Book Snob: Inilah Alasan Mengapa Kita Harus Membaca Lintas Genre

Raushan Fikr A
Komunitas Blogger M
4 min readMar 23, 2024

Sebagai orang yang senang membaca, terkadang aku masih menemui polarisasi yang ngga kunjung selesai di kalangan para pembaca. Mereka yang gemar membaca fiksi dan para pembaca sejati nonfiksi.

Kedua kelompok ini punya semacam ‘garis kerasnya’ masing-masing yang ngga jarang saling menghakimi bahwa bacaannya lebih superior dibanding yang lainnya. Mereka yang merasa superior ini diistilahkan dengan book snob.

Kalau kamu mendengar kalimat merendahkan semacam, “Yaelah, lo masih baca novel fantasi di umur segini?”, “Baca buku motivasi kaya gitu mah bikin toxic positivity”, “Anjir, seriusan lo belom baca bukunya Pram? Cupu banget!” Nah ini sudah pasti kamu bertemu kaum tersebut.

Pada dasarnya book snob ini memang punya dua tabiat khas. Pertama, mengagungkan bacaannya. Kedua, mencibir pembaca yang seleranya sama sekali berbeda.

Seumpama satu waktu kamu bertemu book snob, aku sarankan untuk mengecup kepalanya dengan buku.

Kalau diingat, ternyata aku sendiri juga pernah mengalami fase book snob. Terutama ketika gandrung dengan satu buku yang menarik dan mungkin jarang orang ketahui. Aku akan membanding-bandingkan apa yang sedang kubaca dengan buku populer di kalangan pembaca lainnya. Ngga cuma itu, bahkan beberapa kali aku memaksakan kehendak orang lain untuk baca buku yang sama denganku agar mendapat pujian kalau bacaanku nyentrik. Busettt geli banget ya.

Meskipun book snob itu banyak macamnya dan ada di tiap lintas genre, secara khusus aku ingin membahas antara fiksi dan nonfiksi saja. Karena dari sini awal mula aku mendapat pencerahan.

Kamu yang gemar membaca atau menonton film bertema mitologi Yunani, mungkin ngga asing dengan sosok Minotaur. Makhluk hibrida berkepala banteng namun bertubuh manusia. Sebuah anomali.

Konon, ada seorang Raja Kreta yang menyembunyikan banteng untuk persembahan kepada Dewa Poseidon. Poseidon yang marah mengetahui pembangkangannya lalu membuat istri Sang Raja jatuh cinta terhadap banteng tersebut.

Istri Sang Raja yang tergila-gila pada banteng itu meminta bantuan Daedalus — seorang arsitek genius — untuk dibuatkan patung sapi betina yang bisa dimasuki olehnya. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan agar sang istri bisa berhubungan seksual dengan banteng persembahan tersebut. Dari hubungan tabu inilah Minotaur lahir.

Sebetulnya, makhluk ini lebih mengerikan dari kelihatannya. Ngga jarang ia memakan orang-orang disekitarnya. Sehingga Raja Kreta pun memutuskan untuk mengurungnya di sebuah labirin bawah tanah ciptaan Daedalus.

Jika masyarakat Kreta merasakan guncangan besar dari bawah tanah, sudah dipastikan Minotaur sedang muntab. Ia meraung-raung ingin bebas dari labirin itu.

Akhir kisahnya mengenaskan. Minotaur mati di tangan Thesseus setelah keduanya bertarung habis-habisan.

Knossos Guides

Dalam dunia fiksi, meskipun membaca kisah yang sama tentu kita punya gambaran tokoh dan latar yang berbeda satu sama lain. Ada banyak faktor yang mempengaruhi daya imajinasi kita. Seperti berapa banyak informasi yang kita serap dan bagaimana cara kita mengkonstruksi sebuah cerita.

Sebagai contoh, bagaimana sosok Minotaur dalam imajinasi kita? Apakah kepalanya serupa kerbau ternak? Atau banteng moncong putih? Seberapa besar badannya hingga ia mampu menggetarkan dataran Kreta?

Lalu, bagaimana dengan labirinnya? Apakah terbuat dari batu mineral terkuat? Seberapa rumit rute labirin yang dibuat Daedalus?

Baiklah. Mari kita simpan dahulu gambaran terkait hal ini, karena bagian menariknya adalah justru catatan tertua tentang Minotaur malah tidak menggambarkan bagaimana wujud sosoknya. Dan para arkeolog yang berusaha menemukan labirin penjara bawah tanah di Pulau Kreta juga nihil.

Barangkali memang inti dari kisah Minotaur bukanlah soal makhluk hibrida ini. Tetapi soal, Mengapa Pulau Kreta Seringkali Berguncang?

Pada salah satu video Ted Ed yang berjudul “The scientific origins of the Minotaur” kita akan mengetahui bahwa ternyata Pulau Kreta masuk ke dalam zona subduksi. Subduksi adalah kondisi di mana dua lempeng seperti lempeng Samudra yang bertabrakan dengan lempeng Benua lalu merasuk ke dalam lempeng Benua yang lebih ringan. Ini artinya zona subduksi merupakan area terbentuknya deretan gunung berapi dan gempa bumi. Itulah sebab mengapa Pulau Kreta sering mengalami guncangan.

https://id.wikipedia.org/wiki/Subduksi

Bagi sebagian orang, membaca fenomena alam lewat jurnal ilmiah (atau berita formal) mungkin terlampau berat. Karena bisa jadi tidak ada proses kreatif membangun perspektif di dalamnya yang justru menjadi daya tarik untuk mengerti berbagai persoalan.

Lebih lanjut, fiksi juga mampu memberi kita sinopsis tentang persoalan masa lalu, masa kini atau bahkan persoalan di masa depan yang sebenarnya belum tampak. Sehingga kita tersadar bahwa semua persoalan itu memang benar-benar ada dalam dunia nyata.

Lewat sudut pandang sebagai karakter yang terlibat, kita belajar berempati sekaligus mengasah kemampuan identifikasi fenomena yang harus diselesaikan. Bagaimana kita bertindak, bersama siapa dan dengan cara apa sangat menentukan nasib yang akan terjadi selanjutnya.

Mungkin pada tahap ini fiksi belum memberi kita gambaran utuh tentang suatu persoalan, maka nonfiksi akan membantu kita memahami persoalan tersebut secara menyeluruh, akurat dan rasional. Satu pengetahuan membawa kita menuju pengetahuan berikutnya. Satu fakta juga membawa kita menuju fakta lainnya — yang bahkan mungkin tidak terduga.

Maka, sama halnya seperti mitos dan sains, fiksi dan nonfiksi juga tidak dapat dipisahkan. Keduanya bertujuan untuk memahami dan menjelaskan fenomena yang ada di dunia ini dengan caranya masing-masing.

Yakin deh, menjadi book snob itu bukan cuma nyebelin, tapi juga menutup kita dari banyaknya pengetahuan yang belum pernah kita jamah. Seperti layaknya kisah Minotaur, barangkali ada ribuan cerita fiksi lainnya yang mengungkap persoalan dunia ini tapi kita luput darinya.

Referensi:

https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Subduksi

https://www.kompas.com/sains/read/ilmuwan-ungkap-sejarah-gempa-terbesar-di-mediterania

https://youtu.be/The scientific origins of the Minotaur — Matt Kaplan

https://id.wikibooks.org/wiki/Mitologi_Yunani/Minotaur

--

--