Apa yang masih ada di samping kita adalah anugerah

catatan terima kasih

ulul azmi syafira
Komunitas Blogger M
2 min readSep 12, 2021

--

Pandemi membuat keadaan semakin pelik sebab keterbatasan justru mengurangi cara kita bersosial dengan lainnya. Kemampuan ini terus tergerus bersama waktu yang terus memaksa kita menahan diri untuk bersosial secara langsung; layaknya sebelum pandemi.

Di lain sisi, keadaan ini dapat menjadi titik balik untuk kembali bersyukur atas kehadiran tiap orang di sekitar kita; sebelum waktu menggulungnya menjadi ketiadaan.

Photo by Oladimeji Ajegbile on Unsplash

Sering kali kehilangan memporak-porandakan keadaan emosi kita, hanya dengan waktu yang cepat. Entah satu hari, satu jam, satu menit, atau bisa juga satu detik kemudian. Kehilangan yang diartikan sebagai “wujud” yang pergi dari satu sisi ke lain sisi telah cukup banyak terjadi di sekitar kita. Dalam waktu yang relatif singkat, siapa saja harus menyiapkan hati yang lapang untuk kehilangan.

Yang tersulit dari rasa kehilangan itu ialah kehampaan yang tiada henti. Tidak mengenal waktu; kehampaan bisa saja menyelimuti kita, pun tak kenal tempat.

Rasa hampa yang tak bisa dijelaskan itu sering kali mencincang malam orang-orang yang kehilangan; baik dengan rasa sakit yang belum tuntas, atau dengan rasa rindu yang semakin menguar.

Hal yang demikian bisa terus menggerogoti bila kita terus berada pada pola percakapan yang sama bersama orang lainnya. Mungkin, akan lebih lega, bila kita mulai kembali (dengan siapapun yang masih ada di samping kita) lewat apresiasi kehadiran mereka.

Setiap masa (waktu) pasti ada orangnya, maka sebelum waktu itu habis dan hilang, mungkin mengawalinya dengan berterima kasih adalah hal baik. Berterima kasih sebab mereka masih ada di sisi kita.

Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk senantiasa merayakan kehadiran mereka; mulai dari melihat hal-hal kecil yang mereka perhatikan, melihat emosi yang sering muncul saat bersama kita, melihat benda atau hal yang mereka sukai, melihat hal-hal yang biasa dilakukan bersama, dan mungkin sedikit membayangkan, apa jadinya jika ada satu hari tanpa mereka.

Hal-hal itu relatif mudah, namun bisa jadi sulit untuk dilakukan oleh karena kita masih canggung oleh sebab tak terbiasa.

Cobalah, sekali pun tak apa, memperhatikan sedikit yang tersisa dari kita dan di sisi kita. Merayakan kehadiran mereka adalah hal yang bisa kita lakukan sebelum nantinya rindu atau sakit yang lebih menggulung kita.

Apa yang tersisa dari kita adalah api yang harus dijaga untuk menjadi lentera bagi mereka yang pantas untuk diakui keberadaannya. Dan, apa yang masih ada di samping kita adalah anugerah yang tak terbatas agar terus didekap dalam waktu.

Teruntuk pembaca rubrik #monolog, terima kasih telah membaca tulisan singkat nan sedikit padat ini. Terima kasih karena telah bertahan hingga saat ini; mungkin dengan segala kesulitan, rasa sakit, rasa rindu yang tak bertuan, atau rasa yang terlalu lama ditahan.

Dengan atau tanpa perasaan-perasaan itu, kita pantas untuk sampai di titik ini. Terima kasih karena masih bisa tersenyum, setidaknya untuk hari ini.

--

--