Catatan Hari Pendidikan Nasional

Pagiku cerahku matahari bersinar~

Lentera Fajar Muhammad
Komunitas Blogger M
2 min readMay 2, 2022

--

Idul Fitri tahun ini rupanya bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Jadi di kesempatan ini aku mau menuangkan keresahanku tentang topik yang jadi perhatian utamaku. Pendidikan.

Photo by Bayu Syaits on Unsplash

Ada banyak isu nasional dan internasional yang menurutku hanya akan jalan di tempat tanpa adanya pendidikan nasional yang baik. Sebut saja masalah iklim, perjuangan hak-hak wanita, hingga perdamaian dunia.

Tujuan Negara Indonesia seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 45 jelas menyebut “mencerdaskan kehidupan bangsa”. 76 tahun Indonesia merdeka, rezim silih berganti lengkap dengan menteri dan kurikulumnya. Hasilnya? Ya gitu deh…

Warganet kita terkenal nyolot dan barbar kalo udah ngamuk di dunia maya. Dari yang anak usia sekolahan sampai kadang udah punya anak sama saja. Iya mereka tetep salah kok. Tapi apa jangan-jangan itu output pendidikan di Indonesia?

Skor PISA Indonesia selalu rendah. Entah itu di bagian sains, matematika, atau reading comprehension. Semenjak keikutsertaan Indonesia di tahun 2000 hasilnya masih di situ-situ aja. Kurikulum ganti ternyata bukan berarti bikin pinter ya?

Omong kosong revolusi mental. Yang dibangun jalan tol, jalan tol, jalan tol, IKN. Menteri pertama diganti. Inovasi menteri selanjutnya? Zonasi. Solusi dangkal dari segunung masalah pendidikan di Indonesia.

“Kita harus hapus ketimpangan kualitas pendidikan!”
“Berarti kita lengkapi sarpras dan SDM sekolah yang tertinggal?”
“Bukan, kita ratakan input siswa yang mau masuk.”

Menteri yang sama pernah menyuruh ‘orang kaya’ agar menikah dengan ‘orang miskin’, menyebut Indonesia sedang dalam kondisi ‘darurat militer’, menduga ada niat baik dari kasus kerangkeng Bupati (nonaktif) Langkat, dan mungkin ada banyak hal lucu lainnya. Heuheuheu

Menteri berikutnya dipilih dari alumni kampus luar negeri. Baru sebentar dia menjabat, langsung dihantam pandemi. Belum ada tes PISA lagi jadi belum ada hal untuk dihakimi. Pandemi jadi saksi ketimpangan sarana dan prasarana serta SDM yang tak bisa dihapus zonasi. Learning loss terjadi, apa kata mas menteri?

Tadi baru dari sudut pandangku sebagai seorang kakak sepupu yang punya banyak saudara usia sekolah di tanah jawa. Apa kira-kira pendapat mereka anak guru PNS? Yang waktu kuliah kena golongan UKT tinggi padahal penghasilan orang tuanya ya begitulah. Semoga hal baik menanti semua guru honorer (yang rencananya mau dihapus dan diganti jadi PPPK).

Semangat desentralisasi akhirnya melimpahkan kewenangan pendidikan ke tangan pemda. Balik lagi bahas pandemi, apa semua pemda siap? Toh antar sekolah dalam satu daerah saja masih timpang. Lalu apa kabar Indonesia Emas 2045?

Bersama kemauan ada jalan. Semoga segera muncul dynamic leader atau Satria Piningit yang bukan cuma mainan isu populis sama agama. Pemimpin yang punya visi, tapi juga paham tradisi agar mampu mengawal transisi.

Akhirul kalam, mengutip Mars SMA 1 Kudus:

Semoga Tuhan luluskan cita-cita pendidikan!

Dengan cinta,

Lentera Fajar Muhammad

--

--

Lentera Fajar Muhammad
Komunitas Blogger M

Political Mythologist. Talking about mythology, superheroes, and sometimes politics too