Fitur

Manusia dan Kebaruan dalam Tiga Babak

Sejarah, Modernitas, dan Peran Teknologi dalam Masyarakat

Nefertari Pramudhita
Kolektif Agora

--

Foto oleh Nefertari Pramudhita (Bandung, 2018)

Banyak dari kita yang mengedepankan kenyamanan dalam hidup. Dari mulai bangun tidur, pergi bekerja, sampai kembali ke rumah untuk beristirahat, keseharian kita diisi dengan hal-hal yang kita kenal, senangi, dan membuat kita bahagia. Orang-orang yang tidak kita tahu dan lingkungan yang jarang kita jajaki pun tidak semerta-merta menciptakan keterasingan dalam diri kita. Yang asing ialah masa lalu dan masa depan, orang-orang yang telah mendahului kita di dunia dan segala ihwal di waktu yang akan datang. Saat ini, kita familiar dengan segala benda dan pencapaian di dunia — dan tak jarang hal ini membuat kita lupa dengan perjalanan yang kita tempuh sebagai seorang manusia.

Teknologi saat ini menjadi embel-embel yang erat dengan kemajuan peradaban. Ia lekat dengan hidup kita, membuat segala hal menjadi mudah, dan memberikan harapan akan kenyamanan yang lebih luar biasa di masa depan. Cipta karya manusia dari zaman batu, bersama dengan insannya itu sendiri, telah berevolusi sedemikian rupa — dari tulisan sampai kode pemrograman, dari kuda sampai mobil, dari pisau sampai laser.

Lantas, bagaimana teknologi kemudian bisa berkembang menjadi apa yang kita miliki dan maknai sekarang? Bagaimana lika-liku perubahan relasi kita dengan teknologi ini?

Babad tentang Manipulasi

Secara etimologi, kata “teknologi” berasal dari bahasa Yunani technē yang berarti “art; craft” dan logos yang berarti “word; speech”, di mana jika dipadukan, kata ini menjadi gagasan mengenai seni murni dan terapan. Pemaknaan teknologi terus berkembang dari wacana tentang seni pada abad ke-17, menjadi “the means or activity by which man seeks to change or manipulate his environment” pada pertengahan abad ke-20.

Teknologi mungkin merupakan bentuk dari kemajuan umat manusia. Tentu, monyet terkadang menggunakan alat seperti batang kayu untuk memudahkannya mengambil pisang. Namun, manusia mengambil langkah selanjutnya dengan memotong seluruh tandan pisang sebagai makanannya. Dipercayai bahwa di antara penggunaan radikal dan pemikiran sistematik ini, manusia pertama muncul. Kemampuan manusia dalam berpikir sistematik memberikan arah pada perkembangan pengembangan alat sebagai teknologi dan sebagai bentuk evolusi manusia selanjutnya.

Perkembangan awal teknologi tentu dapat kita telusuri kembali hingga zaman prasejarah. Teknologi yang berkembang pada masa ini berkembang sangat lambat dan merupakan respon dari kegiatan dasar manusia seperti mencari makan dan tempat perlindungan. Namun, teknologi-teknologi ini membuat perubahan dari berburu secara nomaden ke sistem agrikultura yang cenderung menetap pada sebuah lokasi.

Pada sekitar 5000 tahun yang lalu, mulai terjadi transisi budaya yang mulai terjadi pada beberapa situasi geografis yang strategis — dekat dengan sumber daya alam. Masa-masa tersebut adalah awal dari pembentukan kota yang kita kenal saat ini — padat akan manusia, kaya akan interaksi di antaranya. Berbeda dari masa sebelumnya, di mana teknologi merupakan jawaban dari kebutuhan dasar, pada masa ini, teknologi yang berkembang menghasilkan kebutuhan dan sumber daya baru dan disertai dengan peningkatan inovasi yang signifikan.

Setelah itu, terdapat masa revolusi industri (sekitar abad ke-18). Terlepas dari tidak dapat ditentukan secara pasti kapan dimulainya, masa ini merupakan rentang waktu dengan perkembangan paling memukau, terutama dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Ditemukannya mesin uap memberikan kita keahlian baru dalam menggunakan energi dengan efektif, yang kemudian meningkatkan kemampuan produksi barang. Penemuan ini memberikan insentif pada pengembangan teknologi dalam usaha menuju produksi massal. Selain itu, mesin uap juga memicu perkembangan teknologi transportasi yang membuat perjalanan menjadi jauh lebih mudah dan lebih cepat.

Perkembangan teknologi tidak selamanya menjadi berita yang cerah. Pada abad ke-19, perang dunia telah mengubah arah perkembangan teknologi; membuatnya menjadi lebih menghancurkan ketimbang memudahkan. Kebutuhan untuk memenangkan perang memberikan semangat penumbuhan inovasi, baik dari pihak swasta maupun pemerintah.

Bagaimana dengan saat ini yang katanya adalah zaman informasi?

Lansir Temuan Mutakhir

Di dunia kuno, pengetahuan teknologi ditransmisikan oleh para pedagang, yang pergi mencari timah dan komoditas lain, serta oleh para pengrajin logam, batu, kulit, dan media lainnya. Mereka mengajarkan keterampilan melalui instruksi langsung atau dengan menyediakan model yang menantang perajin lain untuk menyalinnya. Semakin banyak interaksi yang terjadi pada sebuah lokasi memberikan katalis pada inovasi teknologi. Maka, tidak mengagetkan apabila perkembangan teknologi berada di tempat dengan densitas penduduk yang tinggi, karena lebih banyak pertukaran informasi di tempat tersebut.

Namun, dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, pertemuan fisik mungkin tidak diperlukan untuk pertukaran informasi. Hal ini dipercaya sebagai revolusi industri ke-4. Dengan informasi yang begitu padat, perkembangan teknologi pun menjadi lebih cepat. Perkembangan ini begitu cepat, membuat komputer saat ini memiliki kemampuan yang bahkan melebihi prediksi Moore’s Law; bahwa jumlah transistor dalam sirkuit terpadu yang padat akan berlipat ganda setiap 18 bulan. Teori tersebut terdengar sama sekali tidak masuk akal pada saat dicetuskan tahun 1975, tetapi terbukti akurat hingga beberapa tahun terakhir.

Perkembangan teknologi saat ini lebih berada dalam ranah informasi dan pengolahannya untuk menciptakan insight orisinal, bahkan mungkin menyelesaikan masalah yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Lebih dari itu, saat ini manusia terus dibandingkan dengan mesin. Hal ini terlihat pada percobaan Deep Blue mengalahkan Garry Kasparov dalam pertandingan catur yang lama menjadi keahlian manusia terhadap komputer. Bahkan, saat ini, terdapat AI (kecerdasan buatan) yang bertugas menilai keaslian gerakan dalam permainan catur seseorang. Apabila permainan seseorang terlalu unik, gerakan tersebut dicurigai sebagai gerakan komputer, dan bukan hasil daya pikir manusia.

Manusia tidak lagi menjadi superior dibandingkan dengan teknologi ciptaannya. Ketika teknologi sudah secanggih ini, bisakah kita katakan bahwa hubungan manusia dengan teknologi dalam bahaya?

Jalinan Insan dan Teknologi(nya)

Terlihat dari pembahasan sejarah sebelumnya, arah perkembangan teknologi berubah seiring dengan masanya. Tidak salah juga jika dikatakan bahwa kita sendiri yang membuat arahnya berubah. Tapi, bagaimana sebenarnya hubungan kita dengan teknologi?

Secara ringkas, dalam perkembangan teknologi setidaknya diperlukan tiga hal dari masyarakat agar teknologi dapat terus berkembang: social need, social resources, dan sympathetic social ethos. Social need merupakan kebutuhan kita akan teknologi, seperti pada perkembangan awalnya di mana kita memang membutuhkan bantuan untuk mencapai hidup yang lebih layak. Social resources merupakan kemampuan kita dalam merubah ide ke dalam bentuk purwarupa di dunia nyata, seperti pada mesin uap yang membuat produksi massal dapat dilakukan dan berhasil membawa kita dalam sebuah revolusi dalam produksi.

Sympathetic social ethos merupakan antusiasme simpatik masyarakat terhadap teknologi, seperti pada semangat kita untuk mengembangkan teknologi persenjataan pada masa perang abad ke-19. Dapat terlihat bahwa secara umum, faktor-faktor ini adalah aspek yang diperlukan dalam penerimaan teknologi dalam masyarakat. Dengan kata lain, perkembangan teknologi terjadi akibat adanya penerimaan teknologi itu sendiri. Tanpa salah satunya; tanpa penerimaan dari masyarakat, diragukan sebuah teknologi dapat tercipta atau dapat berkembang.

Penerimaan kita terhadap teknologi juga memberikan kesempatan bagi teknologi untuk memengaruhi kehidupan. Teknologi memengaruhi kita dengan mempermudah hidup. Ia juga secara tidak langsung menggeser kesetimbangan dan memberikan tatanan hidup baru pada manusia. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya artikel mengenai mass unemployment sebagai dampak dari perkembangan teknologi. Dalam artikel tahun 1983 yang banyak dikutip, ekonom besar Wassily Leontief khawatir bahwa laju perubahan teknologi modern begitu cepat sehingga banyak pekerja yang tidak dapat menyesuaikan diri dan kemudian akan menjadi usang. Namun, hal ini bukanlah hal yang baru terjadi. Pada saat telegram mulai berkembang jaringannya ke banyak kota besar, bahkan lintas lautan, Pony Express, jasa kurir surat saat itu, gulung tikar pada tahun 1861. Dengan cepatnya perkembangan teknologi saat ini, yang bahkan digadang-gadang akan menjadi lebih cepat lagi, perubahan yang terjadi pun akan lebih besar dalam waktu yang lebih sedikit.

Kita mendorong perkembangan teknologi, dan teknologi merubah tatanan hidup kita. Semua kemampuan yang besar dari teknologi membuat manusia menjadi “lebih” daripada makhluk lainnya. Namun, begitu canggihnya teknologi saat ini membuat kita begitu bergantung pada teknologi. Seringkali kita menyalahkan keberadaan teknologi (atau ketiadaannya) untuk kekacauan yang terjadi.

Teknologi yang sebelumnya ada untuk mempermudah hidup, saat ini, membuat kita menjadi begitu tergantung padanya. Terdapat banyak pandangan mengenai perkembangan teknologi dan hubungan beracun” kita dengannya. Salah satu yang paling pesimis mengenai perkembangan teknologi adalah manifesto Unabommer. Di dalam manifesto tersebut, dikatakan bahwa revolusi industri dan dampaknya telah menjadi bencana bagi umat manusia melalui kekacauan dalam masyarakat, kehampaan dalam kehidupan, menjadikan manusia sebagai objek penghinaan, memberikan kesengsaraan psikologis, dan merusak alam.

Teknologi dan perkembangannya yang begitu cepat menyimpan banyak harapan dan ketakutan. Namun, jika kita mengingat bahwa teknologi adalah ciptaan kita sendiri, menurut Lynn White Jr, “It is a poor craftsman who blames his tools”.

Mungkinkah yang perlu kita perhatikan ke depannya adalah bagaimana kita bersikap terhadap teknologi itu sendiri?

Epilog: Secuil Pengantar #Gatal2Digital

Tak semua dari kita bisa mempertanyakan hal yang sama, setidaknya begitulah prasyarat pemahaman kami terhadap tema apa yang akan diangkat bulan ini. Sialnya, dengan kenyamanan yang kita rasakan — ditambah rutinitas urban — sedikit sekali ruang untuk berhenti sejenak; memikirkan perubahan yang kita rasakan dalam keseharian, untuk lebih hati-hati bertindak. Hal ini menciptakan peluang bagi bahasan kami menjadi banal, karena toh masalahnya tidak terasa.

Bagi yang optimis , teknologi tentunya memberikan banyak cercah untuk berekspresi, berpendapat, dan mencari keuntungan materiil. Bagi yang resah dengan perkembangannya, setiap terobosan baru ibarat menjadi tetes air yang melubangi batu — meninggalkan kecacatan dalam kehidupan bermasyarakat yang seharusnya solid. Baik menentramkan atau membahayakan, teknologi pada akhirnya jadi hegemoni, entah bendanya atau sekadar wacananya.

Hal inilah yang mendorong kami (berani) mencuatkan isu tentang digital society, dengan harapan terciptanya diskusi yang ramai. Namun, pertama-tama, kami timbang perlu ada beberapa sesi pemanasan, seperti pengantar perkembangan teknologi di atas. Selanjutnya, mengarungi bulan September sampai awal Oktober, pemirsa boleh punya ekspektasi kalau isu ini akan terekskalasi perlahan — diisi dengan berbagai artikel dan konten lain yang melepaskan dahaga sekaligus mengobarkan api dialektika.

Begitulah, kawan-kawan. Ditutup kembali dengan Diskusir #11, September “ceria” kalian akan kami meriahkan dengan tema bertajuk #Gatal2Digital. Kami ingin menggaruk rasa penasaran (dan keacuhan) tentang lika-liku ihwal digital yang sudah mendarah daging di masyarakat. Kami ingin sekali mencacah pola pikir awam tentang hubungan manusia dan teknologi masa kini. Dan untuk ini, tentunya kami tunggu pula bantuan dari kawan-kawan sekalian.

Rabu, 12 September 2018

Nefertari Pramudhita
Penulis, Kolektif Agora
nefertarip@yahoo.co.id

--

--

Nefertari Pramudhita
Kolektif Agora

Mainly interested in the city and the choices people make in it