatan. Adanya pelayanan medis yang aksesibel untuk disabilitas.

Pemerintah perlu memastikan bahwa ada informasi kesehatan publik yang akses untuk semua orang, dengan metode yang berbeda-beda. Ketika kita mengunggah dokumen ke website kita harus memastikan bahwa dokumen tersebut punya fitur aksesibilitas; bila mengunggah video pastikan ada closed caption (transkrip tulisan)nya; foto atau ilustrasinya tidak boleh menstigmatisasi disabilitas dan harus ada penjelasannya.

Pemerintah juga perlu menyediakan sambungan telepon (hotlines) yang tidak hanya audio saja tapi juga video call (untuk disabilitas Tuli/HoH). Jadi harus ada antisipasi yang spesifik bagi tiap ragam disabilitas. Akses terhadap makanan dan obat-obatan selama merebaknya Corona seharusnya dijamin oleh pemerintah, pun juga ketersediaan masker dan hand sanitizers yang memadai untuk tenaga medis dan perawat (care givers).

Gabby: Apakah ada perbedaan antara penyandang disabilitas yang tinggal di negara berkembang dan negara maju? Karena akses untuk penyandang disabilitas di negara yang pendapatannya rendah, atau yang di daerah terpencil pasti berbeda.

Lindsay: Penyandang disabilitas ada dimana-mana, dan kebanyakan penyandang disabilitas memang ada di negara berkembang. Meskipun demikian, hak untuk mengakses sistem kesehatan sama saja antara orang yang tinggal di negara maju atau negara berkembang. Yang berbeda adalah adaptasi dilakukan untuk berpartisipasi secara penuh. Di negara maju sudah ada akses untuk perawatan berbayar sedangkan di negara berkembang lebih kepada perawatan yang dilakukan komunitas sekitar. Jadi kamu harus beradaptasi sesuai dengan lingkungan di sekitarmu, apa yang bisa kamu lakukan untuk melindungi dirimu sendiri.

Gabby: Bagaimana masyarakat dapat membantu memberikan dukungan bagi penyandang disabilitas pada saat penyebaran virus Corona seperti saat ini?

Lindsay: Nomor satu yang bisa dilakukan yaitu pastikan bahwa kita melakukan antisipasi perlindungan dasar, seperti cuci tangan, tidak memegang wajah, pembatasan sosial, dan tetap tinggal di rumah. Ini sudah melindungi orang yang masuk kelompok rentan. Dan kalau kamu tahu ada orang di lingkunganmu yang lebih rentan, cek keadaan mereka, seperti mengirimkan SMS menanyakan keadaan dan hal apa yang bisa kamu bantu. Kalaupun mereka belum membutuhkan bantuanmu, perhatianmu tetap akan menghilangkan kecemasan mereka. Jadi mereka tahu ada orang lain yang bisa diandalkan.

Kalau kamu adalah pemilik bisnis/wirausahawan atau manajer di sebuah kantor, ikuti peraturan dari WHO agar tempat kerja tetap aman dan mengusahakan agar barang dan layanan ke orang dengan disabilitas tetap tersedia. Misal di beberapa negara, ada jam operasional khusus toko untuk manula dan penyandang disabilitas, agar mereka tidak harus berdesakan dan rebutan dengan non-disabilitas yang berbelanja.

Gabby: Apa hal yang paling membuatmu cemas sebagai penyandang disabilitas di tengah penyebaran virus Corona?

Lindsay: Kita harus selalu berpikir positif, tapi yang membuatku cemas yaitu hambatan yang sering ditemui penyandang disabilitas. Akses ke sistem kesehatan untuk disabilitas sangat sulit di berbagai negara, dapat berupa hambatan fisik seperti bangunan yang tidak akses, atau hukum yang mendiskriminasi, dan stigma. Dan apabila hal ini tidak diperhatikan, bisa saja menjadi sebuah masalah.

Gabby: Apa yang harus dilakukan oleh penyandang disabilitas yang butuh perawatan di rumah setiap hari atau fisioterapi untuk melindungi diri?

Lindsay: Memang sulit untuk melakukan pembatasan sosial karena harus berinteraksi setiap hari dengan orang yang merawat. Tapi, berdasarkan diskusiku dengan staf ahli lain di WHO, pembatasan sosial itu strategi paling bagus ketika kamu tidak tahu siapa saja yang terkena Corona.

Kalau misalkan kamu tahu bahwa kamu tidak kena Corona dan orang yang merawatmu juga sehat, tidak apa-apa. Tetapi pantau terus gejala yang kamu rasakan, dan apabila kamu merasa sakit kamu harus segera memberi tahu mereka sehingga mereka bisa melakukan sesuatu.

Bila penyandang disabilitas terkena Corona dan mereka tetap membutuhkan perawatan rutin, hal pertama yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi antara perawat dan penyandang disabilitas adalah pakai masker terus dan rajin membersihkan diri dan lingkungan sekitar dengan desinfektan.

Gabby: Apakah yang bisa dilakukan oleh orang orang yang terikat di tempat tidur untuk ikut berkontribusi mencegah persebaran virus corona?

Lindsay: Bagikan informasi kepada orang lain, yang kredibel dan bantu menghentikan hoax/mitos. Kamu juga bisa menghubungi organisasi penyandang disabilitas yang sudah berorganisasi untuk ikut membantu upaya advokasi.

Gabby: Apa saja legal barrier (hambatan hukum) yang dialami disabilitas untuk mendapatkan akses kesehatan?

Lindsay: Di level internasional, kita sudah ada UNCRPD, ada legal framework yang menjamin akses dan hak penyandang disabilitas. Namun, di level nasional masih ada negara yang kebijakannya tidak sesuai dengan standar internasional, sehingga hal tersebut menjadi sebuah hambatan untuk penyandang disabilitas.

Gabby: Apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk memberikan dukungan dan melindungi penyandang disabilitas saat krisis?

Lindsay: Pemerintah harus memastikan akses informasi yang aksesibel, tidak hanya multibahasa, tetapi juga multicara. Pemerintah harus mengeluarkan biaya tertentu agar bisa merekrut orang untuk membuat konten informasi yang aksesibel untuk semua.

Gabby: Perawatku datang setiap hari untuk membantuku melakukan kegiatan sehari-hari. Apakah mereka harus pakai masker?

Lindsay: Masker cuma dipakai ketika kamu punya gejala. Tapi pemerintah seharusnya menjamin semua perawat rumah punya akses ke masker dan APD. (*Percakapan ini direkam sebelum pemerintah Indonesia mengeluarkan aturan terbaru bahwa siapapun kini wajib menggunakan masker untuk mencegah penularan virus Corona akibat tingkat penularan yang semakin tinggi)

Gabby: Kalau aku adalah pengguna kursi roda, antisipasi seperti apa yang bisa aku lakukan untuk melindungi diriku?

Lindsay: Memang ketika kamu pakai kursi roda dan rodamu akan selalu kena jalan, kamu juga pegang kursi roda itu terus menerus atau ada orang lain yang mendorongmu dengan pegangan kursi roda. Maka dari itu roda dan pegangan harus selalu dibersihkan dengan desinfektan setelah keluar rumah, pun juga bagi yang memakai alat bantu tongkat, kruk dan lain sebagainya harus rutin dibersihkan.

Gabby: Kapan kita harus pakai masker?

Lindsay: Kalau kita sehat, kita hanya perlu pakai masker ketika merawat orang yang terindikasi kena corona. Namun kalau kamu batuk atau bersin harus pakai masker. Ketika kamu pakai masker padahal sehat dan tidak tahu cara memakai dan membuang masker yang benar, malah bisa kena infeksi. (*Percakapan ini direkam sebelum pemerintah Indonesia mengeluarkan aturan terbaru bahwa siapapun kini wajib menggunakan masker untuk mencegah penularan virus Corona akibat tingkat penularan yang semakin tinggi)

Gabby: Apa saja tantangan untuk kesehatan mental penyandang disabilitas dalam menghadapi pandemi Corona ini?

Lindsay: Ini adalah waktu sulit untuk semua orang. Banyak orang bisa terjangkit anxiety (kecemasan berlebih) karena media dan semua orang selalu membahas Corona setiap harinya. Hal ini bisa membuat buruk kondisi kesehatan mental bagi sebagian kelompok penyandang disabilitas. Maka dari itu, pastikan kamu punya informasi yang kredibel, punya rencana ke depan dan melakukan antisipasi perlindungan diri dasar. Dan kamu bisa menuliskan rencana yang sudah kamu bikin agar tidak selalu cemas.

(Pada akhirnya, kamu dapat turut menghindari penularan virus Corona dengan meningkatkan daya tahan tubuh, salah satunya dengan berpikir positif dan mengurangi kecemasan. Semangat!)

*Artikel ini disadur dari tanya-jawab live streaming WHO melalui tautan berikut https://twitter.com/WHO/status/1240614100473790474?s=20 (19 Maret 2020)

--

--

B. Sofranita
Kerjabilitas

Kebenaran mutlak ada pada pengadilan Tuhan — kebenaran relatif hadir di tiap perjuangan kemanusiaan.