Apakah Ini Ambang Bagi Bangsa Kita?

Ventino
Komunitas Blogger M
3 min readSep 18, 2024
Merah putih yang diterpa badai

Menelisik tentang apa saja hal-hal yang terjadi di negeri ini beberapa waktu ke belakang bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Bila kita menarik mundur waktu, tidak hanya belakangan ini saja kondisi bangsa kita mengalami tekanan dari berbagai aspek, tapi hampir setiap tahun dengan masalah yang sama bahkan bertambah.

Suara yang dibungkam sampai budaya yang dilempar ke tumpukan sampah bersama identitas negara lainnya. Ideologi yang mengalami masa kritis, ekonomi yang membunuh masyarakat menengah, serta media sosial yang mengambil alih otak manusia. Bangsa ini sedang terbakar dalam Bumi yang tengah memanas. Keegoisan dan ketamakan meracuni apa yang sudah benar. Ya, kebenaran hampir mati di negeri ini.

Segala kegilaan ini terjadi sebab beberapa faktor yang hadir. Salah satu faktor itu adalah globalisasi yang mulai sulit untuk dikendalikan. Dengan adanya media sosial, globalisasi sangat mudah untuk disebarkan dan susah untuk difilter.

Namun, tentu kita sendirilah yang perlu membatasi apa yang perlu dicerna dan dibuang, oleh sebab itu pendidikan menjadi faktor penting untuk sebuah bangsa. Masalahnya pendidikan di negeri ini perlu banyak evaluasi dan bukan komersialisasi. Pendidikan sekarang seperti alat dagang yang tujuannya sudah melenceng jauh dari UUD 1945. Dari SPP hingga UKT yang melambung tinggi akhir-akhir ini mengancam satu kalangan masyarakat yakni masyarakat kelas menengah.

Tak hanya itu, ekonomi yang negara ini miliki, yang seharusnya bisa digunakan untuk kepentingan masyarakat, malah digunakan para oknum pejabat sebagai alat memuaskan nafsu.

Mengingat perihal pejabat, demonstrasi yang terjadi beberapa hari lalu dikarenakan putusan MK yang berusaha dikangkangi oleh DPR telah usai. Peraturan Pilkada secara resmi akan menggunakan apa yang telah MK putuskan.

Namun, dari sana terlihat bagaimana sistem dalam pemerintahan kita itu rapuh, di mana mudah dimanipulasi serta memanipulasi.

Kejujuran perlahan-lahan mati, apa lagi yang bisa kita percayai? Kita seolah dibunuh oleh pemimpin sendiri. Rasa percaya kita dikhianati.

Dan kita hanya dianggap penting selama lima tahun sekali. Jika suara kita sepenting itu, mengapa ketika kita bersuara untuk mengkritik selalu saja dibungkam?

Beberapa hari lalu adalah hari perlindungan pembela HAM Nasional. Hari di mana Munir Said Thalib diracun dan sudah 20 tahun kasusnya tak diurus, hilang dibungkam kekuasaan. Aksi kamisan juga tak berhenti dilakukan. Mereka menuntut kejelasan atas orang-orang yang hilang kepada pemerintah. Namun, tak pernah ada respon sama sekali.

Hukum yang tumpul juga menjadi masalah besar bangsa ini. Terlihat dari bagaimana berbagai kasus diputarbalikkan faktanya dengan mudah karena kekuasaan.

Berpikir bahwa uang adalah Tuhan mungkin bukan lagi suatu hiperbola. Percayalah bahwa kekuasaan dan uang menjadi satu faktor kuat yang mengacak-acak bangsa ini. Terlihat seberapa rapuhnya manusia di hadapan uang, apa kita telah kehilangan harapan?

Saya tidak bilang bahwa bangsa ini akan runtuh atau jatuh. Dan saya betul-betul menjauhi pemikiran pesimis itu. Hal kotor masih bisa dibersihkan, dan hal itu jugalah yang bisa dilakukan bangsa ini. Kita tidak kurang orang-orang hebat yang siap memimpin negeri ini di beberapa tahun ke depan. Para mahasiswa yang berjuang sekarang ke depannya akan menjadi satu buah kekuatan untuk bangsa ini agar bangkit setinggi-tingginya dan merealisasikan kata “merdeka” itu sendiri.

“Kami sudah lelah dengan kekerasan.”

— Munir Said Thalib

--

--