Laporan Diskusir #2: Bergerak tak Berasap

Kelakar Soal Non-motorized Transport dan Tantangan Pengembangannya di Kota Bandung

Kolektif Agora
Kolektif Agora
4 min readDec 8, 2017

--

Dari kiri ke kanan: Nene, Kang Asso, Om Hendro, dan Pak Cuham. Foto oleh Sangkara Nararya

Pada tanggal 5 Desember lalu, Kolektif Agora bekerja sama dengan Spasial dan Norrm mengadakan Diskusir #2 bertajuk “Bergerak tak Berasap”. Kegiatan dilaksanakan di Spasial, Jalan Gudang Selatan №22 mulai dari jam 18.00. Kesempatan ini merupakan kali kedua bagi Kolektif Agora, setelah sebelumnya sempat mengadakan Diskusir #1 tentang polemik transportasi online.

Acara yang baru bisa dimulai pada sore hari sempat membuat kami khawatir, karena kami tahu pasti banyak yang datang dengan bersepeda. Lewat jam 18.00, kami pun menyaksikan satu per satu peserta mulai datang. Benar dugaan kami, para peserta datang membawa sepedanya masing-masing, yang kemudian diparkirkan di belakang area diskusi. Tepat pukul 18.45, Nayaka Angger, mewakili Kolektif Agora, akhirnya membuka sesi diskusi.

Foto oleh Sangkara Nararya.

Kami sangat beruntung bisa mendatangkan pemantik-pemantik yang cukup berpengalaman. Ada Anugrah Nurrewa selaku pencetus Banopolis, Hendro Talenta yang sudah aral melintang berkampanye bersama Bandung Eco Transport, dan juga Cucu Hambali sang pesepeda senior selaku “rektor” dari Bike to Campus. Teman kami, si pemerhati mobilitas kota Nefertari “Nene” Pramudhita pun menjadi moderator Diskusir kali ini.

“Saya sih dulu bersepeda supaya bisa kurus. Alat penurun berat badaaaan! (sambil menirukan suara Doraemon)”, ujar Anugrah Nurrewa yang akrab disapa Asso. Para pemantik menyampaikan pengalamannya masing-masing di bidangnya, dilanjutkan dengan cerita personal tentang awal mulai bersepeda. Salah satu hal yang menarik adalah pandangan yang berbeda-beda terkait transportasi non-motor dari ketiga pemantik tersebut.

Non-motorized Transport atau yang disingkat dengan NMT ini sendiri merupakan sebuah kunci penting dalam mencapai mobilitas berkelanjutan di perkotaan. Definisi dari NMT mencakup segala jenis moda transportasi yang mengakomodasi pergerakan manusia dan barang tanpa adanya penggunaan motor pembakaran. Di kota negara berkembang seperti Bandung, NMT merupakan elemen yang mulai diintegrasikan ke dalam perencanaan kota agar pergerakan menjadi lebih fleksibel dan terjangkau.

“Kita gak malu apa, sama orang-orang desa yang kemana-mana jalan dan bersepeda”, ujar Om Hendro. Berbekal pengalamannya mulai dari Cleanaction sampai Walk to School, ia terus aktif mengampanyekan kota yang bersih dan sehat di Bandung sejak kedatangannya di tahun 2013. “Dulu sih saya ga naik sepeda, tapi kan malu berkampanye naik sepeda tapi ga naik sepeda, jadi saya mulai naik sepeda. Sampai saya pernah naik sepeda dari Solo ke Bandung, lho.”

Foto oleh Sangkara Nararya.

“Saya sendiri sih sudah naik sepeda dari sekitar tahun 2008. Terus ceritanya dinobatkan jadi rektornya Bike to Campus. Awalnya memang ingin para mahasiswa di kota ini supaya bisa bersepeda ke kampusnya, berhubung rumah atau kosnya kan dekat dari kampus.” Pak Cuham, panggilan dari Cucu Hambali, merupakan pemantik paling senior yang bersepeda — before it was cool. Kini, bersama dengan Om Hendro, ia juga tergabung dalam Bandung Eco Transport. Bagi saya bersepeda itu bukan lagi jadi rekreasi, tapi gaya hidup, saya ke mana-mana naik sepeda sekarang.”

Di Kota Bandung, NMT menjadi tantangan tersendiri untuk dikembangkan. Ketiga pemantik menghadirkan wawasan segar dalam wacana pergerakan ini, mulai dari kontur Kota Bandung yang naik-turun, minimnya infrastruktur pendukung dan penegakan hukum, jauhnya jarak dari rumah sampai ke tempat kerja, sampai perjuangan mengajak warga Kota Bandung untuk bergerak tanpa asap. “NMT ini bisa kita lihat bukan hanya masalah memperbaiki lingkungan saja, tetapi merupakan sebuah hal yang harus diwujudkan bersama karena punya manfaat yang sangat besar untuk sebuah kota,” kurang lebih Nene menyampaikan kesimpulannya di penghujung diskusi.

Masing-masing pemantik pun menyampaikan harapannya masing-masing terhadap pergerakan non-motor ini. Mang Asso salah satunya berharap, “Saya sih sebagai seorang perencana transportasi, ya pasti ingin ada modal shift (perpindahan moda) dari warga kota ke moda transportasi seperti yang kita bahas. Ya tapi kan itu ultimate goal-nya semua planner ya, saya mah ingin setidaknya warga kota mempertimbangkan penggunaan kendaraan sesuai dengan kebutuhannya. Kalau mau ke Alfamart doang mah ya masa naik mobil atau motor. Plis atuhlah….”

Foto oleh Sangkara Nararya.

--

--