Inkle Tutorial Part 1: 9 Alat yang Digunakan Narrative Designer
Artikel ini merupakan bagian dari seri Inkle Tutorial
Untuk melihat artikel sebelumnya silahkan ke Part 0: Rahasia Menjadi Narrative Designer
Untuk menggali lubang, tentu saja bisa kita menggunakan sendok saja. Tetapi alangkah lebih efisien jika kita menggunakan sekop.
Begitu pula untuk menjadi Narrative Designer. Menggunakan Notepad, Word atau bahkan menulis di atas kertas pun sudah cukup. Tetapi menggunakan tools yang tepat akan lebih sangat membantu.
Peralatan berikut dapat dibedakan jadi beberapa kategori:
- Menulis dan Membuat Database Lore
- Brainstorming dan Membuat Struktur
- Framework Narrative Game
Kita akan lebih fokus ke Framework Game, tetapi saya akan singgung sedikit tentang dua kategori lainnya terlebih dahulu.
Menulis dan Membuat Database Lore
Untuk menulis, paling sederhana anda bisa menggunakan Notepad, Microsoft Word, Google Docs, atau bahkan pulpen dan kertas.
Tetapi kekurangannya dari hal ini adalah pengorganisasian ceritanya tidak begitu rapih. Terkadang kita ingin menulis cerita dari tengah, atau scene tertentu, tidak dari awal ke akhir. Atau terkadang kita mau menulis sesuatu yang tidak akan ada di tulisan terakhir, misalnya ingin menulis detail suatu karakter atau lokasi yang akan dipakai nanti.
Ada beberapa software yang bisa dicoba disini, diantaranya yang paling mudah digunakan adalah Trello. Ini merupakan aplikasi kanban untuk project management, tetapi bisa dipakai untuk menulis dan membuat database cerita. Atau yang lumayan populer akhir — akhir ini adalah Notion, versi Trello on steroid, sangat berguna untuk menulis wiki atau lore.
Brainstorming dan Membuat Struktur
Untuk brainstorming, sebenarnya bisa saja menggunakan peralatan menulis seperti Trello atau Notion. Tetapi biasanya lebih efektif jika menggunakan peralatan Whiteboard seperti Miro atau FigJam.
Disini kita bisa menaruh semua referensi yang dirasa bisa berguna nanti. Dan juga biasanya peralatan Whiteboard tersebut memiliki Flowchart yang akan berguna untuk memetakan alur cerita.
Framework Narrative Game
Framework Game adalah sebuah peralatan yang membuat tulisan kita menjadi sebuah game pada akhirnya.
Walaupun kita menulis sepanjang mungkin di Google Docs, itu tetaplah hanya menjadi tulisan, belum menjadi sebuah game. Dengan framework inilah tulisan kita akan jadi bisa dimainkan.
1. Ren’Py
Ren’Py merupakan framework untuk membuat game Visual Novel. Dimana kita menulis cerita menggunakan format khusus Ren’Py. Dengan framework ini, membuat visual novel menjadi lebih mudah karena sudah disediakan dari awal fungsi — fungsi khusus seperti menampilkan gambar karakter, memunculkan dialog, memainkan lagu, save/load game. Tetapi jika ingin membuat game diluar Visual Novel, atau dari template yang disediakan, akan jadi jauh lebih sulit.
2. Twine
Jika anda hanya ingin membuat cerita saja tanpa interaksi yang aneh — aneh, anda bisa menggunakan Twine. Twine menyediakan editor flowchart sehingga anda dapat dengan mudah melihat alur cerita anda, bagaimana cerita anda bercabang dan bersatu kembali. Tetapi hasil game yang dapat dimainkan adalah berupa text saja beserta pilihan, gambar dan multimedia yang dihasilkan tidaklah sekompleks Ren’Py.
3. Inform7
Inform agak mirip dengan Twine, secara game yang dihasilkan berupa text saja. Tetapi di Inform, pilihan yang dapat dilakukan oleh pemain tidak terbatas hanya dalam beberapa pilihan saja. Tetapi pemain harus menulis pilihannya misalnya “open chest”, “talk to Sam”, dan sebagainya.
4. Unity: Fungus
Fungus merupakan plugin gratis di Unity untuk membuat cerita interaktif. Pada dasarnya Fungus merupakan Visual Scripting, dan untuk menampilkan dialog dan pilihan interaksinya merupakan subset dari fungsinya. Fungus mempunyai editor Node based, sehingga dapat mudah untuk drag and drop dan melihat alur cerita.
Dikarenakan menggunakan Unity, gamenya pun bisa lebih flexible, dan kita bisa lebih mengontrol game yang ingin dibuat itu seperti apa.
Kelemahannya itu editornya tidak ramah terhadap penulis yang tidak menguasai program Unity seperti plugin Unity Node based lainnya.
5. Unity: Dialogue System
Merupakan plugin Unity yang sangat lengkap untuk membuat Dialog. Mempunyai fitur yang sangat banyak. Dan tentu karena merupakan plugin untuk Unity, kita dapat membuat game apapun yang diinginkan. Kelemahannya sama dengan plugin Node based lain, susah untuk digunakan oleh penulis yang tidak paham Unity, karena pluginnya terikat erat dengan Unity.
6. Unity: Node Canvas - Dialogue Trees
Mirip dengan Dialogue System ataupun Fungus. Node Canvas sebenarnya diperuntukan untuk Visual Scripting AI menggunakan Finite State Machine maupun Behaviour Tree. Tetapi didalamnya terdapat module Dialogue Trees juga untuk membuat cerita interaktif.
7. Godot: Dialogic
Plugin khusus untuk Godot. Pada dasarnya merupakan file yang disimpan merupakan text based bukan node, tetapi dia menyediakan editor sehingga kita masih bisa mengaturnya dari editor tanpa perlu menulis perintah. Dikarenakan kalau menggunakan full text based itu terkadang bisa typo.
8. Yarn Spinner
Ini sebelas dua belas sama Ink. Yarn Spinner merupakan markup language, jadi tidak bergantung pada Game Engine apapun seperti Unity atau Godot. Jika ada yang membuat integrasinya dengan Game Engine apapun, dia bisa jalan di Game Engine tersebut. Dia menggunakan text based, sehingga semuanya perlu ditulis dengan syntax tertentu. Tetapi ini membuat lebih gampang digunakan oleh penulis.
9. Inkle / Ink
Ini yang akan kita bahas lebih banyak disini. Secara fungsi mirip dengan Yarn Spinner karena text based dan juga hanya merupkana markup language, sehingga dapat bekerja pada Game Engine apapun. Dibandingkan Yarn Spinner, fitur penulisan di Ink lebih banyak dan flexible. Secara syntax lebih compact dibandingkan Yarn Spinner, tapi lebih memusingkan jika tidak terbiasa.
Karena Ink ataupun Yarn Spinner sangat flexible dalam penggunaannya, fungsi — fungsi dasar yang disediakan di framework lain tidak ada, sehingga jika kita ingin menampilkan gambar, memunculkan text, menjalankan animasi, memainkan lagu atau sfx, semuanya harus dibuat integrasinya sendiri oleh programmer.
Tetapi dari sisi penulis, semuanya akan terlihat sangat familiar, karena semuanya hanya merupakan text.
Di artikel selanjutnya, kita akan mencoba secara langsung membuat cerita interaktif menggunakan bahasa Ink.
Lanjut ke Part 2: Menulis Cerita Interaktif Dengan Ink