Berpenampilan Menarik Agar Dilirik
Belakangan ini saya sedang senang-senangnya bermain mini soccer, sebelumnya memang saya sudah menyukai olahraga ini, tapi belum ada kesempatan bermain mini soccer, biasanya ya paling hanya main futsal bersama rekan kerja.
Untuk bermain mini soccer saya membeli sepatu murah di Decathlon. Pikir saya nanti kalau udah rutin main baru beli sepatu yang lebih baik, sementara sepatu murah di Decathlon saja dulu. Untuk bermain saya bergabung dengan komunitas mini soccer, atau sepak bola secara acak yang saya temukan di media sosial.
Ketika sampai di lapangan, saya menemukan sepatu luar biasa dari merk terkenal seperti Nike, adidas, atau PUMA, yang kalau ditaksir harganya mungkin bisa sepertiga UMR Jakarta, atau bahkan bisa setengah UMR Jakarta. “Sial saya salah circle,” pikir saya ketika itu.
Fenomena yang saya rasakan ini sebenarnya sama dengan ketika para kalangan kelas atas memutuskan untuk berolahraga lari, sepeda, hingga naik gunung. Sepatu seharga setengah UMR Jakarta, tas keril seharga UMR Jakarta, sepeda seharga Daihatsu Ayla. Penghobi lari juga tentu tidak hanya memiliki satu sepatu, ada sepatu untuk latihan, sepatu untuk lari panjang, sepatu untuk lomba, sepatu untuk recovery, dan sepatu-sepatu untuk hal lainnya. Iya semua perlengkapannya bisa bikin saya minder.
Iya saya juga paham, harga yang dikeluarkan tentu selaras dengan kenyamanan. Dalam berolahraga peralatan yang digunakan memang harus nyaman. Harga yang tinggi tersebut adalah hasil dari teknologi, dan riset untuk mendukung aktivitas olahraga yang nyaman, dan mencegah cedera. Selain itu tentu saja untuk kebutuhan fashion, masa beli sepatu setengah UMR Jakarta tapi modelnya seperti sepatu 200 ribuan.
Berbicara terkait sepatu olahraga, artikel yang ditulis oleh Swee Seng Chew dan Ho Keat Leng dalam “The Role of Social Influence in Purchasing Sports Apparel,” menjelaskan pengaruh sosial yang mempengaruhi keputusan orang dalam membeli peralatan olahraga.
Studi ini berfokus pada pengaruh sosial yang terbagi menjadi tiga kategori: informasional, utilitarian, dan value-expressive. Dari penelitian yang dilakukan terhadap 116 responden, ditemukan bahwa pengaruh informasional dan utilitarian memiliki dampak signifikan terhadap keputusan pembelian, sementara pengaruh value-expressive tidak terlalu berpengaruh.
Dalam penelitian ini ditujukan pula bahwa konsumen laki-laki dan mereka yang sangat terlibat dalam olahraga lebih sering terpengaruh informasional. Ini berarti bahwa laki-laki cenderung mencari informasi dari sumber yang dipercaya seperti profesional atau atlet terkenal sebelum membeli produk olahraga.
Sebagai makhluk visual, penampilan memang hal penting. Artikel “Personality Judgments Based on Physical Appearance” yang diterbitkan pada September 2009 oleh Laura P. Naumann, Simine Vazire, Peter J. Rentfrow, dan Samuel D. Gosling, mereka menilai kepribadian berdasarkan penampilan fisik, di mana subjek penelitian disuruh untuk berpose dan berekspresi secara spontan, penilaian pengamat akurat untuk hampir semua sifat yang diteliti.
Analisis model lensa menunjukkan bahwa isyarat statis (misalnya, gaya pakaian) dan isyarat dinamis (misalnya, ekspresi wajah, postur) menyediakan informasi relevan tentang kepribadian. Hasil ini menunjukkan bahwa kepribadian dimanifestasikan melalui saluran penampilan diri yang ekspresif, yang digunakan oleh pengamat untuk membentuk penilaian yang akurat mengenai berbagai sifat kepribadian.
Penelitian ini menyoroti pentingnya penampilan fisik dalam pembentukan kesan pertama dan menunjukkan bahwa berbagai aspek penampilan dapat memberikan informasi yang valid tentang kepribadian seseorang.
Walau saya seringnya tidak setuju dan kerap kali menyimpan marah ketika membaca lowongan dengan syarat “berpenampilan menarik,” tapi rasanya saya paham akan tujuan perusahaan mencari karyawan dengan penampilan menarik, apalagi jika pekerjaan itu berhubungan langsung dengan orang banyak, seperti front liner, atau sales.
Kelsey P. Yonce pada penelitiannya “Attractiveness privilege: the unearned advantages of physical attractiveness,” menjelaskan daya tarik fisik (atraktif) bisa memberi keuntungan tidak adil bagi mereka yang dinilai lebih menarik. Bias ini tidak adil karena orang tidak bisa mengontrol bentuk tubuh dan bentuk fisik mereka. Mengakui adanya keuntungan ini (beauty privilege) dan memahami dampaknya bisa membantu kita menciptakan masyarakat yang lebih menghargai kualitas diri daripada hanya penampilan saja.
Artikel ini mengajak kita untuk lebih kritis terhadap bagaimana daya tarik fisik membentuk pengalaman dan interaksi sosial kita, serta bekerja menuju masyarakat yang lebih adil dan setara. Dengan memahami dan melawan bias ini, kita bisa mengurangi ketidaksetaraan yang disebabkan oleh standar daya tarik fisik yang tidak realistis dan diskriminatif.
Karena penilaian awal masyarakat dari penampilan maka mau tidak mau saya juga harus berusaha memperhatikan penampilan. Lagipula saya bukan Elon Musk, atau Mark Zuckerberg, yang bisa berpenampilan santai kemana-mana . Terus bagaimana caranya agar saya menjadi lebih menarik? Apakah saya harus menggunakan barang bermerk?
Saya pikir utamanya adalah merawat diri, saya sendiri jadi lebih sering menyisir rambut, cukur kumis, dan jenggot, rutin mandi, dan lebih memperhatikan pakaian yang saya gunakan mulai dari cutting-nya, juga warna, selain itu berpakaian sesuai kegiatan juga sama pentingnya. Selain itu tentu meningkatkan kualitas diri.
Menggunakan sepatu bermerk juga bisa menjadi opsi walau tidak mutlak, kalau punya uang saya juga ingin membeli sepatu trail running ON seharga setengah UMR Jakarta.
Sumber:
Chew, Swee & Leng, Ho Keat. (2016). The Role of Social Influence in Purchasing Sports Apparel. Athens Journal of Sports. 3. 275–284. 10.30958/ajspo.3.4.4.
Naumann, Laura & Vazire, Simine & Rentfrow, Peter & Gosling, Samuel. (2009). Personality Judgments Based on Physical Appearance. Personality & social psychology bulletin. 35. 1661–71. 10.1177/0146167209346309.
Yonce, Kelsey P., “Attractiveness privilege : the unearned advantages of physical attractiveness” (2014). Masters Thesis, Smith College, Northampton, MA. https://scholarworks.smith.edu/theses/745