4 Jebakan Game Programmer yang Menghambat Sukses
Programmer perlu memperhatikan agar tidak terjerumus jebakan ini.
Kalau dalam bidang programming, itu ada yang disebut istilah 10x engineer, yang artinya itu seorang programmer yang bisa menghasilkan output 10x lebih baik dibandingin dengan yang lainnya. Programmer 10x ini sangatlah dicari — cari karena kemampuan nya menghasilkan output yang jauh lebih baik dalam waktu yang singkat.
Buat meningkatkan skill menjadi 10x programmer ini ada banyak caranya, seperti memperhatikan fundamental, banyak belajar hal baru, sampai mencoba meng-handle problem — problem yang kompleks. Nah tetapi terkadang kita juga perlu memperhatikan beberapa hal yang bisa jadi jebakan / pitfall bagi kita programmer nih. Kalau kita tidak hati — hati, kita bisa kecemplung ke jebakan ini, dan bikin progress kita sebagai programmer jadi terhambat. Saya akan share beberapa hal itu ya 😁
Reinventing the Wheel
Ini menurut saya sering banget kejadian. Kalau dihadapkan sama suatu problem, banyak programmer itu langsung berpikir untuk bikin sendiri, daripada evaluasi tools yang udah ada duluan.
Alesannya itu macem — macem, mulai dari lebih gampang dikostumisasi, lebih murah, dsb.
Padahal, seringkali kita punya blindspot bahwa membuat suatu solusi itu butuh waktu pembuatan dan maintenance yang terus menerus, sehingga sebenernya bisa jadi ga lebih bagus juga.
Saya pernah share lebih detil tentang ini di tautan video berikut ini.
Perfeksionis
Berikutnya adalah jebakan perfeksionis. Kita itu terkadang pengen bikin kodingan yang selain dia jalan semestinya, dia juga harus bulletproof, plus performance yang bagus.
Tapi mindset seperti ini bisa jadi jebakan juga lho. Bisa jadi optimisasi dan arsitektur perfect yang pengen kita bikin itu memakan waktu lama untuk membuatnya, padahal kebutuhan projectnya belum perlu sampai stabil-stabil banget.
Gimana caranya menghindari jebakan ini?
Salah satunya adalah dengan selalu aware dengan goal dan fase dari fitur yang dibikin. Saat kita ngerjain fitur, pastiin kalau yang kita kerjakan itu tidak melebar dari goal awal. Bisa jadi, di fase pengerjaan sekarang tidak butuh kodingan yang optimal banget, karena masih dalam tahap validasi look dan feel dari gamenya.
Mengabaikan Testing
Jebakan yang berikutnya adalah mengabaikan atau kurang teliti saat melakukan testing fitur kita.
Saya sering menemukan kodingan yang jalan di kondisi ideal, tapi rusak total pas ada sedikit aja kondisi yang beda. Ini bisa jadi karena programmernya kurang rajin dalam melakukan testing, entah karena malas atau nggak kepikiran.
Solusi dari ini sebenarnya sederhana: biasakan planning dulu sebelum mulai tulis kode nya. Jangan sampai kita ngoding sambil mikir, karena itu bakalan bikin kualitas kode kita turun dan melupakan hal-hal penting seperti testing.
Kurang Empati
Jebakan yang terakhir itu adalah kurangnya empati programmer kepada role lain di dalam tim. Programmer yang terkena jebakan ini cenderung berpikir “yang penting kerjaan saya beres”, tapi tidak memikirkan gimana hasil pekerjaannya itu berpengaruh terhadap anggota tim lainnya.
Misalnya kita bikin fitur untuk bisa mix and match puluhan ability di game roguelike, tapi kita nggak mikirin gimana caranya game designer bisa masukin dan eksperimen kombinasinya di project kita. Hal- hal seperti ini justru malah bisa jadi bikin hasil koding kita sendiri jadi tidak memberikan impact yang maksimal.
Menurut saya, tugas utama programmer itu ada dua. Yang pertama, jelas adalah implementasi fitur sampai bisa digunakan user. Tapi yang kedua, yang juga sama pentingnya, itu adalah membantu rekan tim untuk menjalankan tugasnya dengan baik, misalnya dengan membuat dokumentasi, atau dengan membuat tools sederhana untuk input data.
Bagaimana dengan kamu?
Kalau kamu adalah seorang programmer, apakah kamu pernah kena jebakan yang serupa juga? Yuk coba evaluasi diri kita masing — masing biar kita bisa level up jadi programmer yang hebat juga 😄