Berdiri di Tebing Tanjung Harapan

Sesaat di ‘penghujung ’ dunia

Solomon
Komunitas Blogger M
3 min readJun 9, 2024

--

Mengetahui suatu hal sebelum hal itu terjadi mungkin jadi harapan semua orang, kan? Misalnya, saat kita menyesali perbuatan kita di masa lampau, kadang kita bergumam seperti:

  • Hadueh, kalau aja gua tau akhirnya kayak gini, ngk bakal gua lakuin.
  • Andai aja gua tau hal itu tadi, pasti gua bisa dapet nilai lebih baik.

Jadi, mengetahui suatu hal yang pasti di masa depan membuat diri kita lebih tenang, kan? Benar, kan? Maka dari itu, seharusnya kita juga sama tenangnya dengan satu hal yang juga — bahkan sangat — pasti di dunia ini:

Bahwa kita semua akan mati.

Coba lihat salah satu ujung dunia ini. Tanjung Harapan. Tempat yang menjadi saksi bisu perjalanan panjang para pelaut yang berlayar mengarungi samudra yang luas.

Tanjung Harapan (English: Cape of Good Hope) | Photo by Victor Smits on Unsplash

Tempat ini dulu merupakan titik yang sangat penting bagi para penjelajah yang mencari jalur perdagangan baru menuju Timur. Terletak di ujung selatan benua Afrika, Tanjung Harapan telah menjadi simbol pengharapan dan kebahagiaan setelah menempuh perjalanan yang panjang dan berbahaya.

Namun, selain harapan, tempat ini juga menyimpan kisah-kisah tragedi. Banyak kapal yang hancur di tengah ganasnya ombak dan angin yang bertiup kencang. Para pelaut yang tak beruntung mungkin tidak pernah sampai ke tujuan mereka, terkubur di dasar laut yang gelap dan dingin. Inilah kontradiksi Tanjung Harapan: sebuah tempat yang memberi harapan dan kenangan atas perjalanan, namun juga bisa menjadi akhir dari segalanya.

Sekarang, coba bayangkan kita berada di sana. Menaiki bukit demi bukit untuk sampai ke tepi tebing yang menjulang itu. Melihat ke arah selatan dunia. Angin berhembus kencang sore itu.

Rambut kita yang tersibak, dan suara gemuruh ombak yang menghantam karang menciptakan irama yang serasi dengan degup jantung kita. Pemandangan yang terbentang di depan mata begitu menakjubkan dan menakutkan sekaligus. Langit yang memerah oleh cahaya matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat, lautan luas yang tak bertepi, dan tebing curam yang tampak seolah-olah bisa menjatuhkan kita kapan saja.

Sekarang kita berada di ujung tebing Tanjung Harapan. Berdiri tepat 10cm sebelum langkah terakhir yang akan membuat kita terjun bebas ke batuan pantai di bawah.

Adrenalin mengalir deras dalam tubuh kita, membuat setiap indera terasa lebih tajam. Suara angin yang berbisik, aroma garam dari laut, dinginnya batu di bawah kaki, semua terasa begitu nyata. Di ambang jurang ini, kita menyadari betapa berharganya setiap detik kehidupan. Kita merasa seperti dapat merengkuh seluruh dunia dalam satu genggaman.

Kita berdiri tegap di Tebing Tanjung Harapan. Berada di antara harap dan mati. Dan pada titik tertentu, Anda akan merasa,

Hidup. Sangat hidup.

— Mark Manson

Pada saat itu, di antara keberanian dan ketakutan, kita menemukan arti untuk hidup sepenuhnya. Bukan untuk melompat, tetapi untuk mundur — melihat dan mensyukuri apa yang telah terjadi di dalam kehidupan kita — dan menghadapi hidup dengan semangat baru.

Kematian kita seharusnya bukan suatu hal yang ditakutkan, melainkan diterima. Menerima bahwa kita akan mati juga bukan suatu penyerahan diri saja, melainkan menghargai setiap detik yang kita lewati sekarang, sebelum akhirnya kita mati.

Tenang, Kita Bisa Hidup Selamanya

Dalam menghadapi kematian, kita menemukan makna sejati dari kehidupan itu sendiri. Kita belajar bahwa hidup bukan tentang seberapa lama kita tinggal di dunia, melainkan tentang seberapa dalam kita merasakan setiap detiknya.

Hidup adalah tentang bagaimana kita membuat setiap momen berarti, bagaimana kita menciptakan kenangan yang akan dikenang oleh orang-orang yang kita cintai, bukan mencari sebanyak mungkin pengalaman yang tidak mendalam dan tidak bermakna. Dalam arti yang lain, komitmen terhadapnya. Memikirkan apa yang dapat kita perbuat sebelum mati dan apa yang dapat kita tinggalkan setelah mati, untuk generasi setelah kita nanti.

Sehingga, kita dapat meninggalkan nilai yang bermanfaat dan mati dengan bahagia. Hidup selamanya dalam nilai yang kita tinggalkan.

Maka, janganlah kita takut akan kematian. Sebaliknya, mari kita hidup dengan penuh semangat dan rasa syukur. Karena hanya dengan menghargai setiap detik yang kita miliki, kita benar-benar hidup. Dan ketika saatnya tiba, kita akan pergi dengan damai, memberi semua kenangan indah yang telah kita ciptakan sepanjang perjalanan hidup kita. Hidup selamanya dalam nilai yang telah kita ciptakan, nilai yang bermanfaat untuk banyak orang setelah kita.

Berdiri di tebing Tanjung Harapan. pengalaman itu mengingatkan kita akan berharganya kehidupan. Sama seperti para pelaut yang berani menghadapi lautan luas dan tak terduga, kita juga harus berani menghadapi hidup dengan segala ketidakpastiannya. Di ujung tebing itu, kita menemukan arti dan keberanian untuk hidup sepenuhnya, menghargai setiap detik, dan siap menghadapi apapun yang datang dengan hati yang terbuka. Maka tenanglah, karena kamu bisa hidup selamanya.

--

--