Late Modern Architecture in 2000s Era

Fitra Rachma Saphira
k i w a r i
Published in
6 min readNov 3, 2020

--

Studi Kasus : London City Hall — Norman Foster

Seiring dengan berkembangnya zaman, macam gaya arsitektur telah berkembang dalam rentangan waktu yang cukup panjang, yang diawali pada setiap daerah di seluruh dunia. Setiap gaya dari arsitektur-arsitektur tersebut memiliki ciri tersendiri yang membuat hasil karyanya menjadi unik dari yang lain. Terdapat tiga jenis gaya arsitektur menurut Charles Jencks yang mendasari perkembangannya yaitu arsitektur modern, late modern, dan postmodern. Arsitektur modern cenderung memiliki kesederhanaan karena muncul di era Revolusi Industri. Dimana pada era tersebut sedang gencar-gencarnya akan ketersediaan bahan bangunan baru seperti besi, baja, dan kaca mendorong penemuan teknik bangunan baru. Bertolak belakang dengan modern, arsitektur postmodern memiliki stilistika bangunannya yang rumit. Sedangkan, arsitektur late modern merupakan penengah arsitektur modern dengan post modern.

Arsitektur late modern adalah gaya arsitektur yang merupakan transformasi dari gaya arsitektur modern dengan teknologi yang lebih maju karena mulai berkembangnya arsitektur post modern secara perlahan. Gaya arsitektur ini membawa gagasan dan stilistika dari arsitektur modern dengan lebih ekstrim, melebih-lebihkan struktur dan teknologi bangunan sesuai teknologi yang berkembang pada zamannya. Arsitektur ini memiliki ciri tersendiri yang membedakan antara arsitektur modern dan post modern, seperti salah satunya adalah desain yang sederhana yang kompleks serta struktur dan konstruksi sebagai ornamen. Arsitektur late modern seringkali sulit diklasifikasikan karena gaya arsitektur ini masih menggunakan gaya atau aliran yang ada ketika masa arsitektur modern tetapi dipadukan juga dengan kemajuan teknologi terkini.

Menurut pendapat kelompok kami, late modern merupakan pengembangan atau kelanjutan dari arsitektur modern, dari bentuk sederhana melalui konsep dan rekayasa baik secara karakter bangunan maupun fungsi struktur serta sains dengan pemikiran yang lebih mendalam. Pada masa ini, bangunan lebih bersifat estetis, melebih — lebihkan struktur sebagai ornamen bangunan, dan lebih berkembang dalam penggunaan teknologi serta morfologi bentuknya. Kesan bangunan masih rasional dan fungsional, bangunan juga dapat mengkomunikasikan kemampuan teknologi dan bahan sebagai elemen artistik dan estetik yang dominan. Bangunan lebih menonjolkan pada tampilan geometrinya, warna dan tekstur hanya sebagai aksen, warna yang sering dimunculkan adalah warna perak. Keseragaman dan keserasian pada fasade bangunan terlihat dipertimbangkan dengan penggunaan bahan dan warna terkadang bersifat monoton namun inovatif, serta tetap mengutamakan karakter dan konteks bangunan dengan memperhatikan segi penggunaan dan lingkungan sekitarnya. Secara tidak sadar bangunan telah memakai gaya atau lagam, dimana didirikan untuk tujuan tertentu dan memiliki ciri khas masing — masing, arsitek menempatkan dirinya sebagai penerjemah ide.

Arsitektur late modern memiliki stilistika pada bangunannya. Pertama adalah penggunaan teknologi tinggi atau High-Tech yang ditampilkan pada bangunan dan didukung pula oleh penggambaran arsitektur late modern yang melebih-lebihkan teknologi. Kemudian adanya ambiguous reference pada complex simplicity yang terjadi pada proses desain, dimana dalam hal ini, bangunan dapat bersifat abstrak tetapi juga merepresentasikan sesuatu dan bukan hanya sebagai stilasi dari satu bentukan tertentu. Gubahan ruang pada bangunan juga dilebih-lebihkan sehingga memunculkan kemewahan yang memunculkan ambiguitas (extreme isotropic space). Bentuk pada bangunan menerapkan beberapa dari tiga hal ini, yaitu sculptural form yang merupakan usaha untuk menghargai estetika arsitektur terdahulu (arsitektur klasik, dll), ada juga hyperbole dimana bangunan menerapkan modul hiperbola matematika, dan juga enigmatic form dimana bentuk bangunan mengandung teka-teki dan membuat persepsi orang berbeda-beda terhadap bentuk tersebut. Bangunan juga menerapkan elemen bentuk yang disebut extreme repetition and purist, dimana hal ini biasa diterapkan pada keseragaman dan keserasian fasade bangunan.

Estetika pada bangunan dapat dilihat pada sirkulasi, mekanikal, teknologi, dan strukturnya, serta menggunakan estetika mesin gelombang kedua dan logika yang ekstrim. Estetika bangunan yang mudah terlihat yaitu struktur dan konstruksi sebagai ornamen yang biasanya dapat terlihat pada fasad dan interior bangunan, sedangkan logika yang diekstrimkan yaitu pada sirkulasi, mekanikal, teknologi, dan frozen movement pada struktur. Simbolisme pada stilistika arsitektur late modern yaitu anti-historical dan anti-metaphor, yang bisa juga diartikan arsitektur ini tidak ditujukan untuk menggugah rasa senang.

Arsitektur late modern terus berkembang dari ciri — ciri, penggunaan material, warna serta struktur dan teknologinya, memunculkan beberapa aliran seperti brutalism, suprematism, high-tech,dll. Menurut pendapat kelompok kami, aliran yang paling sering ditemui dan di kembangan pada era late modern adalah high-tech, yaitu merupakan bangunan menggunakan struktur yang ekstrim untuk “memaksakan” bentuk yang sesuai dengan konsep atau ide, hal ini juga dipertimbangkan fungsi secara sains yang menunjang kenyamanan manusia sebagai pengguna dan menurut pendapat kelompok kami,.

Contoh bangunan yang menerapkan arsitektur late modern adalah London City Hall yang terletak di Southwark, di tepi selatan Sungai Thames dekat Tower Bridge. Bangunan dirancang oleh Norman Foster dan dibuka pada Juli 2002, dua tahun setelah Otoritas London Raya dibentuk. Letak bangunan ini termasuk ke dalam kategori daerah yang membutuhkan pembangunan kembali, dan pemerintah dapat mengklaim perannya dalam proses regenerasi. Bangunan ini merupakan salah satu proyek ibu kota yang menunjukkan potensi untuk bangunan publik yang sepenuhnya sustainable sekaligus mengekspresikan transparansi proses demokrasi secara simbolis.

Sumber : structurae.net

London City Hall hanya menggunakan seperempat energi yang dikonsumsi oleh gedung perkantoran ber-AC di London. Hal ini dikarenakan bentuknya yang tidak biasa tersebut. Bentuk Spherical shape (bentuk geometri) pada bangunan ini merupakan ide murni awalnya yang dimaksudkan untuk menunjukan potensi bangunan publik yang sustainable dengan mengurangi luas permukaannya sehingga meningkatkan efisiensi energi. Selain itu, bangunan ini sengaja diorientasikan ke arah selatan untuk menghindari radiasi matahari . Untuk merespon orientasinya tersebut dilengkapi selubung bangunan berupa cladding system, instalasi panel surya, dan plat lantai dibuat keluar untuk meneduhi lantai bawahnya.

Selain meminimalisir area permukaan bangunan yang terpapar matahari, model komputer menunjukkan bahwa bentuk bola/geometri pada bangunan seperti itu bertujuan untuk memaksimalkan ventilasi udara alami bergerak melalui bangunan. Bahkan, bangunan tidak memerlukan pendinginan sama sekali. Konsep mengefisiensikan energi pada bangunan itulah yang terus dikembangkan, sehingga karena perkembangan teknologi seperti itu memudahkan mewujudkan bentuk-bentuk yang belum bisa diwujudkan sebelumnya sehingga selain dari konsep fungsi tersebut, muncul kecenderungan menghadirkan makna simbolis ataupun keestetikaan.

London City Hall ini merupakan salah satu bangunan yang terlihat merepresentasikan sebuah semangat kemajuan material dan juga tidak kontradiktif dengan late modern. London City Hall merupakan bangunan berstyle High-Tech. Arsitektur High-Tech bertujuan untuk memberikan segala sesuatu tampilan industri tetapi tetap mempertahankan elemen fungsional arsitektur modern. Elemen teknis, curtain wall atau panel surya, adalah salah satu jenis ornamen modern. Hal ini memperkuat dampak objek dalam gaya teknologi tinggi, baik dari segi fungsional maupun estetika.

Karena di zaman lebih maju, dengan material yang sudah di-upgrade, penggunaan akan lebih praktis serta sambungan/join antar material akan lebih mudah sehingga dapat mempermudah perancang mewujudkan ide awal dari proyek. perkembangan teknologi ini akhirnya akan memudahkan orang-orang dalam membentuk sebuah bentuk yang akhirnya pada zaman dahulu itu sulit untuk tercapai. Perkembangan ini yang mempengaruhi bangunan pada sekarang ini yang membuat kemurnian dari stilistika tersebut cenderung dipertanyakan.

Menurut kelompok kami, hal ini tidak berarti stilistika tersebut hilang sepenuhnya, masih ada seiringnya berkembangnya. Tersamarnya kemurnian dari stilistika late modern arsitektur ini bukanlah hal positif atau negatif karena hal ini merupakan suatu yang tidak bisa dihindari dengan perkembangan teknologi-teknologi yang semakin maju. Arsitektur late modern merupakan arsitektur modern yang berkembang seiringnya zaman, sehingga dalam perencanaannya terpengaruhi teknologi yang semakin maju sehingga muncul kecenderungan untuk menghadirkan makna simbolis. Hal ini membuat hasil karya arsitektur late modern terlihat bersifat estetis, melebih — lebihkan struktur sebagai ornamen bangunan, dan serta morfologi bentuknya. Tetapi dibalik sifat “menghiperbolakan” tersebut, karya arsitektur late modern tetap mengutamakan konteks pada bangunan dengan tetap memperhatikan penggunaanya dan lingkungan sekitarnya sehingga elemen fungsional arsitektur modern tetap dihadirkan.

Daftar Pustaka

Jencks, Charles A. (1980). Late-Modern Architecture and Other Essays. 1st ed. Rizzoli International Publication Inc. Great Britain.

Jencks, Charles A. (1990). New Moderns From Late to Neo Modernism. Academy Group Ltd.

Dewidar, Khaled. (2017). Hi-tech Architecture and Its Characteristics. 10.13140/RG.2.1.2725.6564.

Mulia, Bunga. (2009). Arsitektur Pasca Modern, Late Modern / Neo Modern. Fakultas Arsitektur. Teknik Arsitektur. Universitas Udayana.

Kelompok 2 : Syefira Annisa P. (003), Nabila Vian I. (005), Fitra Rachma S. (018)

--

--