Sekilas Istanbul: Pengalaman Kota

Yustina Octifanny
Kolektif Agora
Published in
9 min readNov 16, 2017

Tulisan ini akan sedikit banyak berhubungan dengan jurnal perjalanan dari liburan saya ke Istanbul. Jadi tulisan kali ini tidak akan sekaku tulisan saya yang bisanya. Bisa dikatakan bahwa saya cukup beruntung bisa mengunjungi banyak tempat karena pekerjaan. Termasuk Istanbul, Turki yang merupakan another happy go lucky moment.

Selama ini perjalanan saya penuh dengan rencana dan target. Namun, kali ini saya ingin beristirahat sehingga saya selalu berkata kepada setiap orang bahwa “I have no plan and no expectation”. Saya berusaha menikmati kota seperti penduduk lokal, sederhana dan apa adanya — walaupun sesekali saya berprilaku seperti seorang turis.

Hal yang membuat saya tertarik dengan tempat ini adalah tempat ini overwhelming atau berlimpah-ruah. Penyebabnya mungkin karena tempat ini kaya akan sejarah yang membentuk sebuah struktur dan pola kota yang unik, plus bentuk fisik alam yang mempengaruhinya. Terutama, kota ini dibelah oleh Selat Bosphorus yang memisahkan Asia dan Eropa serta dibagi lagi oleh sebuah estuari yang dikenal dengan nama Halic atau dikenal sebagai The Golden Horn.

Peta Kota Istanbul

Sejarahnya, kota ini dipengaruhi oleh tiga peradaban: Roman, Byzantine, and Ottoman. Sekarang kota ini juga dipengaruhi oleh negara turki modern yang menganut paham sekuler. Akibatnya, sudut-sudut kota memiliki nuansa yang berbeda untuk dirasakan oleh penduduk kotanya, yaitu nuansa Eropa, Asia, Islam, dan bangunan modern. Berdasarkan informasi saya dapat saat berkunjung ke Istana Dolmabahçe, Pada masa Ottoman, sultan-sultan yang ada sangat mendukung peran-peran berbagai artis, arsitek, dan cendikiawan dari Eropa untuk berkarya di Turki. Bahkan beberapa sultan memang akrab dengan ilmu yang berkembang seperti literatur, arsitektur, seni, bahasa, dan lain-lain. Misalnya Menara Galata, yang merupakan salah satu landmark kota, merupakan hasil karya arsitek dari Italia. Ditambah lagi kota ini adalah kota perdagangan, dimana banyak sekali arus orang datang dan pergi yang mempengaruhi bentuk kotanya. Bayangkan betapa kayanya kota ini dari berbagai pengaruh jejak-jejak sejarah yang menapakinya.

Tipikal Rumah di Kota Istanbul
Nuansa Eropa
Istana Dolmabahçe
Apartemen Nuansa Turki
Perumahan Yahudi Ortodok di Balat
Selat Bosphorus yang sibuk
Simpang di Balat

Apa hal menarik dari Istanbul selain bentuk fisiknya yang memanjakan mata? Menurut saya banyak sekali hal — hal menarik yang perlu dinarasikan sebagai pelajaran berharga.

  1. Sisi Transportasi Publik

Pergerakan penduduk di Kota Istanbul tidak terpusat pada satu titik saja. Ada banyak pusat-pusat kegiatan yang menyebabkan pergerakan penduduk bisa ke berbagai titik di kota — bahkan menuju pusat lainnya dengan cara menyebrangi selat atau estuari. Untuk mengakomodir hal ini, terdapat berbagai tipe angkutan umum seperti metro (Kereta Bawah Tanah), bus, trem, ferry (penyebrangan di Selat Bosphorus), dan juga angkutan mini bus yang saling terintegrasi. Sebagai alat pembayaran, yang digunakan adalah Istanbul Card yang bisa digunakan untuk pembayaran semua angkutan umum ini, bahkan bisa membayar toilet umum.

Yang menurut saya luar biasa adalah sistem transportasinya terintegrasi. Jika melakukan berbagai perjalanan, walaupun berganti-ganti moda dari kereta, bus, atau ferry dalam 1,5 jam pertama maka akan dianggap masih dalam proses transit, sehingga harga tiket yang dikenakan semakin lama semakin murah. Misalnya saat saya naik metro harganya sekitar 2,75 TL, lalu saya harus pindah ke bus kemudian harganya turun menjadi 2 TL, lalu saya pindah ke ferry untuk menyebrang selat sehingga harga tiket menjadi 1,5 TL, lalu terakhir saya naik bus sampai menjadi 0,55 TL. Hal ini tentu membuat perjalanan di transportasi publik lebih menyenangkan dan lebih murah. Belum lagi kualitas transportasi publiknya bisa dikatakan baik sekali.

2. Ruang Publik

Hal kedua yang sangat saya senangi di Istanbul adalah adanya ruang publik yang menjadi tempat masyarakat untuk berinteraksi luar ruangan. Kultur untuk bertemu kerabat di taman sangat kental di Istanbul. Ruang publik diciptakan senyaman mungkin baik berbentuk taman, taman bermain anak, tepian sungai, maupun plaza-plaza yang dibangun di tengah-tengah pusat aktivitas. Tentu ruang publik sebagai bentuk fisik ini disediakan di setiap sudut kota agar masyarakat memiliki waktu untuk menikmati kota dan keindahan Selat Bosphorus yang dijaga kebersihannya. Akan tetapi dibalik itu semua, yang paling penting adalah kultur yang dibentuk yaitu masyarakat lebih memilih untuk berinteraksi di ruang publik kota.

Beşiktaş — tempat sarapan dan ngopi untuk anak muda
Sepanjang Tepi Bosphorus di Bebek
Cafe di Ortaköy
Nongkrong di ortaköy tepi Bosphorus, Sumber: Wikipedia ortaköy
Plaza di depan Eyüp Sultan Mosque
weekend atau weekdays selalu ada orang yang memancing

Ruang publik yang disediakan tidak hanya mengakomodasi kegiatan berkumpul masyarakat, tetapi juga mengakomodasi kebutuhan bermain bagi anak-anak dan juga kebutuhan masyarakat untuk berolahraga. Tempat aktivitas olahraga masyarakat ini dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Misalnya, material yang digunakan untuk lantai berolahraga dan taman bermain anak juga khusus. Material ini lembut seperti busa sehingga jika jatuh tidak akan melukai anak-anak.

Peralatan olahraga outdoor di tepi Selat Bosphorus
Sahabat saya sedang membakar lemak
Taman bermain yang ditemukan hampir setiap ada ruang terbuka hijau

Jalur pejalan kaki, sebagai ruang publik, juga merupakan kemewahan di kota ini. Dalam sehari saya bisa berjalan sekitar 20.000 langkah karena begitu nyamannya berjalan-jalan di Istanbul. Trotoar di desain luas, tidak licin, dilengkapi dengan kursi dan tong sampah, juga memperhitungkan pemandangan kepada pejalan kaki. Dengan demikian langkah yang saya lakukan juga tidak terasa berat karena trotoar di desain agar pejalan kaki tetap bisa menikmati pemandangan.

Jalur Pedestrian di tepi Selat Bosphorus

3. Memihak Pelajar

Istanbul membangun sebuah sistem untuk mengistimewakan pelajar. Saat masuk Istana Dolmabahçe saya dikenakan biaya sebesar 60 TL sebagai turis asing dewasa. Namun teman saya sebagai pelajar hanya dikenakan 5 TL (sungguh menyayat hati). Selain itu istanbul cards teman saya juga khusus pelajar sehingga, tarif awalnya sebesar 1,5 TL yang setiap transit akan semakin murah. Saya dengar dari beberapa pelajar internasional juga, makanan dikampus disubsidi oleh pemerintah sehingga harganya menjadi 2 TL.

Indonesia juga menganut harga yang lebih rendah untuk pelajar untuk urusan transportasi dan pintu masuk museum. Namun itu semua tidak terintegrasi dalam satu sistem yang terdata seperti kartu pelajar dan Istanbul Card tersebut. Sehingga dalam prakteknya di lapangan, akan sulit diukur untuk memberikan kemudahan kepada pelajar, tanpa memerhatikan unsur fisik sederhana seperti: seragam sekolah untuk tarif angkot yang lebih murah. Hal ini tentu sulit mengakomodir error di lapangan seperti: mahasiswa yang tidak lagi berseragam, pelajar yang sedang tidak pakai seragam di akhir minggu, dan lain-lain. Bahkan seperti kebanyakan praktek di Indonesia, untuk naik travel banyak mahasiswa yang harus membawa fotocopy KTM untuk memvalidasi pembelian travel harga mahasiswa yang lebih murah.

4. Interaksi Masyarakat dengan Kesenian dan Pengetahuan

Salah satu penanda kota yang maju adalah kesempatan bagi masyarakat untuk mengakses kesenian dan pengetahuan sebagai hal yang penting untuk pengayaan dirinya. Seperti layaknya kota-kota maju, Istanbul juga memiliki hal yang sama. Berinteraksi dengan Istanbul sangat menarik bagi saya karena titik-titik kota dipenuhi dengan dekorasi yang membuat kota indah, terdapat banyak bangunan bersejarah, musium, galeri, dan pusat kesenian lainnya. Bahkan setiap sisi dirancang secara radikal oleh masyarakat untuk memberikan pengalaman estetis.

Dekorasi di Sudut Balat
Koleksi Keramik di Taksim
Bingkai seni di tepi jalan.
Salah satu Galeri Seni di Taksim

Kebutuhan lainnya adalah kebutuhan untuk belajar dan mengakses ilmu pengetahuan, seperti salah satu perpustakaan dan ruang belajar yang saya suka bernama Salt Galata. Selain itu, banyak juga toko buku kecil yang tersebar hampir di setiap distrik. Koleksi bukunya sangat internasional, banyak literatur-literatur Eropa yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa turki dan dijual dengan harga yang lebih murah. Namun sayang sekali buku yang dijual berbahasa Turki sehingga saya tidak bisa membacanya sama sekali.

Salt Galata: perpustakaan yang koleksi bukunya bikin ngiler
Salah satu yang bikin ngiler
Toko buku di Kadikoy Moda

5. Interaksi dengan Kucing

Salah satu penulis dalam buku tentang Istanbul berkata bahwa:

“Istanbul terkenal dengan kucing-kucingnya yang sehat. Kucing-kucing tersebut membawa sisi-sisi puitis dari penduduk kota” — Anonimus.

Ternyata benar bahwa kucing dan anjing liar disini sangat bersih, sehat, besar, dan terawat. Memang ada program kota untuk memvaksinasi anjing-anjing di kota. Namun peran masyarakat untuk kedua mahluk ini juga sangat besar. Salah satu hal yang menarik dari pengamatan saya adalah orang-orang menghilangkan rasa suntuknya dengan pergi ke taman untuk bermain dengan kucing-kucing yang ada. Bahkan beberapa orang rela membawa makanan kucing untuk memberi makan kucing liar ini. Terutama di musim gugur dan musim dingin, sebagai waktu yang sulit dalam tiap tahunnya, rasa kepedulian masyarakat terhadap kedua binatang ini lebih meningkat.

Kucing liar Istanbul yang terlihat terpelihara
Anjing Liar
Kucing liar yang mendapat makanan kucing

5. Menjadi Sehat

Tentu kesehatan masyarakat penting untuk sebuah kota. Hal yang paling saya senangi dari Istanbul adalah betapa mudah dan gampangnya untuk memulai hidup sehat. Minimarket seperti Happy Center yang menyediakan sayur, buah, dan protein segar juga berada dalam jarak jalan dari rumah masyarakat.

Toko Buah di perumahan
Warung Kelontong
Pilihan jus buah yang sedang musim
Jus pomegranade di Balat

Banyak elemen yang penting untuk membuat kota menjadi hidup dan bergairah. Dari perspektif saya sebagai penikmat kota, elemen-elemen tersebut adalah hal-hal dasar seperti transportasi publik, ruang terbuka, fasilitas olahraga, fasilitas kesehatan, fasilitas bermain anak-anak, dan hal-hal esensial lainnya. Dibalik itu semua, kota perlu menawarkan detail-detail penting yang membuat kota nyaman untuk dinikmati, yang saya temukan di Istanbul seperti: kebutuhan masyarakat untuk hidup lebih sehat dengan berolahraga, bermain, dan mendapati bahan makanan lokal yang bernutrisi dan baik untuk kesehatan; kebutuhan akan keindahan dari ruang — ruang kesenian masyarakat; kebutuhan akan interaksi dan menyayangi mahluk hidup seperti kucing dan anjing liar yang ada di Istanbul; kegiatan afirmasi terhadap sekelompok penduduk kota seperti pelajar yang mendapat keistimewaan khusus; dan terakhir kebutuhan untuk mengakses ilmu pengetahuan.

Terkadang, membangun kota itu tidak perlu mewah dan megah, tapi bisa secara sederhana dan kolektif. Detail-detail kecil dilakukan oleh tiap masyarakat kota ini mungkin membuat perbedaan yang besar bagi penduduk kota, sehingga kota menjadi nyaman. Misalnya, saya sempat menyebutkan material lantai taman bermain anak yang empuk sehingga saat anak-anak jatuh tidak akan luka. Hal-hal kecil ini bisa saja luput dari perhatian kita, namun detail-detail kecil ini yang membuat kita merasa terlindungi di dalam kota. Banyak yang bilang bahwa hidup di kota itu keras. Namun, paradigma ini bisa di tantang. Hal-hal kecil dan sederhana ini jika dilakukan secara kolektif justru membuat pengalaman kota kita menjadi lebih menyenangkan.

--

--