Rakyat Bersatu tak Bisa Dikalahkan! : Keberhasilan Gerakan Pendidikan di Chile Menciptakan Pendidikan Gratis

Serikat Mahasiswa Progresif UI
Kolumnar
Published in
23 min readMay 7, 2018

Oleh: Anigusye Nawa, Audhila Noveyni, Farhan Rahadian Najib, M. Hafidh Ma’ruf, Petrus Pradhopo Wening (penyunting)

Konteks Politik Chile

Kudeta militer pada 1973 disebabkan oleh kebijakan Salvador Allende yang dianggap terlalu sosialis dan menentang kapitalisme membuat Amerika Serikat merasa gerah. Salvador Allende yang sosialis terpilih secara demokratis melalui pemilu juga menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksukaan dari Amerika Serikat. Jika Salvador Allende berhasil menang dan menjalankan pemerintahan dengan sukses akan menyebabkan partai sosialis dan partai komunis memilih jalan elektoral dan akan mendapat banyak kemenangan terkhusus di Amerika Latin. Sebab, Amerika Latin merupakan wilayah yang kesenjangan sosialnya sangat tinggi.

Kudeta militer di Chile menjadikan Jendral Augusto Pinochet sebagai presiden dan junta militer menguasai legislatif. Kebijakan ekonomi-politik dari pemerintahan diktator-militer ini dijalankan berdasarkan saran dari Chicago Boys. Atas saran Chicago Boys, reformasi konstitusi dan reformasi ekonomi dilakukan. Pemerintah melakukan liberalisasi perdagangan, privatisasi sektor publik, dan pengkontrolan laju inflasi.[1] Selanjutnya masuknya modal asing, perdagangan bebas, privatisasi sektor publik, deregulasi, dan liberalisasi menjadi kebijakan yang umum di Chile. Chile pun dijadikan ‘laboratorium’ dari proyek ekonomi-politik neoliberalisme.

Pada tahun 1989, diadakan referendum berdasarkan konstitusi terkait kepemimpinan pemerintah Chile. Pilihan dalam plebisit tersebut adalah antara Presiden Pinochet terpilih kembali dan memerintah hingga 8 tahun ke depan dengan legislatif dipilih langsung oleh rakyat — bukan junta militer — atau diadakan pemilihan demokratis di Chile untuk memilih presiden dan legislatif melalui pemilu elektoral.[2] Pemerintahan demokratis yang kemudian digantikan oleh junta militer berhasil mengubah haluan kebijakan-kebijakan ekonomi di Chile — yang tadinya sosialis, menjadi neoliberal. Rakyat Chile berhasil memenangi referendum dan memulai demokratisasi di Chile. Namun sistem ekonomi yang telah diatur melalui konstitusi di era diktator-militer masih sulit untuk direformasi.

Sejak tahun 1990, reformasi konstitusi dan demokratisasi berusaha didorong oleh pemerintahan sipil. Pajak progresif diterapkan dan perdagangan luar negeri sebisa mungkin diproteksi. Dana pun dikucurkan untuk sektor-sektor publik. Koalisi partai-partai sosialis di Chile (Concertacion) kembali menguat setelah selama pemerintahan diktator-militer mereka direpresi.[3] Namun karena amandemen konstitusi yang dilakukan oleh pemerintahan Pinochet pada tahun 1980 sangatlah membatasi reformasi ekonomi-politik dan kelompok militer yang masih kuat, membuat reformasi ekonomi-politik tidak dapat dilakukan secara cepat dan radikal.

Salah satu usaha demokratisasi dan reformasi ekonomi-politik di Chile pasca pemerintahan diktator-militer adalah pendanaan sektor-sektor publik oleh Negara, salah satunya sektor pendidikan tinggi. Dengan menangnya kembali Michelle Bachelet dari koalisi Nueva Mayoria (koalisi Concertacion yang diperbesar) dengan janji kampanyenya yang akan menggratiskan biaya pendidikan tinggi dan setara 70% mahasiswa Chile, atau sama dengan 840.000 orang, dalam waktu empat tahun, merupakan angin segar untuk reformasi sistem ekonomi-politik di Chile.[4] Janji kampanye yang selanjutnya akan dijadikan produk kebijakan ini tidak lah muncul secara tiba-tiba, namun berangkat dari gerakan mahasiswa yang sudah berjuang untuk pendidikan tinggi yang lebih baik di Chile sejak 2005 hingga 2014.[5] Menarik untuk mengamati bagaimana kemenangan koalisis sosialis dengan Michelle Bachelet yang memenangi pemilu dan gerakan mahasiswa di Chile mampu mempengaruhi reformasi pendidikan di Chile.

Gerakan Sosial

Termin “gerakan sosial” dalam diskursus keilmuan politik diperkenalkan oleh seorang sosiolog Jerman bernama Lorenz von Stein melalui buku terbitan 1850nya yang berjudul History of The French Social Movement from 1789 to The Present. Termin tersebut digunakan untuk menjelaskan usaha politis kelas pekerja di mana kala itu terjadi ketimpangan ekonomi. Gerakan sosial di era kini dapat diartikan sebagai organisasi inklusif yang terdiri dari bermacam-macam kelompok kepentingan, sebagai wujud panggilan rakyat melawan kekuatan opresif yang muncul ketika pemilu dan representatif tidak dapat menjawab panggilan-panggilan tersebut.[6] Pada bukunya, Charles Tilly membedakan gerakan sosial dengan bentuk-bentuk aktivitas politik kontroversial lainnya; sebuah kategori ‘pertunjukan’ politik yang spesifik secara historis[7]. Tilly menambahkan bahwa gerakan sosial adalah kumpulan praktik dan interaksi politik yang secara historis terhubung dan berevolusi.[8] Menurutnya, terdapat 3 hal utama dalam gerakan sosial yang membedakannya dengan bentuk-bentuk aktivitas politik lainnya, yaitu:

1) Kampanye, yaitu tuntutan kolektif yang terorganisasi yang tidak hanya berlangsung pada satu kali peristiwa. Perihal keberlangsungannya itu lah yang membedakan gerakan sosial dengan aktivitas politik lain seperti petisi dan deklarasi. Kampanye setidaknya terdiri dari 3 pihak, yakni penuntut, objek yang dituntut[9], dan publik.[10] Untuk terjadinya gerakan sosial, ketiga pihak ini tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan adanya interaksi dalam ketiganya sebagai aktor-aktor yang bermain.

2) Repertoar gerakan sosial, yaitu adanya kombinasi dari berbagai tindakan politik, seperti pembuatan asosiasi dan koalisi, demonstrasi, petisi, pernyataan sikap, publikasi isu dan tuntutan yang dibawa, dan sebagainya. Penyelenggaraan tersebut pun saling berkaitan, dan sinergis dengan repertoar dalam fenomena politik lainnya (seperti serikat buruh dan kampanye pemilu) sehingga menyisakan pekerjaan besar dan variatif untuk organisasi/asosiasi terkait.[11] Selain itu, dalam menjaga keberlangsungan kampanye yang diusung, maka integrasi dalam repertoar dan gerakan sosial dan masing-masing susunannya menjadi hal yang perlu.

3) Mengandung termin WUNC (worthiness, unity, numbers, commitment). Masing-masing poin dari WUNC dapat terepresentasi melalui slogan, pernyataan, dan nama yang terlihat dari para partisipan gerakan.[12] Dalam poin kelayakan, yang dimaksud ialah seperti adanya partisipasi pemuka masyarakat, sikap bijaksana dari partisipan, busana yang rapi, dan sebagainya. Sedangkan poin persatuan terepresentasi melalui atribut-atribut senada diantara partisipan, misalnya ikat kepala, lencana, maupun spanduk. Contoh lainnya dari persatuan ialah gerakan dalam barisan, juga adanya mars, lagu, dan sorakan yang mewakili tuntutan-tuntutannya. Pada poin jumlah, hal tersebut terkait dengan seberapa banyak partisipan dalam gerakan sosial, misalnya massa demonstrasi atau penandatangan petisi. Selain itu, pada poin terakhir yakni komitmen dapat terlihat kala situasi politik memburuk, di mana terdapat perlawanan teguh terhadap represi, pengorbanan yang luar biasa, iuran, dan sebagainya.

Dalam melihat gerakan sosial, 3 hal di atas merupakan elemen wajibnya, yang mana berjalan beriringan dan terkombinasi. Jika 3 elemen tersebut ditarik benang utamanya ke dalam 1 kalimat, maka kombinasi dari repertoar dan perangkat-perangkat WUNC dalam kampanye lah yang membentuk gerakan sosial (sehingga berbeda dengan aktivitas politik lainnya).[13] Selain itu, hal yang perlu diketahui dari gerakan sosial ialah adanya interaksi dari berbagai aktor, baik otoritas terkait, koalisi, musuh gerakan, penonton, dan sebagainya yang terlibat atau tersentuh; tidak ada aktor tunggal dalam layar gerakan sosial; pencampuran dari berbagai macam tekstur.

Masuknya Neoliberalisme di Chile dan Dampaknya Pada Pendidikan

Sebagai negara Amerika Latin pertama yang melakukan liberalisasi ekonomi, Chile berhasil membentuk sebuah model neoliberal yang menghimpun investasi asing dan berintegrasi dengan pasar global. Kebijakan-kebijakan ini dipengaruhi oleh Chicago Boys, sekelompok ahli ekonomi yang mengenyam pendidikan di Universitas Chicago, yang berhasil membawa Chile mencapai keajaiban ekonominya. Dua tahun sebelum kudeta oleh Pinochet, negara pesisir tersebut mengalami ketidakstabilan ekonomi-politik yang ditandai dengan hiperinflasi, kelangkaan bahan makanan dan barang, serta pemogokan kerja masal.[14] Krisis ini dianggap sebagai hasil dari gagalnya sistem ekonomi terpusat oleh yang diterapkan oleh koalisi pemerintahan Unidad Popular yang hanya mengandalkan tembaga sebagai komoditas ekspor terbesar. Ekonomi menjadi fokus utama ketika sang diktator militer naik ke puncak kekuasaan. Neoliberal menjadi jalan yang dipilih sang diktator untuk mengangkat Chile dari kondisi krisis.

Dalam usaha mencapai perkembangan ekonomi, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Pinochet berfokus pada integrasi ekonomi Chile ke pasar global dengan menarik investasi asing, memperluas sektor ekspor, dan demobilisasi serikat buruh. Langkah pertama yang diambil adalah menghilangkan regulasi-regulasi yang menghambat arus pengumpulan kapital, seperti kontrol pemerintah terhadap harga, tarif, dan suku bunga. Berikutnya pemerintah memotong pengeluaran untuk publik terutama pada perawatan kesehatan, kesejahteraan, dan pendidikan yang disertai dengan privatisasi terhadap badan usaha negara bidang-bidang tersebut. Reduksi ini dimulai sebesar 40% terhadap budget perawatan kesehatan, 60% terhadap perumahan publik dan 73% terhadap pendidikan di tahun 1975.[15] Pinochet kemudian membubarkan serikat buruh, mencabut hukum buruh dan melarang pemogokan kerja masal. Kebijakan-kebijakan ini dianggap sebagai versi otoriter dari model pengembangan neoliberal.

Privatisasi terhadap badan usaha negara dilakukan tanpa memberikan batasan terhadap bisnis yang dinasionalisasi oleh Allende. Di tahun 1980, badan usaha yang masih dibawah kendali negara hanya berjumlah 48 padahal jumlah sebelumnya mencapai 596 pada 1973, di bawah kebijakan nasionalisasi Allende. Gelombang awal privatisasi ditujukan kepada beberapa sektor jasa seperti pelayanan kesehatan, listrik, sistem keamanan sosial telekomunikasi, air dan pendidikan. Bank juga diprivatisasi yang diikuti dengan eliminasi kebijakan suku bunga dan regulasi kredit untuk membuka jalan bagi investor asing di Chile. Penjualan perusahaan publik ini dilakukan pada masa resesi yang meningkatkan harga saham, sehingga hanya sejumlah pihak swasta yang dapat membeli, menghasilkan korporasi raksasa yang memegang beberapa sektor.

Privatisasi sejumlah aspek demi menggiatkan promosi inisiatif swasta juga dilakukan terhadap pendidikan tinggi. Sebelumnya dengan sistem terpusat, Universitas Chile dan Universitas Teknik Estado sebagai perguruan tinggi tradisional, mengembangkan beberapa cabang di berbagai daerah. Alasan pemerintah sebelumnya adalah dengan model ini pendidikan tinggi mudah untuk dikontrol. Selain kedua universitas negara ini, terdapat enam perguruan tinggi swasta, tiga Katolik dan tiga lainnya non-konvensional. Hanya delapan institusi ini yang diakui sebagai pendidikan tinggi, non-universitas tidak dianggap. Pada masa Allende, semua institusi ini didanai oleh negara yang membuat tidak ada penarikan biaya. Pada masa Augusto Pinochet, dua universitas tradisional ini dipaksa untuk melepaskan cabang-cabangnya yang kemudian melalui amalgamasi institusional akan dibentuk 14 institusi perguruan tinggi negara baru. Swasta diperbolehkan mendirikan perguruan tinggi.[16]

Pada masa Augusto Pinochet, alokasi dana publik terhadap pendidikan tinggi diputus secara total, yang berarti perguruan tinggi harus mencari sumber pemasukan sendiri untuk operasional. Melalui penarikan biaya, pendanaan penelitian dan kontrak, perguruan tinggi diharapkan dapat independen. Sebagai tambahan, skema dana pinjaman pendidikan diperkenalkan oleh negara. Penarikan biaya terhadap peserta didik menjadi sumber kapital terbesar pada perguruan tinggi negara. Status pegawai sipil dari pendidik dan staff dicabut, yang membolehkan masing-masing institusi membayar gaji yang berbeda. Pemerintah tidak ikut andil dalam pembuatan perguruan tinggi swasta. Terakhir dibentuk Dana Penelitian Nasional, peneliti akan berkompetisi untuk dana tambahan dibawah review tahunan.[17] Langkah-langkah ini diharapkan membangun sebuah iklim kompetisi yang akan meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri.

Dampak dari privatisasi ini menjadikan perguruan tinggi di Chile menjadi salah satu yang termahal di dunia. Pelajar-pelajar Chile membayar biaya pendidikan 50% lebih besar rata-rata dari Australia. Bahkan mereka menanggung beban 75% lebih besar daripada negara-negara OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) lainnya.[18] Banyak dari mereka harus mengikuti skema pinjaman pendidikan untuk menutupi beban yang akhirnya mengakumulasikan utang besar. Dengan perkembangan perguruan tinggi swasta, banyak dari pelajarnya yang meminjam kepada bank yang lebih besar bunganya. Kondisi ini diciptakan oleh privatisasi pendidikan yang dilakukan secara bertahap hingga sulit dilakukannya reformasi untuk mengembalikan keadaan.

Sejarah Gerakan Pelajar di Chile

Chile memiliki sejarah gerakan pelajar yang panjang. Tradisi gerakan pelajar tersebut sangat berkembang di Universitas Chile. Universitas Chile merupakan suatu universitas yang dimiliki ole pemerintah, namun memiliki otonomi atas manajemen internal universitas. Hal ini bisa dilihat dari rektor yang dipilih oleh profesor. Di Universitas Chile terdapat dewan universitas yang tersusun atas rektor, dekan, dan direktor pendidikan pertama serta kedua. Dalam tahap ini, mahasiswa memiliki perwakilan untuk menyuarakan namun tidak memiliki hak untuk memilih.[19]

Jumlah mahasiswa di Chile sebanyak 13.000, angka ini hanya mewakili 1,5% dari total keseluruhan manusia Chile yang berumur 17–25 tahun. Jadi, gambaran mahasiswa di universitas bukanlah gambaran dari kondisi masyarakat Chile yang berumur antara 17–25 tahun tersebut. Mayoritas dari mereka tidak memiliki akses atas pendidikan tinggi karena harga yang terlalu mahal, sementara mereka hidup dalam kemiskininan. Mayoritas warga di Chile pada tahun itu adalah warga desa dan kota yang miskin, sementara yang bisa sekolah adalah kelas menengah.

Federasi pelajar di Chile mulai tumbuh di tahun 1906. Pada tahun ini sudah terjadi persatuan gerakan antara pelajar dan pekerja. Mereka saling menjalin kontak satu sama lain untuk membantu satu sama lain. Hal ini dilatarbelakangi oleh suatu kondisi masyarakat pekerja yang rata-rata tidak bisa membaca, sehingga pelajar membuka ruang kursus pelajar kepada pekerja untuk mengajari membaca dan menulis. Di tahun 1931, gerakan pelajar di Chile terlibat dalam menjatuhkan diktator Carlos Ibanez del Campo bersama dengan protes gerakan rakyat lainnya. Pada tahun 1920-an, wacana-wacana gerakan pelajar adalah soal kesetiakawanan, kebencian terhadap diktator dan ketidakpercayaan pada militer, gerakan bersama kelas pekerja, dan solidaritas antar gerakan pelajar di Amerika Latin.[20]

Pada tahun 1950-an akhir, jumlah mahasiswa yang terlibat dalam pemilihan eksekutif federasi mahasiswa berkisar antara 55%-60% mahasiswa. Sekitar tahun tersebut, pengurus federasi mahasiswa yang bernama FECH (Federación de Estudiantes de la Universidad de Chile) berjumlah 50 hingga 60 mahasiswa. Pada tahun 1950-an akhir, jumlah mahasiswa yang tergabung dalam partai politik dan organisasi pemuda berjumlah 500 orang khusus di Universitas Chile.[21] Sejak terbentuknya hingga saat ini, gerakan pelajar di Chile sangatlah politis. Aktivis-aktivis pengurus federasi mahasiswa di Chile banyak yang masuk partai. Kebanyakan, aktivis-aktivis federasi mahasiswa berasal dari Partai radikal, Partai Komunis, Partai Sosialis yang rata-rata berpandangan kiri dan didasari oleh pemikiran Marxis. Aktivitas pengurus federasi yang juga merupakan anggota partai sangat dipengaruhi cara gerak Partai Komunis. Pada saat itu, Partai Komunis yang dilarang secara legal banyak menyebarkan faham-faham Marxis diantara mahasiswa-mahasiwa. Tidak hanya itu, Gereja juga melakukan pengorganisiran di elemen mahasiswa yang seringkali bersamaan dengan pekerja, hal inilah yang mempengaruhi ide-ide kiri semakin digemari diantara aktivis federasi mahasiswa. Aktivis federasi mahasiswa rata-rata menganut ide-ide Marxisme, Anarko-sindikalis, Sosialisme, dan Komunisme.[22]

Latar belakang sejarah inilah yang sangat mempengaruhi gerakan pelajar di Chile. Dibanding gerakan mahasiswa di Indonesia, gerakan pelajar di Chile sangat politis. Hal ini disebabakan banyaknya aktivis federasi mahasiswa yang bergabung dengan partai politik dan interaksi dengan kelas pekerja dan rakyat miskin. Kedua faktor inilah yang membuat gerakan pelajar di Chile sangat progresif, besar, dan massif. Hal ini akan termanifestasi dalam Revolusi Penguin tahun 2006 dan gerakan menuntut pendidikan tinggi gratis pada tahun 2011.

Gerakan Pelajar pada Revolusi Penguin

Augusto Pinochet membentuk kebijakan depolitisasi masyarakat akar rumput. Paska kejatuhannya, demokrasi kembali ditumbuhkan pada 1990. Pada saat itu, diantara remaja di Chile tengah mengalami apatisme politik. Hal ini membuat negara melakukan inisiatif dengan menggelar voluntary voting untuk menumbuhkan kesadaran politik remaja atas partisipasi politik.[23] Dengan kondisi gerakan pelajar yang sudah tua dan negara yang memfasilitasi pertumbuhan kesadaran politik remaja. Kesadaran politik pelajar di Chile tumbuh kembali. Hal ini mengantarkan pada perjuangan pelajar yang terjadi tahun 2006 dan tahun 2011.

Pada dasarnya, pemasalahan dari pendidikan di Chile adalah pendidikan yang diserahkan kepada pasar. Hal inilah yang mendasari gerakan pendidikan yang terjadi di Chile sejak tahun 2000 hingga tahun 2014. Selain pendidikan yang diserahkan kepada pasar, pendidikan di Chile sangat penuh dengan persaingan dan keterbatasan akses sekolah bagi rakyat. Rata-rata kualitas pendidikan di Chile masih buruk, hal ini membuat seseorang hanya memilih sekolah-sekolah tertentu. Dalam sistem pendidikan neoliberal yang diterapkan oleh Pemerintah Chile, Pemerintah Chile menggunakan sistem voucher sebagai pembiayaan untuk biaya pendidikan. Hal inilah yang ditentang oleh pelajar, karena skema ini justru menguntungkan pihak swasta karena logika yang digunakan adalah negara membayar sekolah pada swasta.[24]

Oleh karena banyaknya kontroversi pada pendidikan di Chile membuat para pelajar yang berada di Chile merasa harus membuat sebuah gerakan untuk memperbaiki sistem pendidikan yang ada. Pelajar-pelajar ini menuntut diadakannya sebuah revolusi pendidikan yang terlepas dari neoliberalisme yang sedang terjadi di Chile. Salah satu contoh dari pengaruh neoliberalisme pada pendidikan di Chile adalah terciptanya Ley Orgánica Constitucional de Eseñanza (LOCE) pada tahun 1990. Dengan adanya organisasi ini membuat negara secara drastis mengurangi perannya dalam sistem pendidikan di Chile. Sistem tersebut juga menerapkan pendidikan yang berbasis pada pasar bebas, manajemen swasta dan berorientasi pada keuntungan. Sistem tersebut menimbulkan kesenjangan pendidikan antara pelajar yang kaya dengan yang miskin, di mana mereka mendapatkan perbedaan kualitas pendidikan. Tentunya, pelajar yang memiliki lebih banyak uang akan mendapatkan fasilitas pendidikan yang lebih baik jika dibandingkan dengan pelajar lainnya.

Melihat keadaan sistem pendidikan di Chile, pelajar di Chile merasa bahwa negara perlu melakukan revolusi dalam bidang pendidikan. Pelajar-pelajar ini berpendapat bahwa pendidikan yang layak adalah kebutuhan bagi setiap individu agar mereka nantinya akan mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, itu negara harus berupaya semaksimal mungkin menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai dan mencakup semua golongan, baik yang kaya ataupun yang miskin. Namun, yang terjadi di Chile sejak pertengahan tahun 1990an adalah pendidikan yang dijadikan alat untuk meng-akumulasi kapital. Tentunya, hal ini menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan, khususnya bagi kalangan pelajar-pelajar di Chile yang secara langsung merasakan dampak dari sistem pendidikan yang sedang berjalan di Chile[25].

Pada tahun 2006 pelajar-pelajar di Chile berkonsolidasi untuk membuat pergerakan yang berujung pada aksi demonstrasi besar-besaran yang kemudian dikenal dengan istilah Penguin Revolution. Aksi tersebut dilakukan pada tanggal 24 April 2006 dan dibentuk oleh Coordinating Assembly of High School Students (ACES). Pada awalnya Penguin Revolution dimulai sebagai bentuk reaksi terhadap tarif bus sekolah dan biaya masuk universitas yang dianggap terlalu mahal. Gerakan ini juga menuntut pendidikan gratis, pendidikan untuk publik, menolak pendidikan berbasis ekonomi pasar dan profit, serta penghapusan praktik diskriminatif di sekolah. Gerakan ini juga dipicu oleh kegagalan presiden Michelle Bachelet dalam menangani reformasi pendidikan yang menjadi topik utama dalam pidato presiden tahunan tanggal 21 Mei 2006. Namun, harapan para pelajar ini bahwa aksi demonstrasi akan berjalan secara damai pun nyatanya tidak berjalan, aparat kepolisian melakukan represi dengan melemparkan gas air mata serta meriam air kepada pelajar-pelajar yang ikut berpartisipasi dalam aksi tersebut. Tindakan ini dilakukan aparat karena menganggap para pelajar telah menyebabkan instabilitas pemerintah. Namun, represi oleh apparat kepolisian tersebut menuai berbagai kecaman baik dari masyarakat umum, ataupun dari presiden yang sedang menjabat saat itu[26].

Oleh karena itu, Presiden kemudian melakukan aksi tawar menawar yang pertama kalinya kepada para pemimpin dari ACES. Presiden menawarkan perubahan yang tidak ditentukan pada LOCE dan mengusulkan terbentuknya dewan pendidikan sebagai sebuah badan penasehat presiden. ACES menolak tawaran presiden karena tawaran tersebut tidak termasuk ongkos bus gratis. Pelajar yang tidak puas dengan jumlah perwakilan mahasiswa untuk dimasukkan ke dalam dewan penasehat itu kembali melakukan aksi demonstrasi yang berjalan setiap harinya, hingga pada bulan November 2007. Hukum baru yang mengatur sistem pendidikan belum juga disetujui oleh anggota parlemen, walaupun baik pihak oposisi ataupun pemerintah telah menyetujui perombakan yang akan dilakukan pada sistem pendidikan yang terjadi di Chile tersebut[27].

Gerakan Pelajar Tahun 2011 dan Perjuangan Pendidikan Gratis

Gagalnya revolusi penguin untuk mengubah sistem pendidikan di Chile tidak membuat gerakan pelajar di Chile tinggal diam, mereka terus melakukan inovasi agar aksi demonstrasi mereka tidak berjalan sia-sia. Pada tanggal 28 April 2011 sekitar 8000 mahasiswa bergerak dari seluruh kota Chile, bergabung dan membentuk kembali aksi demonstrasi yang menuntut perombakan sistem pendidikan di Chile. Gerakan ini berlangsung selama tujuh bulan di mana mahasiswa disatukan oleh Confederación De Estudiantes de Chile, yaitu sebuah konfederasi mahasiswa di Chile atau CONFECH (Confederation of Chilean Students). Aksi yang dilakukan oleh mereka berjalan lebih terstruktur jika dibandingkan dengan revolusi penguin sebelumnya. Aksi ini dipimpin oleh Camila Vallejo, presiden federasi mahasiswa Universitas Chile dan Giorgio Jackson, presiden federasi mahasiswa Universitas Katholik Chile. Dengan bantuan dari para pemimpin universitas regional, mereka mengubah demonstrasi menjadi sebuah gerakan nasional yang menarik perhatian internasional. Isu yang diangkat oleh Confederación De Estudiantes de Chile kurang lebih sama dengan revolusi penguin, di mana mereka menuntut pendidikan gratis untuk semua kalangan, dengan alasan bahwa negara harus menjamin hak atas pendidikan sejak dini dan juga mereka menuntut agar pemerintah menyediakan lebih banyak sumber daya untuk pendidikan publik[28].

Untuk mencapai tujuan mereka, para pelajar ini menyusun strategi politik yang komprehensif, mereka memperluas jangkauan mereka dengan sektor-sektor lain. Mereka melibatkan pihak-pihak kepentingan lainnya, seperti serikat guru, serikat buruh dari berbagai sektor tenaga kerja, dan beberapa organisasi masyarakat sipil. Organisasi pelajar dan beberapa pemimpin gerakan kemudian menerbitkan dokumen kebijakan singkat dan menyebarluaskan informasi tersebut secara ekstensif melalui media tradisional dan media kontemporer. Melalui tindakan ini, mereka berkontribusi pada re-politisasi diskusi publik tentang isu-isu yang berkaitan dengan pendidikan dan kesetaraan sosial. Perjuangan para pelajar ini mulai diperhitungkan oleh Pemerintah Chile, mereka mulai dianggap sebagai salah satu aktor politik di Chile. Para pelajar melakukan rapat-rapat umum di masing-masing universitas di Chile secara berkala untuk membicarakan strategi dalam rangka mewujdukan tuntutan mereka.

Kegigihan dari pelajar ini berbuah manis. Aksi demonstrasi dan pengorganisiran yang tidak kenal lelah mendapatkan tanggapan dari pemerintah, Menteri Pendidikan Chile melakukan negosiasi langsung dengan para pemimpin gerakan pelajar untuk membuat seperangkat kebijakan yang dapat menjawab tuntutan mereka. Kemudian Konggres Chile mengundang para pemimpin gerakan ini untuk melihat berjalannya proses penyusunan anggaran pendidikan di Chile pada tahun 2012[29].

Confederación De Estudiantes de Chile yang dimulai pada tahun 2011 dianggap berhasil dalam mewujudkan tuntutannya untuk dapat setidaknya merubah beberapa kebijakan pendidikan di negara Chile. Setelah aksi pertama yang dilakukan pada tahun 2006 yaitu revolusi penguin, Presiden Michelle Bachelet menciptakan Dewan Pertimbangan Presiden yang secara khusus bergerak dalam bidang Pendidikan untuk memperdebatkan dan mengusulkan pedoman kebijakan untuk meningkatkan kualitas dan keadilan dalam pendidikan di Chile. Dewan Penasihat Pendidikan juga menyajikan sebuah laporan yang mencakup secara luas berbagai rekomendasi, termasuk memperkuat hak untuk mengakses pendidikan berkualitas bebas biaya, tanggung jawab negara dalam menjamin kualitas pendidikan, membangun kualitas lembaga pendidikan yang baik, mereformasi sistem kelembagaan administrasi sekolah, dan secara signifikan memodifikasi sistem pendanaan saat ini. Presiden Bachelet juga membuat Hukum baru pendidikan Chile yang menggantikan hukum sebelumnya.[30]

Pada masa Pemerintahan Sebastian Pinera, aksi mahasiswa semakin besar. Hal inilah yang membuat Sebastian Pinera melakukan represi untuk menghalangi gerakan mahasiswa. Sebastian Pinera membentuk hukum keamanan nasional untuk membendung gerakan pelajar. Dalam melakukan perlawanan melawan represi dan juga mendorong pendidikan gratis, gerakan pelajar terus melakukan konferensi, diskusi, rapat yang reguler di sekolah-sekolah, kampus-kampus, dan tempat basis massa lainnya. Tidak hanya itu, pelajar juga melakukan mogok sekolah/kuliah dan menyegel sekolah dan universitas mereka. Mereka berhasil melakukan hal ini karena apa yang mereka lakukan didukung oleh guru-guru dan dosen-dosen mereka yang ikut serta dalam meperjuangkan akses pendidikan gratis bagi semua.[31]

Pada tahun 2014, aliansi gerakan untuk menuntut akses pendidikan gratis telah bertambah besar. Pada tahun 2011–2013, gerakan ini bisa menurunkan 100.000–1.000.000 orang dalam menuntut akses pendidikan gratis tersebut.[32] Hal ini membuat Sebastian Pinera terpaksa memberikan alternatif bagi gerakan pendidikan ini. Pemerintahan Sebastian Pinera menawarkan pembentukan sistem beasiswa baru yang bisa mengakomodir pelajar dengan kekuatan ekonomi rendah. Sebastian Pinera mengusulkan student loan, dimana negara akan menyiapkan US$4000 juta untuk mendanai student loan.[33] Namun, usulan dari Sebastian Pinera ditolak oleh gerakan pelajar karena pelajar tetap memaksa untuk menciptakan pendidikan gratis bagi semua dalam rangka menghapus beban mayoritas keluarga di Chile yang harus mengorbankan 73% dari pendapatan mereka hanya untuk biaya pendidikan.[34]

Tuntutan Gerakan Pelajar

Tuntutan dari gerakan pendidikan ini ada 4 : Pertama, pendidikan gratis; Kedua, perlindungan terhadap pendidikan publik; Ketiga, penolakan terhadap pendidikan yang digunakan mencari untung; Keempat, penghapusan praktek diskriminasi di sekolah. Tuntutan pertama terkait pendidikan gratis sangat berkaitan erat dengan akses pendidikan bagi semua. Gerakan menginginkan seluruh biaya pendidikan dibebaskan dari keluarga yang ingin menyekolahkan anak mereka termasuk disekolah-sekolah swasta. Tuntutan kedua berkaitan erat dengan paradigma sekolah untuk siapa. Gerakan pelajar menginginkan institusi pendidikan dijadikan barang publik bukan barang privat, sehingga semua orang bisa mengakses pendidikan. Tuntutan kedua terkait dengan tuntutan ketiga, yang menolak institusi pendidikan diserahkan kepada swasta. Institusi pendidikan yang diserahkan kepada swasta akan menyebabkan pendidikan dijadikan sebagai alat untuk menghasilkan profit, hal ini menyebabkan pendidikan berharga mahal. Padahal rakyat Chile pernah mengalami pendidikan berbiaya tinggi. Tuntutan keempat terkait dengan peniadaan diskriminasi, gerakan menolak diskriminasi yang didasarkan perilaku mahasiswa, pendapatan keluarga, karakter keluarga, serta pengelompokan lain yang bisa membentuk kelompok-kelompok diantara siswa.[35]

Jika kita melihat keberhasilan dari aksi yang dilakukan oleh konfederasi gerakan mahasiswa dan pelajar di Chile ini maka mengingatkan kita pada gerakan-gerakan yang dilakukan di negara-negara Amerika Latin lainnya. Seperti pemberontakan Zapatista di Meksiko, the Landless Movement di Brazil, the communal councils and urban land committees in contemporary di Venezuela ataupun atau kelompok pekerja swakelola di Argentina. Gerakan-gerakan tersebut juga menghadapi tantangan yaitu peng-koordinasi-an tindakan dan tuntutan dari banyak individu ataupun kelompok. Hampir seluruh gerakan tersebut mencoba untuk menemukan formula alternatif agar kebijkan yang tidak sesuai di negaranya dapat secepatnya diganti oleh kebijakan yang mengutamakan kepentingan serta kebutuhan masyarakat. Salah satunya adalah kebutuhan akan pendidikan yang memang negara harus memiliki kemampuan yang maksimal agar seluruh masyarakatnya dapat merasakan fasilitas yang layak atas sistem pendidikan yang terdapat di negaranya.[36]

Pra-Kondisi Keberhasilan

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan gerakan pendidikan dalam menge-gol-kan proyek pendidikan gratis di Chile : Pertama, dukungan dan tuntutan mereka terhadap Michelle Bachelet pada pemilu; Kedua, keterlibatan alumni-alumni pelajar. Kedua, politisasi gerakan mahasiswa; Ketiga, gerakan belajar dari kesalahan masa lampau dan membentuk suatu forum yang partisipatoris. Keempat, memadukan perjuangan antara pelajar yang terpolitisasi dan memiliki ideologi serta pelajar yang hanya ingin pendidikan gratis menguntungkan mereka. Kelima, kolaborasi gerakan pelajar dengan serikat guru, serikat buruh, dan sektor rakyat lainnya.

Faktor pertama ini sangat berkaitan erat dengan dukungan gerakan pendidikan dalam mendukung Michelle Bachelet. Gerakan pelajar mendukung calon presiden dari Partai Sosialis tersebut dengan syarat wajib meng-akomodasi kepentingan mereka terkait akses pendidikan gratis. Setelah Michelle Bachelet terpilih sebagai presiden, maka tuntutan pelajar langsung dikabulkan lewat parlemen dan eksekutif.

Faktor kedua adalah keterlibatan alumni-alumni, hal ini sangat berkaitan dengan faktor ketiga dimana gerakan pelajar belajar dari masa lalu untuk memperbaiki kesalahan masa lalu. Perspektif dari alumni membentuk suatu kebaruan dalam gerakan. Gerakan pendidikan yang dilakukan sangat menjunjung tinggi partisipasi dari seluruh elemen yang tergabung di dalamnya. Hal ini sangat mempengaruhi kesolidan sebuah gerakan yang membuat gerakan pendidikan menjadi solid dan besar.[37]

Faktor keempat adalah masa yang terpolitisasi bisa menggabungkan diri dengan massa yang hanya ingin kepentingannya terakomodasi. Hal ini sangat menggambarkan bahwa forum-forum yang dilakukan oleh gerakan sangat berhasil. Mereka berhasil menarik massa dan mempengaruhi massa lain. Forum partisipatoris yang digelar sangat berperan dalam membuat seseorang merasa memiliki gerakan dan tuntutan-tuntutan yang dilayangkan.

Faktor kelima adalah keberhasilan gerakan pelajar membumikan isu pendidikan gratis sebagai isu gerakan rakyat. Kolaborasi gerakan pelajar dengan organisasi orang tua murid serta dosen dan guru mereka membuat aksi-aksi mereka semakin mudah. Mereka semakin mudah melakukan mogok belajar, pengorganisasian di kampus, dan demosntrasi-demonstrasi di luar dan dalam kampus karena dosen dan guru mereka mendukung gerakan mereka. Selain itu, keberhasilan pelajar dalam menggaet serikat buruh, petani, dan sektor-sektor lain membuat tambahan massa mereka semakin banyak. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa pelajar Chile berhasil membumikan isu bahwa pendidikan gratis juga akan menguntungkan sektor-sektor lain tidak hanya pelajar.

Keberhasilan Gerakan Pelajar

Gerakan Pendidikan di Chile yang telah berlangsung sejak awal tahun 2000-an hingga tahun 2014 telah berhasil memaksa Pemerintah Chile untuk mengakomodasi pendidikan gratis. Pada 21 Mei tahun 2016 Michelle Bachelet mengumumkan akan memberlakukan pendidikan gratis. Pendidikan gratis ini menjadi barang publik dan Michelle Bachelet tidak akan memberlakukan student loan bagi pendidikan di Chile.[38] Michelle Bachelet juga mengatakan bahwa pemerintahnya akan menganggarkan 4,5 milyar dollar AS untuk biaya pendidikan. Namun, pendidikan gratis dilakukan dengan bertahap. Pertama, reformasi akan dimulai dari anak-anak yang benar-benar membutuhkan. Kedua, yang akan melakukan pendidikan gratis terlebih dahulu adalah sekolah yang dikelola Gereja karena mereka memiliki kualitas yang lebih baik.[39]

Gerakan Sosial yang membawa Keberhasilan

Jika mengacu kepada teori gerakan sosial yang digambarkan oleh Charles Tilly, gerakan sosial memiliki 3 hal yang dilakukan. Pertama, Kampanye, yaitu tuntutan kolektif yang terorganisasi yang tidak hanya berlangsung pada satu kali peristiwa. Kedua, Repertoar gerakan sosial, yaitu adanya kombinasi dari berbagai tindakan politik. Ketiga, Mengandung termin WUNC (worthiness, unity, numbers, commitment).[40] Masing-masing poin dari WUNC dapat terepresentasi melalui slogan, pernyataan, dan nama yang terlihat dari para partisipan gerakan.[41]

Jika mengacu kepada gerakan pelajar di Chile mereka memiliki tuntutan kolektif yaitu membuat pendidikan memiliki akses atas pendidikan bagi semua. Hal itulah yang dijadikan tuntutan bersama sehingga suatu gerakan-gerakan berbagai elemen dari mahasiswa, pelajar, guru, buruh, dan lain-lain bisa berada dalam satu barisan dan memperjuangkan hal yang sama. Akses atas pendidikan gratis inilah yang juga dimiliki atas semua elemen, karena semua elemen merasa diuntungkan dengan pendidikan gratis ditengah pendidikan ci Chile yang terlampau mahal.

Jika melihat tindakan politik, gerakan pelajar banyak melakukan tindakan politik. Gerakan ini melakukan berbagai pengorganisiran. Gerakan ini menyatukan gerakan-gerakan rakyat untuk saling diakomodasi kepentingannya. Selain itu, gerakan ini juga melakukan forum-forum dan rapat-rapat umum untuk menyebarkan suatu ide dan gagasan. Gerakan ini juga melakukan boikot sekolah dan universitas untuk memberi ancaman pada negara. Selain itu, gerakan pelajar ini sangat politis karena gerakan pelajar ini mendukung Michelle Bachelet yang menyalonkan diri sebagai calon presiden dan menge-gol-kan tuntutan dari gerakan pelajar tersebut.

Terakhir terkait dengan Worthiness, Unity, Numbers, dan Commitment. Gerakan pelajar ini memiliki pemimpin-pemimpin karismatik dalam diri Camilla Vallejo yang bisa menarik massa. Selain itu, impresi yang ditimbulkan dari gerakan ini sangat baik karena ingin memberikan akses pendidikan ke seluruh rakyat. Unity, sangat berkaitan erat dengan memiliki tuntutan yang sama, walaupun mereka berbeda dan memiliki berbagai elemen, mereka bisa menyatukan dalam satu frame gerakan untuk mendorong pendidikan bagi semua. Numbers, gerakan pelajar ini sangatlah besar karena pada tahun 2011–2014, mereka bisa menggerakan 100.000 hingga 1.000.0000 dalam menuntut pendidikan gratis. Hal inilah yang membuat mereka bisa melakukan boikot dan pendudukan-pendudukan. Commitment, mereka memiliki komitmen yang sama dalam menyatukan gerakan ini, mereka menginginkan pendidikan gratis sehingga mereka bisa berjuang bersama dan berkelanjutan.

Penutup

Keberhasilan gerakan pelajar di Chile untuk menciptakan pendidikan gratis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama berasal dari konteks ekonomi-politik dan historis negara tersebut dan faktor kedua berasal dari gerakan pelajar itu sendiri. Faktor ekonomi-politik yang mempengaruhi adalah terlalu tingginya biaya pendidikan di Chile yang mayoritas rakyat Chile kesulitan menyekolahkan anak mereka, faktor inilah yang membuat masyarakat lebih mudah diorganisir untuk aksi-aksi demonstrasi. Faktor kedua adalah sejarah pelajar Chile yang sangat politis dan kerap bergaul dengan gerakan masyarakat lintas sektor. Kedua faktor inilah yang mempengaruhi faktor keberhasilan dari dalam gerakan tersebut.

Penyebab keberhasilan dari dalam gerakan pelajar terdapat beberapa faktor. Faktor tersebut adalah gerakan yang politis, persatuan dengan masyarakat lintas sektor, dan belajar dari gerakan-gerakan terdahulu. Gerakan yang politis membuat tuntutan pelajar diakomodasi oleh presiden terpilih Chile. Persatuan dengan masyarakat lintas sektor telah menyebabkan perluasan massa dalam gerakan pendidikan di Chile. Belajar dari gerakan terdahulu telah menyebabkan gerakan pelajar di Chile berhasil belajar dari masa lalu dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahan senior-senior mereka yang pernah melakukan gerakan di masa lalu.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Tilly, Charles. 2006. Social Movements, 1768–2004. 1st Ed. London: Paradigm Publisher.

Jurnal dan Website

Bellei, Cristian dan Cristian Cabalin. 2013. “Chilean Student Movements: Sustained Struggle to Transform a Market-oriented Educational System”. Current Issues in Comparative Education Vol. 15 (2): 108–123. Sumber: http://www.tc.columbia.edu/cice/pdf/28175_15_02_Bellei_Cabalin.pdf.

Belleia, Cristián, Cristian Cabalinb, and Víctor Orellanac. 2014. “The 2011 Chilean Student Movement Against Neoliberal Educational Policies .” Studies in Higher Education, 3rd ser., 39:426–40.

Bonilla, Frank. 1960. “The Student Federation of Chile: 50 Years of Political Action .” Journal of Inter-American Studies 3 (2): 311–34. Sumber: http://www.jstor.org/stable/165046.

Brunner, J. 1993. “Higher Education in Chile from 1890 to 1990”. European Journal of Education Vol. 28 (1): 71–84.

Chovanec, Donna M., and Alexandra Benitez. 2008. “The Penguin Revolution in Chile: Exploring Intergenerational Learning in Social Movements.” Journal of Contemporary Issues in Education Vol. 3 (1): 39–57.

Davis-Hamel, A. 2012. “Successful Neoliberalism?: State Policy, Poverty, and Income Inequality in Chile”. International Social Science Review Vol. 87 (3/4): 79–101. Sumber: http://remote-lib.ui.ac.id:2059/stable/41887539.

Margadant, Ted. 1998. “Commentary on Charles Tilly’s Social Movements”. Theory and Society Vol. 27 (4): 481–488. Sumber: http://www.jstor.org/stable/657836.

Polglaze, Ray. “Chile: Students Set to Win Free Higher Education.” Green Left Weekly. March 31, 2014. Accessed May 5, 2018. https://www.greenleft.org.au/content/chile-students-set-win-free-higher-education.

Somma, Nicolás M. 2012. “The Chilean student movement of 2011–2012: challenging the marketization of education”. A Journal For and About Social Movements Event Analysis Vol. 4 (2): 296–309. Sumber : http://www.interfacejournal.net/wordpress/wp-content/uploads/2012/11/Interface-4-2-Somma.pdf.

Williams, Jo. 2015. “Remaking education from below: the Chilean student movement as public pedagogy.” Australian Journal of Adult Learning 3 (55): 497–514. Sumber: http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1082528.pdf.

Catatan Kaki:

[1] William R. Keech, Democracy, Dictatorship and Economic Performance in Chile, (Pittsburgh: Carnegie Mellon University, 2004), hlm. 39.

[2] Ibid., hlm. 38.

[3] Farida Jalalzai, Women Presidents of Latin America: Beyond Family Ties? (London: Routledge, 2015), hlm. 48.

[4] Ray Polglaze, “Chile: Student Set to Win Free Higher Education,” 31 Maret 2014, diakses pada 28 April 2017, https://www.greenleft.org.au/content/chile-students-set-win-free-higher-education

[5] Ibid.

[6] Charles Tilly, Social Movement, 1768–2004, (London: Paradigm Publishers, 2004), hlm. 2–3.

[7] Ted Margadant, “Commentary on Charles Tilly’s Social Movements”, Theory and Society Vol. 27 (4), 1998, hlm. 2 https://www.jstor.org/stable/pdf/657836.pdf

[8] Charles Tilly, Op.Cit., hlm. 7

[9] Objek yang dituntut dapat berbentuk otoritas negara, juga intitusi-institusi sosial di luar itu, seperti pemilik perusahaan swasta, institusi keagamaan, dan sebagainya yang tindakannya dianggap meresahkan kesejahteraan social. Misalnya, perusahaan swasta yang harus menebang hutan seluas ribuan hektar untuk kepentingan bisnisnya, maka dapat memicu gerakan sosial terkait isu-isu lingkungan.

[10] Charles Tilly, Op.Cit., hlm. 4

[11] Ibid.

[12] Ibid.

[13] Ibid., hlm. 5

[14] A. Davis-Hammel, 2012, “Succesful Neoliberalism?: State Policy, Poverty, and Income Inequality in Chile”, International Social Science Review, Vol.87 (3/4), 2012, hlm. 79

[15] A. Davis-Hammel, Op.Cit., hlm. 81

[16] J. Brunner, “Higher Education in Chile from 1980 to 1990”, European Journal of Education, 1993, hlm. 72–73

[17] Ibid.

[18] Ray Polglaze, “Chile: Students Set to Win Free Higher Education,” Green Left Weekly, March 31, 2014, , accessed May 5, 2018, https://www.greenleft.org.au/content/chile-students-set-win-free-higher-education.

[19] Frank Bonilla, “The Student Federation of Chile: 50 Years of Political Action ,” Journal of Inter-American Studies, 3rd ser., 2 (July 1960): , accessed April 30, 2017, http://www.jstor.org/stable/165046, Hal. 312.

[20] Ibid., hal 314–315.

[21] Ibid., hal. 316.

[22] Ibid., hal. 317–320.

[23] Cristián Bellei and Cristian Cabalin, “Chilean Student Movements: Sustained Struggle to Transform a Market-oriented Educational System,” Current Issues in Comparative Education , 2nd ser., 15 (2013): , April 30, 2017, http://www.tc.columbia.edu/cice/pdf/28175_15_02_Bellei_Cabalin.pdf, hal. 108.

[24] Ibid., hal. 109–110.

[25] Donna M. Chovanec dan Alexandra Benitez, “The Penguin Revolution in Chile: Exploring Intergenerational Learning in Social Movements”, Journal of Contemporary Issues in Education Vol. 3 (1), 2008, hlm.43

[26] Ibid.

[27] Ibid.

[28] Cristián Bellei dan Cristian Cabalin, “Chilean Student Movements: Sustained Struggle to Transform a Market-oriented Educational System”, Current Issues in Comparative Education Vol. 15 (2), 2013, hlm. 110

[29] Ibid.

[30] Ibid.

[31] Jo Williams, “Remaking education from below: the Chilean student movement as public pedagogy,” Australian Journal of Adult Learning , 3rd ser., 55 (November 3, 2015): , accessed May 1, 2017, http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1082528.pdf, hal. 501–503.

[32] Ibid., hal. 503.

[33] Cristián Belleia, Cristian Cabalinb, and Víctor Orellanac, “The 2011 Chilean Student Movement Against Neoliberal Educational Policies ,” Studies in Higher Education, 3rd ser., 39:, March 25, 2014, http://dx.doi.org/10.1080/03075079.2014.896179, hal. 430.

[34] Belei, Op.Cit., 114.

[35] Belei, Op.Cit., hal. 112–114.

[36] Nicolás M. Somma, “The Chilean student movement of 2011–2012: challenging the marketization of education”, A Journal For and About Social Movements Event Analysis Vol. 4 (2), 2012, hlm. 300

[37] Williams, Op.Cit., hal. 508

[38] “FREE HIGHER EDUCATION : THE MOST VULNERABLE ARE EXCLUDED ,” Public Issues, May 29, 2015, , http://lyd.org/wp-content/uploads/2015/07/PUBLIC-ISSUES-1208-FREE-HIGHER-EDUCATION.pdf, hal. 1

[39] Ibid., hal. 2

[40] Jika diterjemahkan menjadi kelayakan, persatuan, jumlah, dan komitmen.

[41] Charles Tilly, Op.Cit., hal. 4.

--

--

Serikat Mahasiswa Progresif UI
Kolumnar

Memulai langkah pembebasan kaum tertindas dengan membangun gagasan dan gerakan progresif!