Tentang Semar UI

Serikat Mahasiswa Progresif UI
Kolumnar
Published in
5 min readAug 18, 2022

Editorial Semar UI

Dokumentasi Semar UI

Sejarah Pembentukan

Serikat Mahasiswa Progresif Universitas Indonesia atau Semar UI didirikan di Depok, tepatnya di Universitas Indonesia, pada 12 Agustus 2013 oleh Rio Apinino (FIB 2010), Robie Kholilurrahman (Hubungan Internasional 2010), Dicky Dwi Ananta (Ilmu Politik 2011), Fathimah Fildzah Izzati (Ilmu Politik 2007), Yudha Prasetya (FKM 2010) dan Patriot Muslim (Sastra Belanda 2009). Interaksi para pendiri terbangun dalam berbagai kesempatan. Rio, Yudhi, Dicky, Robie dan Patriot adalah anggota anggota Sospol BEM UI 2011–2012 yang saat itu diketuai oleh Faldo Maldini. Sementara Fildzah, meskipun sudah lulus ia sering berdiskusi dengan para pendiri lainnya. Saat Semar UI terbentuk Fildzah memiliki peran besar dalam proses pengorganisiran organisasi.

Semar UI berawal dari sebuah kelompok diskusi bernama Kelompok Belajar Mandiri (KBM) atau sering disebut BM UI. Sebelum terbentuknya KBM, Rio dan Yudhi tergabung dalam Departemen Aksi dan Propaganda (Akprop) BEM UI 2013, sementara Dicky dan Robie tergabung Pusat Kajian dan Studi Gerakan (Pusgerak) BEM UI 2013. Mereka tergabung dalam 22 orang anggota Sospol BEM UI yang keluar pada pertengahan periode kepengurusan, tepatnya dari Departemen Akprop dan Pusgerak. Mereka keluar karena ketidakcocokan yang muncul sejak awal periode kepengurusan dengan ketua BEM UI saat itu, yaitu Ali Abdillah (FH 2009). Ketidakcocokan terjadi dalam berbagai hal, misalnya taktik advokasi pedagang stasiun dan juga isu-isu seperti ketenagakerjaan. Ketidakcocokan tersebut terus terakumulasi dan tidak menemukan jalan keluar sehingga mereka memutuskan untuk keluar.

Kejadian-kejadian diatas terjadi karena keterbatasan dan kebuntuan lembaga formal mahasiswa dan pengalaman berinteraksi dan berjuang dengan rakyat secara langsung. Hal tersebut akhirnya mendorong beberapa mahasiswa untuk mencoba belajar dan mendirikan organisasi mahasiswa alternatif di luar organisasi formal dalam kerangka serikat mahasiswa. Kesimpulan ini didapat persis ketika terjadi keributan dengan Ketua BEM UI pada masa tersebut.

Pertama, kebuntuan gerakan yang dialami saat berada di lembaga formal kemahasiswaan. Beberapa kebuntuan itu, seperti, kultur ilmiah yang tidak berkembang, ketakutan memeluk posisi ideologis dan politik tertentu, demokrasi yang tidak berkembang di internal organisasi, problem menempatkan posisi mahasiswa di tengah masa, keterasingan dengan gerakan rakyat di luar kampus, dan strategi gerakan. Kedua adalah bertemu dan berinteraksinya beberapa inisiator Semar UI dengan momen penggusuran pedagang stasiun yang membentuk pengalaman dan pelajaran mengenai perjuangan bersama rakyat. Dalam momen tersebut, mahasiswa benar-benar belajar dan berjuang dengan pedagang secara langsung selama beberapa bulan, termasuk dengan para alumni dan pegiat isu kota lainnya. Komunikasi-komunikasi yang terbangun, selain terkait upaya advokasi pedagang stasiun, juga termasuk dalam hal pembentukan kerangka pemahaman yang tersistematisasi secara teoritis.

KBM berawal dari kelompok diskusi tongkrongan. Para pendiri dan kawan lainnya cukup sering berdiskusi dan nongkrong di kantin beberapa kantin, seperti FISIP, FIB dan FKM. Pada akhirnya, kelas KBM yang pertama diadakan di Ruang Koentjaraningrat FISIP UI. Pada pertemuan pertama KBM membahas filsafat marxisme; Kedua apa itu kapitalisme; dan ketiga sosialisme. Pada akhirnya, KBM menghimpun beberapa mahasiswa dari berbagai Fakultas untuk mendiskusikan isu-isu yang berkembang di kampus dan nasional dengan perspektif kritis. Di awal pembentukan, sebagian besar dari anggota kelompok diskusi tersebut adalah anggota organisasi formal di mahasiswa. Kemudian di periode berikutnya, KBM menghimpun mahasiswa melalui sistem open recruitment. Di tengah perjalanan kelompok diskusi tersebut, terdapat beberapa momen yang secara spesifik membentuk Semar UI.

Tiga Tesis Semar UI tentang Gerakan Mahasiswa

Semar UI lahir berdasarkan kondisi konkrit yang terjadi dalam gerakan mahasiswa di Indonesia, khususnya di lingkungan Universitas Indonesia. Ia tidak terlahir sendiri yang kemudian lepas dari kondisi material di sekitarnya. Berangkat dari hal demikian, maka kemunculan Semar UI sebagai sebuah wadah gerakan mahasiswa alternatif di dalam kampus UI, mensyaratkan adanya posisi-posisi politis yang digunakan untuk melihat bagaimana seharusnya gerakan mahasiswa. Dengan itu, terdapat beberapa tesis dari Semar UI mengenai gerakan mahasiswa.

Pertama, Gerakan Mahasiswa merupakan Bagian dari Gerakan Rakyat

Tesis pertama yang diyakini oleh Semar UI tentang gerakan mahasiswa adalah mengenai posisi gerakan mahasiswa dalam masyarakat. Semar UI meyakini bahwa pada dasarnya Mahasiswa adalah bagian dari rakyat secara luas. Mahasiswa adalah pemuda dan pemudi yang sedang belajar di Universitas dan Sekolah Tinggi yang merupakan anggota masyarakat Indonesia. Ia tidak lebih dari masyarakat yang ada di sekitarnya. Dengan itu, tesis ini menolak posisi yang meyakini bahwa mahasiswa memiliki super — posisi di atas rakyat. Juga, identitas-identitas eksklusif yang disematkan kepadanya sejak rezim Orde Baru, seperti agent of change, iron stock, penjaga moral, resi rakyat, dan sebagainya. Identitas-identitas tersebut membawa implikasi politis pada posisi mahasiswa di masyarakat yang menempatkannya “seakan-akan” penyelamat rakyat. Hal itu kemudian membawa dampak pada gerakan mahasiswa yang dianggap berbeda dengan gerakan rakyat lainnya. Adanya keyakinan “berbeda” itu berimplikasi pada terpisahnya gerakan mahasiswa dengan gerakan rakyat lainnya, seperti gerakan buruh, gerakan petani, dan gerakan rakyat lainnya. Hal ini tentu tidak relevan untuk kondisi sekarang.

Dengan menempatkan bahwa mahasiswa adalah rakyat, maka gerakan mahasiswa merupakan bagian dari gerakan rakyat. Sehingga itu berimplikasi pada posisi gerakan mahasiswa yang harus mulai menjalin relasi dengan gerakan-gerakan di luar dirinya. Gerakan mahasiswa tidak boleh eksklusif dengan mengisolasi dirinya, seakan-akan superhero. Dalam gelombang Kapitalisme-Neoliberal di Indonesia saat ini, kerja sama lintas sektoral menjadi prasyarat mutlak bagi kemenangan gerakan rakyat pekerja. Maka, gerakan mahasiswa harus menggabungkan dirinya dengan gerakan rakyat pekerja secara luas.

Kedua, Posisi Ideologi dan Politik yang Jelas

Semar UI meyakini bahwa gerakan mahasiswa harus memiliki posisi ideologi dan politik yang jelas dan tegas. Posisi ideologis tersebut akan menunjukkan cita-cita masyarakat yang akan diwujudkan, program-program yang akan dijalankan, dan juga strategi dan taktiknya. Dengan itu, maka kerja-kerja organisasi gerakan mahasiswa bisa dimaksimalkan. Tradisi malu-malu dalam berposisi ideologis sebagai warisan ketakutan politik sejak masa Orde Baru harus dihapuskan. Gerakan mahasiswa harus memiliki posisi ideologis.

Konsekuensi dari adanya posisi ideologis yang jelas dan tegas tersebut, adalah adanya posisi politik yang jelas dan tegas pula. Hal itu karena, Gerakan mahasiswa diyakini oleh Semar UI sebagai gerakan politik, bukan sebagai gerakan moral. Hal terpenting dari posisi tersebut adalah membawa pada sikap konsisten dalam berpraktik politik.

Dalam hal ini, kami Semar UI secara tegas meyakini sosialisme melalui Pancasila Kerakyatan adalah jalan ekonomi-politik yang benar.

Ketiga, Kesatuan Teori dan Praktik dalam Berorganisasi

Semar UI meyakini bahwa cita-cita politik hanya dapat diwujudkan dalam tindakan. Untuk itu, Gerakan Mahasiswa dalam tesis kami harus menggabungkan adanya kesatuan teori dan praktik dalam berorganisasi, yang kemudian disebut praksis.

Posisi mahasiswa yang berada di dalam kampus, membuatnya dapat mempelajari berbagai teori mengenai masyarakat. Dengan modal tersebut, mahasiswa bisa mendukung kemajuan gerakan rakyat. Kemampuan berteori dan membaca kondisi masyarakat harus mutlak dimiliki oleh gerakan mahasiswa. Tradisi ilmiah harus tumbuh dan berkembang dalam gerakan mahasiswa.

Namun, berteori saja tentu tidak akan mengubah tatanan dunia. Oleh karena itu, perlu yang dinamakan praktik dari apa yang dipelajari. Kesatuan teori dan praktik dalam tindakan ini harus menjadi pegangan bagi gerakan mahasiswa. Adapun kesatuan teori dan praktik itu diwujudkan dalam tindakan- tindakan dalam belajar, berorganisasi, dan berjuang bersama dengan elemen lain dalam masyarakat.

Semar UI sebagai organisasi mahasiswa berusaha menghadirkan ruang belajar dan gerak bersama untuk turut membangun gagasan dan gerakan progresif di Indonesia. Memulai langkah progresif untuk pembebasan kaum tertindas!

--

--

Serikat Mahasiswa Progresif UI
Kolumnar

Memulai langkah pembebasan kaum tertindas dengan membangun gagasan dan gerakan progresif!