8 Tahun Menulis — Aku Belajar Apa?

Maremia Azani
Komunitas Blogger M
5 min readApr 26, 2024

WRITING IS THE PAINTING OF THE VOICE — Voltaire

Waktu aku menyampaikan ke diri sendiri aku mau jadi penulis, respon pikiranku cuma “YA UDAH”. Karena masih 18 tahun dan banyak banget hal yang masih mau aku lakukan saat itu. Menulis yang awalnya cuma pengen numpahin isi kepala, eh malah jadi suka.

Modal saat itu cuma rasa yakin, optimisme dan mimpi siang bolong. Melalui masa krisis identitas dan idealisme mahasiswa, satu-satunya hal yang ngga aku lupakan cuma nulis. Kalau dipikir-pikir alasannya, mungkin karena cuma nulis sarana yang paling mudah, murah dan simple. Cuma butuh buku dan pena atau laptop dan handphone. Defenisi bisa menulis dimana aja dan kapan aja.

Jadilah aku menulis sudah hampir 8 tahun, terhitung 4 tahun sebagai amatir independen dan sisanya secara profesional.

Kalau aku kembali ke masa awal aku menulis, nano-nano rasanya. Lucu, bangga, sedih dan pede-nya ngga kelewat. Aku inget tulisanku pernah dikatain omong kosong karena aku kebanyakan baca buku, alias cuma makan teori.

Tapi, terima kasih untuk orang yang udah bilang itu ke aku. Aku jadi lebih kritis, lalu berhasil membulatkan niat untuk terjun langsung berinteraksi dengan banyak orang — yang sebelumnya selalu ragu aku lakukan.

Dari sana pikiran dan kesempatanku jadi terbuka lebih luas, dan beryukur pada Tuhan sudah diberikan jalan yang sesuai dengan keinginan.

Photo by David Travis on Unsplash

Jadi, setelah 8 tahun menulis inilah 6 hal yang bisa aku pelajari.

1. Menulis TIDAK Mudah

Waktu pertama kali menulis, aku pikir menulis itu mudah. Kan hanya menuang isi kepala ke dalam bentuk tulisan. Ternyata aku bertaruh pada lidahku sendiri, makan deh tu kata gampang. Bahkan untuk menyelesaikan satu paragraf menulis, aku bolak-balik membaca dan berpikir “kaya ada yang kurang, tapi apa ya.” Jidat sampe berkerut dan keringetan.

8 tahun berlalu, aku sadar kalau menulis merupakan proses yang panjang dan melelahkan. Mulai dari memahami teknik sesuai jenis tulisan sampai bagaimana meletakan emosi dan indera kita ke dalam tulisan tersebut.

Pun aku yakin, jika ada orang yang terbiasa menulis novel lalu lompat menulis iklan. Dia akan tetap oleng sekejap.

2. Menulis Itu LUAS

Masih berhubungan dengan poin di atas. Kita tahu kalau genre menulis itu luas dan banyak. Sehingga bukan hal yang mudah menentukan pilihan karir menulis mana yang paling sesuai dengan keinginan kita.

Beberapa dari penulis mungkin ada yang datang dari latar belakang yang sama sekali nggak berhubungan dengan sastra atau komunikasi, seperti aku. Ada juga diantara mereka yang sudah muak dengan menulis dan memilih pindah jalur karir yang benar-benar berbeda. Ada juga yang kuat dengan idealisme sebagai penulis novel atau sisanya ada yang mengadu nasib dengan ribuan penulis diluar sana untuk melamar kerja sebagai penulis konten.

Jadi, menentukan pilihan karir yang tepat di bidang ini caranya tetap sama. COBAIN AJA DULU~

3. IDE Itu MAHAL

Kalian pasti tahu iklan CERDIKIAWAN milik Gojek. Atau iklan “Kerja Lembur Bagai Kuda” milik Ramayana. Atau mungkin pernah membaca buku-bukunya Tere Liye, Dee Lestari, dan penulis lainnya.

Diluar daripada nasib baik dan keberuntungan, mereka adalah beberapa contoh dari penulis-penulis terkenal yang menuangkan ide kreatif mereka ke dalam tulisan. Pernah terpikir betapa luas imajinasi mereka? Atau betapa bagusnya kemampuan mereka meramu kata? Dan berapa banyak informasi yang mereka serap sebelum akhirnya mengeksekusi tulisan mereka?

Yes! IDE ITU MAHAL. Karena semua penulis bisa punya ide, tapi nggak semua penulis memiliki kesempatan untuk mengeksekusi ide tersebut.

4. TERKONEKSI & TERINSPIRASI

Kita bisa terinspirasi oleh sebuah tulisan tanpa perlu tahu siapa penulisnya. Dan itu FAKTA. Menurutku juga, hal seperti ini bisa menjadi salah satu cara terkoneksi dan mendapatkan insprasi dari penulis lain.

Jadi, terima kasih banyak untuk mereka.

Dan banyak sekali penulis hebat di luar sana yang sampai sekarang hampir nggak pernah muncul di permukaan tapi karyanya bisa dinikmati di banner iklan, konten yang lewat di feed sosial media, bahkan ceritanya bisa dinikmati di film dan media lainnya.

Segitu jauhnya peran sebuah tulisan dalam mengubah perspektif dan membuat kita terkoneksi satu sama lain. Kadang kita tertawa karena tulisan, ikut sedih, ikut marah dan bahkan ikut berpikir atau malah overthingking? Hehe.

5. Kesempatan yang LUAS

Menulis itu kesempatannya luas dan tidak tergantikan. Jaman bisa berubah, media menulis bisa berubah, tapi tulisan itu sendiri tidak akan pernah berubah.

Dari buku menjadi e-book. Dari koran menjadi media daring. Kemanapun dan dimanapun kita pasti melihat tulisan. Keluar sebentar dari rumahmu, bahkan jalanan tidak akan hidup tanpa tulisan.

Artinya, tulisan itu ESENSIAL. Dan selama orang butuh membaca, selama itu pula penulis dibutuhkan. Sekarang pekerjaanku adalah copywriter. Dari sini aku tahu betul bahwa pekerjaanku memliki kesempatan karir yang besar.

Selama peran kita esensial, selama itu pula kesempatan terbuka lebar.

6. Story Telling Itu KUNCI

Kunci dari tulisan yang enak dibaca dan dipahami adalah delivery. Mau diarahkan kemana? Siapa targetnya? Apa latar belakangnya? Bagaimana eksekusinya? Atau mungkin emosi seperti apa yang ingin dibangun?

Secara umum, baik menulis fiksi atau non fiksi. Pemilihan diksi memiliki sifat yang krusial. Itulah kenapa story telling itu penting. Karena ia bisa merubah banyak hal hanya dari sebuah bacaan.

Ingin sebuah negara percaya dengan idealisme propaganda tertentu? Pilih diksi yang menarik dengan story telling yang epik. Kalau tepat sasaran, aku yakin orang akan ikut dengan mudah.

Photo by Clemens van Lay on Unsplash

8 tahun yang lalu, aku nggak pernah berpikir akan menghasilkan uang dari pekerjaan yang awalnya cuma “YA UDAH”. 8 tahun yang lalu, aku nggak pernah menyangka ternyata aku KONSISTEN dengan bidang yang sama.

Meskipun seiring waktu berjalan, ternyata aku lebih senang bekerja sebagai copywriter demi uang. Sedangkan, demi diri sendiri aku senang menulis puisi atau konten seperti ini.

Aku membangun tulisan selama 4 tahun secara independen bermodal “SOK TAHU”. Kemudian di sisa tahun berikutnya, aku mendapatkan jalan untuk mencoba terjun dan membangun portofolio.

Sekarang aku masih perlu banyak belajar, karena aku juga salah satu diantara mereka yang memiliki banyak ide tapi belum tentu mampu mengeksekusinya dengan baik.

Jadi, coba bayangkan. Seandainya mau menulis, mau dijadikan pilihan karir atau sekedar hobi aja?

Pilihan ada di kita, soal nasib itu urusan Tuhan. COBAIN AJA DULU~

--

--