JALAN NINJA MENJADI GAME DEVELOPER SELAMA 7 TAHUN

Prayogo
Kolektif Gamedev
Published in
12 min readJun 26, 2024

Artikel ini hanya sebuah pengalaman pribadi saya menjadi game developer dalam kurun waktu 7 tahun (2017–2024)

Halo perkenalkan nama saya Prayogo, di industri gamedev role utama saya adalah Programmer. Saya ingin berbagi sedikit cerita tentang pengalaman saya menjadi game developer selama 7 tahun terakhir. Ini pertama kali saya menulis untuk dipublish, jadi mohon dimaklumi :0

Kenapa Gamedev?

Mungkin saya bercerita terlebih dulu kenapa saya memilih industri game developer sebagai karir saya.

Saya mulai ingin membuat game saat SMP. Waktu itu saya sedang merenung tentang masa depan, “mau jadi seperti apa”. Saya ingin menghasilkan karya yang dapat dinikmati semua orang dan memberi impact positif serta terkenal. Dengan kondisi fisik saya, banyak orang, termasuk saya berasumsi saya akan lebih cocok bekerja di kantoran, didepan komputer yang tidak membutuhkan banyak kegiatan fisik. Akan tetapi entah kenapa saya merasa hal tersebut membosankan dan monoton.

Setelah merenung sekian lama, dari mulai ingin jadi video editor, bikin film, animasi, terpikirlah ide untuk bikin game. Waktu itu saya melihat belum ada game dari indonesia dan berpikir ini bisa menjadi peluang besar di masa depan.

Sejak saat itu saya memutuskan untuk ingin menghasilkan karya melalui membuat game yang terkenal dan memberi impact positif serta bisa ikut memajukan industri game di Indonesia

Sedikit out of topic, masa kecil saya terbilang beruntung karena dipenuhi konsol-konsol game, dari mulai jamannya Sega, Gameboy, PS1, Nintendo DS, hampir semua diikuti dan yang memperkenalkan konsol game ke saya pertama kali justru ayah saya. Bisa dibilang saya dan keluarga saya cukup suka main game. Mungkin ini menjadi salah satu faktor pendukung untuk membuat game.

Sebuah petualangan untuk menuju mimpi besar pun dimulai!

The Beginning

Saya langsung mulai belajar walaupun tidak tahu mulai dari mana. Dengan kata kunci “Cara bikin game” saya mencoba searching lewat internet dimana waktu itu internet baru ada. Awalnya mengenal RPG Maker, sebuah game engine untuk membuat game RPG. kemudian mulai mendalami pembuatan game di SMA yang kebetulan ada ekskul club game programming dan saya pun ikut bergabung. Disana saya pertama kali belajar cara bikin game dan mengenal bahasa pemrograman atau istilah coding. Ternyata bikin game harus bisa coding. Rasanya senang sekali bisa bikin game pertama kali walaupun sederhana. Waktu itu saya bikin menggunakan software Processing dimana semuanya dilakukan manual.

Saat mulai mencari kuliah, saya ingin masuk jurusan ke spesifik gamedev dibanding IT jika ada. Kebetulan pas mencari universitas, di salah satu universitas di jakarta ada membuka jurusan baru yaitu Game Application & Technology. Tanpa berpikir panjang dan cross check terlebih dulu, saya pun mengambilnya.

Dikuliah saya mulai mempelajari game engine dan mencoba membuat game. Waktu itu game engine yang digunakan adalah Unity. Saya lebih banyak menghabiskan waktu diluar kuliah untuk membuat game. Jujur saya lebih banyak otodidak lewat internet dibanding mendapat ilmu dari kuliah. Ilmu yang didapat dari kuliah sangat basic dan lebih banyak teorinya. Mungkin waktu itu karena masih jurusan baru dan belum ada kurikulum yang memadai.

Coba aja dulu apapun keadaannya

UNIQX Studio

Di Semester 3 sekitar tahun 2017 saya mencoba membuat studio game sendiri bersama teman yang bernama UNIQX Studio. Visi misinya saat itu ingin membuat game yang simple, unik, dan fun. Kami terinspirasi dari game Flappy Bird.

Waktu itu kami membuat game untuk Android dan kami hanya fokus pada teknis saja, pikiran kami saat itu yang penting playable, di upload ke Google Playstore, dan berharap banyak download. Saat itu kami tidak tahu apa itu market research, monetization, apakah game ini menjual/tidak, dan hal-hal lain dari sisi bisnisnya. Bisa dibilang kami membuat game semau kami. Total game yang telah kami buat dan rilis di Playstore selama kuliah ada tujuh game dengan berbagai genre, dari singleplayer sampai multiplayer dicoba. Dari semua game tersebut tentu tidak menghasilkan. Saya anggap waktu itu sebagai portofolio dan hasil progress belajar saya membuat game dari awal sampai akhir.

Salah satu game tersebut baru menghasilkan uang dari ads sebesar $100 setelah 5 tahun

Dari game-game tersebut sering kami ikutkan ke lomba/pameran game. Ya waktu itu saya termasuk aktif ikut berbagai event seminar, workshop, networking yang berhubungan dengan industri gamedev.

Sekitar tahun 2017 ada event Game Prime, sebuah pameran game tahunan yang diselenggarakan oleh BEKRAF (sekarang jadi Baperekraf). Dari acara-acara networking tersebutlah saya berkenalan dengan para pelaku di industri gamedev yang ternyata lumayan banyak juga di Indonesia.

Game Primr 2017

Saya juga belajar banyak hal baru dari para senior di industri gamedev seperti bagaimana membuat game design yang baik dan laku di pasar, menentukan target market, market research, bagaimana sisi bisnisnya, cara membuat pitch deck yang baik dan pitching yang benar, marketing, dsb. Hal-hal tersebut tentu tidak didapatkan di kuliah waktu itu

Ternyata membuat game yang laku dan sukses tidak hanya asal bikin saja

Selama kuliah saya juga berkesempatan study tour mengunjungi beberapa studio game seperti Agate, Touchten, Own Games. Dari sana membuat keinginan saya untuk bekerja di industri gamedev bertambah besar.

Acara networking/pameran/seminar/workshop sangat bermanfaat untuk pemula

Sebelum lulus, saya sempat magang di salah satu startup VR di Jakarta sebagai AR (Augmented Reality) Programmer. Saya tidak mengambil lanjut kerja disana karena memutuskan ingin fokus di bidang gamedev.

The Starting Journey

Tahun 2019 setelah lulus, saya bersama teman saya (5 orang) ingin mencoba membuat game sendiri selama setahun. Kami tidak langsung mencari kerja terlebih dulu. Waktu itu kebetulan ada program Indigo (sebuah program Inkubator Startup dari Telkom) dan target kami adalah lolos program tersebut agar bisa mendapat mentoring dan dana tentunya. Waktu itu kami langsung membuat game multiplayer karena memiliki potensial market yang tinggi dan berharap dapat lolos program tersebut. Ternyata membuat game multiplayer tidak semudah kami kira, scopenya terlalu besar, dan waktu deadlinenya pun sedikit. Sayangnya kami tidak lolos program tersebut dan karena satu dan lain hal, tim kami pun bubar sebelum setahun.

Setelah itu saya pun mencoba membuat game lagi berdua dengan teman saya. Kali ini saya ingin coba mengikuti market yang lumayan tinggi yaitu game horor dan membuatnya untuk platform PC. Waktu itu saya terinspirasi dengan game puzzle horor 2D asal Taiwan, Detention. Walaupun 2D, horornya dapat dengan culture china yang sangat related. Saya ingin mengadaptasinya dengan culture Indonesia. Waktu itu kami memasang target 3 bulan rilis demo di platform Gamejolt dan irch.io (karena gratis dan target market kami pemain luar) dengan nama game Dream Light.

IGDX 2019

IGDX Pertama

Dipertengahana tahun 2019 ada program event baru dari AGI dan kominfo yaitu IGDX (Indonesia Game Developer Exchange), sebuah event game developer Indonesia. Saya pun mencoba mendaftar dengan game Dream Light dan lolos, saya mendapat kesempatan untuk mengikuti pameran.

Dari pameran tersebut kami mendapat banyak feedback dari para expert industri dan pemain. Setelah dianalisa kami menemukan kendala dan stuck di bagian story gamenya yang merupakan core gameplay nya dan ternyata bukan dibidang kami serta juga scope game lumayan besar.

Akhirnya game tersebut terpaksa tidak dilanjutkan dan hanya merilis demo saja. Dari merilis demo tersebut banyak hal yang bisa dijadikan lesson learned buat kami. Untuk traffic pemainnya cukup lumayan menurut kami, beberapa youtuber gaming luar ada memainkannya, dan pertama kalinya kami mendapat uang melalui donate game dari sistem platform tersebut. Kami cukup senang membaca review dari para pemain (Bisa coba disini)

Karena sudah dua project game gagal dan kami membutuhkanbensin dana”, kami memutuskan untuk mencari pekerjaan terlebih dahulu.

Team capabilities dan scope sangat penting dalam membuat game

Kolaborasi

Selama hunting job, saya sambil mengerjakan project dari freelance. Tapi karena project freelance tidak tetap, akhirnya saya dan teman saya mencoba bikin game lagi.

Belajar dari kesalahan, kami pun mencoba membuat game yang simple, scopenya kecil, dan tidak membutuhkan waktu lama.

Kali ini kami mencoba mengajak kolaborasi dengan Niji Games, salah satu studio game juga yang lumayan terkenal dan berpengalaman menurut kami. Waktu itu mereka sempat menawarkan untuk collab di sebuah acara networking. Akhirnya setelah berdiskusi, kami memutuskan membuat sebuah game mobile puzzle dengan target 3 bulan untuk early access.

Tetapi karena ada kendala internal ditambah saya dan teman saya sudah dapat full time job, project gamenya molor sampai 1 tahun dan baru dirilis. Waktu itu kami disarankan gamenya dipublish oleh sebuah publisher lokal game mobile yang cukup baru, dengan tujuan agar bisa mendapat dana minimum guarantee nya. Karena tidak ada pilihan lain dan kami menganggap gamenya sudah tidak ada harapan, kami pun menyerahkan gamenya. (Bisa coba disini)

Bisa dikatakan hasil game ini gagal walaupun dari segi visual menurut saya sudah polish. Banyak lesson learned yang saya dapatkan di project kolaborasi ini.

Sekecil apapun, legalitas sangat penting dalam kolaborasi/kerja sama

Reality

Awalnya saya sangat pede dapat diterima kerja karena sudah mempunyai portofolio yang cukup menurut saya. Saya pun mencoba melamar di beberapa studio game yang cukup terkenal.

Tetapi sayangnya tidak ada satupun diterima bahkan ada beberapa studio saya lamar 2x dan tetap tidak diterima. Sebagian besar terhenti di tahap interview dan beberapa faktor lainnya, salah satu contohnya karena kecepatan mengetik saya terlalu lambat untuk sebagai programmer. Karena waktu itu studio game di Indonesia masih sedikit, saya pun melamar di beberapa company IT dari yang besar sampai startup kecil, tapi tidak ada satupun diterima.

Akhirnya setelah 6 bulan, saya diterima bekerja di sebuah startup IT kecul, FEBE TECH. Jujur waktu itu saya sudah memutuskan untuk terakhir apply job dan beralih ke rencana lain. Ternyata langsung diterima setelah diinterview. Beruntung saya bertemu CEO yang sangat mendukung dan mau memberi kesempatan kepada saya.

Disana saya sebagai Unity Programmer dan juga merupakan divisi game pertama. Saya menghandle project B2B gamification dan membuat IP game juga

Sayangnya saya di FEBE hanya 1,5 tahun sampai akhirnya resign karena company terkena efek pandemi korona waktu itu

Ngopi, Yuk!

Setelah resign, saya pun memutuskan mencoba membuat game lagi, melanjutkan UNIQX Studio dengan modal sendiri. Kali ini saya ingin mencoba membuat game dari IP yang sudah ada. Saya berpikir daripada harus market research, lebih baik mencoba membuat game dari IP yang sudah ada marketnya dan terkenal.

Waktu itu saya suka baca komik Webtoon. Salah satunya berjudul Ngopi, Yuk!, Dari situ saya berpikir ada peluang bisa dibuat adaptasi gamenya dan pembacanya juga lumayan banyak

Saya pun coba iseng kontak authornya untuk mengajak kolaborasi. Ternyata responnya positif, mereka sangat senang ada yang mau bikinin gamenya.

Hard Decision

Disaat yang bersamaan, saya mendapat tawaran kerja lagi dari tempat intern saya dulu. Saya sempat galau antara menerima tawaran kerja atau fokus ke project game, antara dapat kerja stabil yang pasti dapat uang atau mengerjakan project yang belum tentu ada uangnya.

Akhirnya saya memutuskan untuk memilih project game Ngopi, Yuk! karena ingin tetap serius & fokus di bidang gamedev dan optimis terhadap projectnya.

TGFI

Saya pun memulai planning, design, pembagian task, setra membuat kontrak untuk menunjukan keseriusan. Waktu itu target develop gamenya 6 bulan. Karena kekurangan resources, Saya pun mencoba mengajak adik saya sebagai game artist dan temannya sebagai game designer yang waktu itu mereka baru lulus kuliah. Kami bertiga pun memulai mendevelop gamenya

di pertengahan waktu develop, ada program TGFI (Toge Game Fund Initiative), sebuah program pendanaan untuk sebuah prototype game sampai $10.000 dari Toge Production, sebuah game publisher dan developer Indonesia.

Walaupun prioritasnya untuk game PC/Console, saya tetap coba ikut daftar, memanfaatkan semua peluang yang ada dan kami juga membutuhkan dana development jika bisa. Waktu itu kami benar-benar mempersiapkan pitch deck dan pitching dengan baik.

Hampir 3 bulan lebih kemudian akhirnya diumumkan bahwa game kami lolos program tersebut dan menerima pendanaan. Kami sangat bersyukur dan senang sekali.

Selain dapat dana, kami juga mendapat mentoring dari tim Toge. Banyak ilmu baru yang kami dapatkan dan membuka pikiran kami tentang game development.

Kami juga mendapat feedback baik desain gamenya bahkan artnya Sehingga banyak kami revisi dari konsep awal dan target develop time nya pun diundur menjadi 1 tahun.

Sesi mentoring TGFI

Dengan game Ngopi, Yuk! kami dapat kesempatan mengikuti beberapa event business game internasional secara online seperti Gamescom 2021, Indie Craft 2021, dan IGDX 2021. Dari acara tersebut kami mendapat pengalaman baru seperti pitching game sendiri dan berkenalan dengan company-company game yang ada di dunia.

Di IGDX Academy 2021 kami mendapat banyak insight dan ilmu baru di sesi mentoring terutama dibidang bisnis dalam build sustainable company. Waktu itu kami mendapat mentor dari kak Shieny Aprilia, CEO Agate Games.

Sesi mentoring IGDX Academy 2021

Selain mengerjakan project game Ngopi, Yuk!, kami juga sempat mengerjakan project klien gamification. Ya kami mendapat project klien pertama kalinya.

Singkat cerita, pada bulan April 2022 project game Ngopi, Yuk! akhirnya selesai sekaligus graduate dari program TGFI. Gamenya kami publish sendiri di Playstore & Apps Store.

Kami mendapat antusias luar biasa dari para pembaca webtoon Ngopi, Yuk!. Bisa dibilang ini merupakan game pertama saya yang menghasilkan uang. Ada perasaan bangga dan senang bisa menghasilkan uang dari bikin game sendiri. Kami juga senang game kami dimainkan para youtuber gaming. Salah satunya Windah Basudara. (bisa nonton disini)

Pameran G2G 2022 by The Lazy Monday

Di Akhir tahun 2022 game Ngopi, Yuk!. mendapat award di TGLA 2022 sebagai The Best Indonesian Narrative Driven Game yang diadakan oleh The Lazy Monday, sebuah media game terkenal di Indonesia. Kami tentu terkejut dan tidak menyangka bisa mendapat award

Dari perilisan game Ngopi, Yuk! ada banyak catatan dan hal-hal yang menjadi lesson learned. Dan menurut saya program TGFI sangat worth it dicoba gamedev yang sedang merintis.

Mungkin kapan-kapan nulis artikel tentang project game Ngopi, Yuk! dan pengalaman mengikuti progrsm TGFI :D

Reflection

Setelah mendapat sesi mentoring di IGDX dan project game Ngopi, Yuk!sudah rilis, Saya merenung untuk melanjutkan UNIQX Studio atau tidak, saya menyadari bahwa membangun company itu sulit, ditambah dengan kondisi fisik saya. Ya membangun sebuah company berbeda dengan membuat game. Saya butuh lebih banyak belajar dan bekerja sama dengan orang-orang yang lebih experience

After Ngopi, Yuk! Project

Setelah game project Ngopi, Yuk! selesai dan membutuhkan bensin dana” lagi, saya memutuskan untuk mencoba menawarkan diri bekerja di studio game teman saya, Akhir Pekan Studio yang juga seorang youtuber. Waktu itu gamenya sedang tren, dimainkan pata youtuber gaming. Menurut saya hal/konsep tersebut unik disaat itu dimana dia memanfaatkan youtube sebagai media marketing dan audiencenya sebagai pemainnya walaupun tentu effortnya cukup besar karena harus membuat konten, edit video, dsb. Saya juga kagum effortnya dari awal merintis.

Selama disana saya belajar banyak terutama bekerja dalam tim yang cukup besar yang belum pernah saya rasakan. Dan juga belajar bahwa komunitas dalam sebuah game sangat penting untuk dijaga yang selama ini saya anggap bukan prioritas utama.

Di Akhir Pekan studio, saya turut ikut dalam membuat beberapa project game. Salah satunya game Bakso Simulator yang juga mendapat TGLA Award 2022.

Community dalam sebuah game sangat penting

Mankibo

Dipertengahan tahun 2022 tiba-tiba Boy Dozan (Founder Joyseed) menghubungi saya untuk mengajak kerja di perusahaan barunya yang baru dia bikin yaitu Mankibo, yang dimana lebih fokus ke develop game premium untuk PC/Console dibanding company sebelumnya dia yang lebih ke mobile game.

Disaat bersamaan teman saya memberikan penawaran bagus karena suka dengan kinerja saya. Jujur saat itu saya galau antara memilih Mankibo yang baru, belum mempunyai produk sama sekali atau tetap stay dengan studio saya bekerja saat itu.

Akhirnya dengan berbagai pertimbangan dan suka serta sejalan dengan visi misi Mankibo yang inklusif, mau memberi kesempatan bagi orang kurang beruntung, ditambah track record foundernya, saya pun memilih bergabung dengan Mankibo

Ulang tahun pertama Mankibo

Dan sudah hampir 2 tahun saya membuat game di Mankibo dan sudah membuat beberapa project game tapi belum satupun yang bisa dirilis. Tetapi banyak hal-hal baru yang saya dapatkan selama disini. Bukan hanya sekadar dari sisi pembuatan game saja, tapi juga bagaimana manage sebuah company, membuat culture kerja yang fun dan tidak toxic, dsb. Ya saya diberi kesempatan untuk ikut serta dalam management company.

Motionime Fest 2023

Networking dan personal branding sangat penting

The Next Arc

Ya sudah hampir 7 tahunan saya di industri game, sudah membuat beberapa project game, dan belum ada satupun yang bisa dikatakan “sukses”. Tetapi setiap game yang sudah dibuat, ada pengalaman tersendiri, ada lesson learned yang bisa diambil untuk selanjutnya, dan saya percaya bisa membuat game yang saya impikan suatu saat.

Apakah saya menyesal memilih gamedev? Saya bangga dapat mengikuti dan turut serta dakam perkembangan industri gamedev di Indonesia.

Coba dulu, tetap belajar, jangan menyerah, dan konsisten 🔥

Terima kasih yang sudah membaca sampai akhir!

See you di next artikel jika ada ^_^

BTW Kalian dapat menonton versi videonya di Skill Tree AGI

--

--