4 Temperamen dan Pengelolaan Kelas

Untuk Membuat Belajar Menjadi Lebih Dinamis

IDEN
Komunitas Blogger M
7 min readOct 9, 2021

--

“If we treat people as they are, we make them worse. If we treat people as they ought to be, we help them become what they are capable of becoming.” Johann Wolfgang von Goethe.

Without the temperaments the world would be an exceedingly dull place, not only ethically, but also in a higher sense. The temperaments alone make all multiplicity, beauty and fullness of life possible. Thus in education it would be senseless to want to homogenize or eliminate them, but an effort should be made to direct each into the proper track, for in every temperament there lie two dangers of aberration, one great, one small. One danger for the young choleric is that he will never learn to control his temper as he develops into maturity. That is the small danger. The greater is that he will become foolishly single-minded. For the sanguine the lesser danger is flightiness; the greater is mania, induced by a constant stream of sensations. The small danger for the phlegmatic is apathy; the greater is stupidity, dullness. For the melancholic, insensitivity to anything other than his own personal pain is the small danger; the greater is insanity.” (Rudolf Steiner )

Dulu, saat mengikuti kegiatan Waldorf Grade School Teacher Training di Bandung, salah satu bahasan menarik adalah empat temperamen. Bahasan ini jadikan sebagai bahan diskusi di sekolah. Saya jadikan sebagai dasar dalam mengelompokan siswa untuk proyek pembelajaran seperti bertani, kerja kayu, dan proyek lainnya.

Temperamen ini bukan bentuk emosi yang muncul. Kadang beberapa orang menyebut temperamen ini untuk menunjukan sisi kemarahan yang meledak-ledak. Misalnya seorang yang mudah marah hanya karena tersinggung sedikit.

Ada juga yang menuliskan bahwa temperamen adalah kepribadian yang menentukan bagaimana kita memberikan respons terhadap berbagai hal yang terjadi di dalam hidup. Biasanya, temperamen adalah kepribadian yang sudah ada di dalam diri sejak lahir. Katanya lebih lanjut lagi, watak tempramental bisa terlihat dari cara seseorang mengekspresikan kemarahannya.

Sebagai contoh, saat marah suka melempar-lempar barang, membentak atau berteriak-teriak, hingga melakukan kekerasan fisik kepada orang lain. Orang dengan watak ini juga memiliki kecenderungan mudah tersinggung.

Dalam ensiklopedia bebas, disebutkan bahwa emperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan. Beberapa individu bertemperamen aktif, sedangkan yang lainnya tenang. Deskripsi ini menunjukkan adanya variasi temperamen.

Temperamen ini menurut Dokter Yunani Hippocrates (c. 460 — c. 370 SM) menyebutkan empat temperamen ini sebagai bagian dari konsep medis kuno, bahwa empat terdapat cairan dalam tubuh yang mempengaruhi sifat dan perilaku kepribadian manusia.

Ilmu kedokteran modern tidak mendefinisikan hubungan tetap antara sekresi internal dan kepribadian, meskipun beberapa sistem tipe kepribadian psikologis menggunakan kategori yang mirip dengan temperamen Yunani.

Gambaran 4 temperamen

Imam Fakhruddin ar-Razi (1150–1210 M). Seorang ulama besar asal Persia sekaligus ilmuwan serba bisa dunia juga menuliskan perihal 4 temperament ini dalam Kitab Firasat. Beliau ini tak hanya menguasai ilmu tafsir, ilmu fikih, ushul fiqh dan teologi Islam, tapi juga ahli di bidang filsafat, logika, matematika, fisika, kedokteran, dan tentu saja ahli fisiognomi.

Dalam Kitab Firasat, dijelaskan perihal keempat temperamen ini dengan baik untuk dipelajari sehingga bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari. Selain itu, lanjut ar-Razi, untuk mengetahui watak kepribadian seseorang juga bisa dilakukan dengan mengenali jenis-jenis suara. Cara lainnya ialah dengan mengidentifikasi kesamaan ciri-ciri rasial, perbedaan jenis kelamin, dan sebagian watak yang sudah diketahui.

Ar-Razi menuliskan ciri-ciri kepribadian yang ideal dan tidak ideal. Ia menuliskan pelbagai karakteristik, seperti sanguinis, flegmatis, melankolis, kholeris, sanguinis-kholeris, sanguinis-melankolis, serta flagmatis-kholeris dan flegmatis-melankolis.

Gambaran 4 temperamen

4 Temperamen dan Pengelolaan Kelas

Sebelum bahas pengelolaan kelas, inilah penjelasan singkat tentang 4 temperamen yang saya dapatkan dari beberapa referensi:

1. Kolerik

Anak Kolerik adalah anak yang aktif, semangat pekerja keras, ambisius, motivator bagi anak lain. Karena sifatnya yang berkemauan keras mandiri dan berpendidikan keras, anak kolerik cenderung keras kepala.

Kompromi merupakan hal yang sangat sulit bagi mereka kecuali kompromi itu bermanfaat bagi tujuan yang mereka miliki. Mereka mempunyai tujuan untuk segala sesuatu dari kesehatan jasmani sampai tingkah laku anak.

Mereka adalah tipe yang suka mengambil alih, yang suka memerintah anak-anak lain di sekeliling mereka, tidak peduli apakah anak itu menyukainya atau tidak. Anak Kolerik tidak pernah untuk mencoba untuk tidak menguasai suatu situasi dan mereka hidup penuh dengan pertentangan.

Bagian dari sifat dasar mereka yang belum berkembang adalah emosi mereka. Mendapatkan persetujuan dari mereka hampir merupakan hal yang tidak mungkin. Mencapai tujuan mereka adalah ambisi bagi anak Kolerik, dan beberapa anak Kolerik mendapatkan reputasi mereka dengan memperalat anak lain.

Seseanak yang kolerik adalah seseanak yang dikatakan berorientasi pada pekerjaan dan tugas, dia adalah seorang anak yang mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan akan bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya.

Kelemahan anak yang berciri kolerik adalah kurangnya kemampuan untuk bisa merasakan perasaan anak lain (empati), belas kasihannya terhadap penderitaan anak lain juga agak minim, karena perasaannya kurang bermain.

2. Melankolik

Anak Melankolik mempunyai sifat dasar yang tertutup. Mereka sering mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi dan bersifat estetis yang mendalam sehingga mereka lebih menghargai seni dibandingkan dengan perangai yang lainnya.

Anak Melankolik cenderung suka murung dan mudah putus. Anak Melankolik dilahirkan sebagai anak pefeksionis, sering meremehkan diri mereka sendiri untuk tidak melakukan dengan lebih baik walaupun pada kenyataannya produktivitas mereka lebih daripada kebanyakan perangai lainnya.

Mereka adalah anak yang mau mengorbankan diri sendiri, serius, dan takut akan kegagalan. Mereka mempunyai sifat dasar yang teliti, hidup dengan tantangan atau visi untuk menginvestasikan hidup mereka, tetapi jarang dapat menghasilkan sendiri.

Tipe melankolik adalah anak yang terobsesi dengan karya yang paling bagus, yang paling sempurna dan dia memang adalah anak yang mengerti estetika keindahan hidup ini. Perasaannya sangat kuat, sangat sensitif maka kita bisa menyimpulkan bahwa cukup banyak seniman yang memang berdarah melankolik.

Kelemahan anak melankolik, ia mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung.

3. Sanguin

Anak Sanguin adalah anak yang suka berbicara mudah menyesuaikan diri ramah hangat dan penuh humor dan responsive. Anak Sanguin tidak tahan melihat anak asing di depan mereka tanpa memberi tanggapan kepadanya. Anak Sanguin adalah anak yang suka bergaul dan spontan.

Mereka jarang khawatir akan masa depan dan masa lalu, mereka menikmati lebih banyak kegembiraan dari hari-hari yang dilaluinya dibandingkan dengan tipe-tipe lainnya. Anak Sanguin biasanya bukan pemikir berat, mereka menafsirkan kejadian –kejadian yang ada dengan cepat.

Kadang-kadang mereka mendapat kesulitan karena jarang mengantisipasi dari pilihan itu atau tindakan mereka. Perasaan mereka mempunyai peranan yang sangat dominan di dalam segala sesuatu, sehingga mereka cenderung membuat keputusan-keputusan yang bersifat emosional. Belajar dari pengalaman, keputusan-keputusan yang bersifat emosional hampir selalu merupakan keputusan-keputusan yang buruk.

Sanguin adalah anak yang gembira, yang senang hatinya, mudah untuk membuat anak tertawa, dan bisa memberi semangat pada anak lain. Tapi kelemahannya adalah dia cenderung impulsive, yaitu anak yang bertindak sesuai emosi atau keinginannya.

4. Plegmatik

Anak Plegmatik merupakan anak yang tertutup yang sangat diam, tidak menuntut kalem dan lambat. Mereka tidak pernah menjadi gelisah membuat malu diri mereka sendiri dengan meminta maaf untuk segala sesuatu yang telah mereka katakana. Mereka jarang mengeluarkan ide-ide atau perasaan jika mereka tidak yakin mereka tidak akan melukai atau menyakiti anak lain.

Anak plegmatik merupakan anak yang sangat baik dengan sifat yang bahagia dan menyenangkan. Banyak yang dari mereka sangat lucu karena mereka mempunyai daya humor.

Mereka dilahirkan dengan bakat diplomat dan pembawa damai, mereka dicintai oleh teman-temannya. Anak-anak Plegmatik merupakan teman yang menyenangkan dan tidak menakutkan, dua dari kelemahan mereka yang utama adalah rasa takut dan egois, walaupun mereka menunjukkan sikap ini dengan sangat diplomatis sehingga bahkan beberapa teman baik mereka tidak mengenal mereka.

Tipe plegmatik adalah anak yang cenderung tenang, dari luar cenderung tidak beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau senang. Naik turun emosinya itu tidak nampak dengan jelas. Anak ini memang cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik, ia introspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya.

Kelemahan anak plegmatik adalah ia cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah, sehingga suka mengambil jalan pintas yang paling mudah dan gampang.

Pengelolaan Kelas

Pengelolaan ini berdasarkan pengalaman penulis yang tidak bisa dijadikan sebagai patokan atau juga harga mati bagi yang lain. Ada kalanya tiap tempat berbeda. Tiap kondisi juga berbeda. Bisa jadi kondisi saat diobservasi temperamen kolerik misalnya cocok dengan kolerik lagi. Tapi di situasi lain, mereka malah berantem. Walaupun dengan berantemnya ini tetap akan mendapatkan pelajaran juga.

Ini hanya contoh kecil pengalaman penulis dalam mengelola kelas berdasarkan temperamen dari hasil otak atik dengan situasi berbeda-beda.

Beberapa anak dengan temperamen kolerik membutuhkan ketelitian dalam bekerja, ia akan senang jika disatukan dengan anak melankolik yang teliti. Demikianlah dengan anak melankolik butuh anak kolerik karena ia yang tertutup bisa dilengkapi oleh anak kolerik yang terbuka, aktif, dan bisa memotivasi.

Dalam kegiatan seperti bertani, saya mengelompokkan anak kholerik dengan anak melankolik agar proyek bisa berjalan terutama saat memulai perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan. Setelah beres, membuat laporan yang detail bisa dilengkapi oleh anak melankolik sementara anak kholerik memberikan data-data secara umum yang pernah mereka lakukan.

Anak kholerik juga bisa dikelompokan dengan anak sanguins. Anak sanguins yang penuh humor bisa meredakan ketegangan anak kholerik yang terlalu ambisius. Anak Sanguins yang bergembira mampu menjadikan suasana lebih santai buat anak kholerik dan anak melankolik yang murung dan tertutup.

Saya menghindari menyatukan anak kholerik dengan anak plegmatik walaupun sesekali saya sering mencoba agar keduanya bisa belajar menerima diri mereka satu sama lain.

Anak phlegmatis akan senang dikelompokan dengan dengan anak melankolis dan anak sanguins. Ia akan mendapatkan ketenangan karena anak melankolik bisa teliti dan dari anak sanguins ia mendapatkan keceriaan dan kelucuan saat berkegiatan bersama. Dari anak melankolik, anak sanguins dibutuhkan karena ia punya cara-cara praktis yang tidak bisa ia pikirkan.

Nah, di kelas yang saya kelola, pengelompokan ini membuat proyek-proyek kelompok bisa berjalan dengan baik. Setiap anak bisa memaksimalkan potensinya tanpa mengurangi konflik dalam proses mereka belajar setiap hari di sekolah. (disarikan dari berbagai sumber)

--

--