Alasan Kenapa Kita Lebih Baik Kembali Menggunakan Aplikasi LINE untuk Komunikasi Profesional

sekilas opini pribadi

ulul azmi syafira
Komunitas Blogger M
4 min readAug 5, 2021

--

LINE adalah salah satu aplikasi chatting yang dikembangkan oleh perusahaan Jepang. Awalnya, LINE adalah aplikasi yang diciptakan sebagai respons bencana yang terjadi di Jepang pada Maret 2011. Keadaan saat itu hanya memungkinkan karyawan NHN Jepang berkomunikask dengan alat telekomunikasi berbasis internet lebih cepat dibandingkan telekomunikasi konvensional.

Maka, mulai saat itu, LINE dikembangkan hingga menjadi sebuah aplikasi media sosial yang tidak hanya digunakan sebagai alat telekomunikasi bagi karyawan NHN saja, akan tetapi untuk masyarakat terbuka sejak Juni 2011.

Data terbaru yang diketahui mengenai pengguna aktif LINE di tahun 2014 ialah sebanyak 560 juta pengguna aktif di seluruh dunia. Pamor LINE sebagai sosial media berbasis chatting ini semakin berkembang tatkala LINE terus menambah fitur all-in-one work; mulai dari fitur Notes, fitur Schedule, fitur Album, fitur Polling, fitur Timeline, hingga ada fitur Story. Kesemua fitur tersebut ditambah dengan adanya fitur otomasi berita yang dirangkum dalam LINE Today.

Photo by Adem AY on Unsplash

Fitur-fitur di atas berkembang untuk memudahkan komunikasi berbasis grup chatting agar tampak menarik, membantu, dan reliabel dengan kebutuhan grup chatting. Seiring dengan perkembangan LINE, di samping itu juga banyak aplikasi chatting yang memanfaatkan “keruwetan” fitur LINE.

Salah satunya adalah aplikasi Whatsapp. Pembaca tentu tahu bahwa Whatsapp adalah aplikasi chatting yang penggunanya di Indonesia juga cukup besar bahkan kita semua mesti pernah mendownload dan menggunakan Whatsapp. Untuk memanjakan pengguna Whatsapp agar tidak terlalu “saklek” dengan simplisitas aplikasi, Whatsapp menambah beberapa fitur, seperti fitur Status/Story Whatsapp dan fitur Group Call yang lebih dari empat pengguna.

Fitur-fitur tersebut muncul sebab tak disangka, pengguna Whatsapp membludak sejalan dengan kebutuhan terhadap aplikasi chatting yang ringan. Jika dibandingkan dengan LINE, Whatsapp tentu lebih ringan dan simpel. Kesederhanaan ini sering jadi opsi melakukan komunikasi profesional melalui Whatsapp.

Namun, bagi saya pribadi, justru Whatsapp belum mampu mengcover seperti apa pengelolaan komunikasi profesional berlangsung, apalagi yang berbasis grup/kelompok kerja. Hal ini juga dikarenakan berat aplikasi Whatsapp yang ringan dan tidak memakan kerja CPU pada gawai maupun pada CPU komputer.

Pada tulisan ini, saya ingin mengulik kenapa penggunaan aplikasi LINE dapat lebih worth it dalam konteks komunikasi kelompok dibandingkan melalui Whatsapp sebagai pembanding. Di samping banyak aplikasi chatting yang digunakan di Indonesia, Whatsapp lebih familiar dibanding Telegram, KakaoTalk, atau Signal.

Kaya Fitur = Optimalisasi Fungsi Grup

Fitur LINE memang cukup banyak, tidak hanya seperti yang saya sebutkan di atas, ada fitur tambahan lainnya yang bisa dijadikan hiburan; seperti OpenChat, LINE Today (sebagai rangkuman berita), fitur Decorize Profile, LINE Bank, Split Bills, hingga ada fitur Ladder yang umumnya digunakan untuk mengundi selain fitur Polling. Fitur tersebut dapat menjadi fitur seksi jika personalia grup mampu menggunakannya untuk kelangsungan grup.

Misalnya, grup chat profesional seperti grup pekerjaan atau mungkin grup belajar, memanfaatkan fitur di atas untuk menambah motivasi personalianya. Mereka akan termotivasi bila leader grup atau pemilik grup sendiri mampu mengelolanya.

Stabilitas Koneksi Group Call

Dilansir melalui artikel idntimes berikut, LINE lebih unggul pada fitur Group Call yang dapat melakukan meeting bersamaan dengan 200 orang lainnya, tentu fitur ini memungkinkan untuk grup-grup skala besar yang butuh forum sederhana dibanding membuat ruangan baru melalui Zoom atau Google Meet.

Selain itu, pada aplikasi LINE Desktop, pengembang menjamin adanya Video Call dengan kualitas HD baik individual maupun grup. Sementara tandingannya (di tulisan ini), aplikasi Whatsapp Desktop, hanya dapat melakukan Video Call dan Voice Call secara individu.

Ini menguntungkan pengguna LINE sejati apabila mereka ingin lebih leluasa berinteraksi dengan LINE Desktop dibanding LINE Mobile Apps.

Terakhir, Menarik

Fitur Timeline dan Story, maupun fitur Decorize Profile setidaknya dapat membuat profil pribadi kita lebih menarik ketimbang profil pada Whatsapp. Selain itu, kita juga dapat menjadikan video singkat kita sebagai foto profil kita dengan durasi maksimal 15 detik seperti GIF. Sementara di Whatsapp, fitur GIF pada profil belum tersedia

Selain hal-hal di atas, keamanan di kedua aplikasi antara LINE dan Whatsapp sama-sama didukung oleh enkripsi yang cukup aman sehingga memungkinkan tidak terjadinya kebocoran kecuali dengan adanya permission yang disetujui secara sadar.

Photo by FLY:D on Unsplash

Namun, yang patut diandalkan dari LINE dibanding Whatsapp adalah, bagi saya LINE lebih aman oleh karena pengguna (selain kontak yang saya simpan sendiri) tidak mampu melihat nomor pribadi.

Bagi saya sendiri, nomor pribadi saat ini cukup krusial untuk dilindungi. Beberapa kasus pengalihan akun di Whatsapp terjadi oleh karena adanya kloning atau penggandaan SIM yang kemudian digunakan di gawai si hacker untuk dikuliti isinya.

Bagi saya, itu cukup rawan, sehingga saya lebih meyakini bahwa LINE bisa jadi opsi lain untuk keamanan dan kenyamanan berkomunikasi secara profesional dan tambahannya, fitur-fiturnya mengasyikkan! :D

--

--