Cerita Seorang Fangirl

Fhyy
Komunitas Blogger M
6 min readJan 19, 2021
Fot dari Twitter SM GLOBAL

Ala bisa karena sudah terbiasa. Sebuah pribahasa yang akrab di telinga kita. Peribahasa ini bisa diartikan ke beberapa versi. Perbuatan buruk bisa dipandang biasa karena terlalu sering kita lihat terjadi di sekitar kita. Sesuatu yang awalnya sulit dilakukan kemudian terasa mudah karena sudah terbiasa. Atau sesuatu yang dilakukan berulang kali, hingga terbiasa dan rasanya sulit untuk berhenti.

Perilaku yang kita lakukan secara terus menerus dan banyak orang lain melakukan hal yang sama, membuat sesuatu hal terlihat yang awalnya tidak lazim menjadi lazim. Awalnya terasa asing menjadi akrab. Bahkan karena hampir setiap hari melakukan kebiasaan dan melihat hal tersebut lazim di sekitar kita, kita pun merasa tak ada yang salah dari itu.

Jika itu kebiasaan baik, tentu tidak ada yang perlu di khawatirkan, justru butuh ditingkatkan. Namun, kebiasaan buruk inilah dari waktu ke waktu justru yang lebih muda meningkat intensitasnya.

Kebiasaan buruk yang saya maksud disini yang tidak harus merugikan banyak orang karena saking buruknya. Tapi hal-hal yang nampak remeh temeh tapi saat sudah begitu sering dilakukan akan tidak baik untuk diri sendiri.

Misal, kebiasaan yang tidak bisa kita rem setiap akhir bulan, sehabis gajian langsung check out beberapa barang belanjaan. Padahal tak memilikinya pun tidak apa, hanya saja hasrat membeli kita membawa kebahagian sementara itu gak bisa direm.

Belakangan ini betapa saya sangat menyadari sebuah ketergantungan pada sesuatu. Kebiasaan yang tanpa saya sadari makin menjadi-jadi.

Awalnya pelan saja, dimulai dari hal remeh temeh kemudian seperti mencakoki obat ke dalam tubuh yang dosisnya semakin naik. Tak puas jika hanya satu pil sehari. Hari berikutnya harus lebih dari itu.

Semua ini, pelan. Berjalan pelan saja namun konsisten. Sampai pada titik, kahilangan kendali dan rasanya ada yang hilang dan merindukan sesuatu jika tidak melakukan kebiasaan itu.

Kebiasaan itu adalah nge-Fangirl K-Pop. Anggapan beberpa orang mungkin wajar. Tapi untuk saya, kebiasaan ini rasa-rasanya sudah harus saya kurangi.

Di Indonesia, remaja yang menyukai budaya, film atau penyanyi Korea sangat mudah kita temui. Dari yang fanatik, yang rela “menghidupi” Idol mereka dengan membeli setiap perlengkapan nge fans yang mahal-mahal hingga yang cukup mengagumi saja.

Awal…

Foto diambil dari twitter Super Junior

Menyukai seseorang untuk dijadikan sebagai idola, hanya untuk mengagumi rasanya tak ada yang salah dari itu. Sebagai manusia, kita selalu memiliki dorongan dari hati ataupun pikiran untuk menyukai sesuatu yang menarik perhatian kita.

Dunia entertaiment Korea, sangat mahir untuk menarik dan membuat seseorang yang awalnya memiliki pandangan sinis terhadap budaya luar menjadi begitu menyukai budaya mereka.

Korea berhasil membuat banyak orang untuk tertarik mengunjungi negara mereka melalui perkembangan entertaiment mereka, rasanya ini sudah sering sekali disebutkan. Kekuatan promosi drama dan juga idol grup mereka membuat Korea negara yang patut diperhitungkan.

Awal ketertarikan saya pada dunia entertaiment Korea, rasanya sekitar tahun 2010. Saya lupa persis tahun kapan. Yang jelas saat itu drama BBF (Boys Before Flowers)diperankan Lee Min Ho mulai hits di kalangan anak-anak baru gede seperti saya saat itu. Namun, bukan drama ini yang membuat saya sangat menyukai dan kemudian mengikuti artis korea. Saat itu, saya masih memiliki pandangan sinis terhadap tayangan korea yang ditayangkan di televisi.

Mulai lah, saat salah satu televisi swasta menayangkan drama You’re Beautiful (aktor: Jang Geun Suk, Jung Yong Hwa, Lee Hong GI dan Park Shin Yee) saya mulai mengenal drama dan juga musik dari Korea. Drama ini masih menjadi drama paling favorit sampai sekarang, yang pertama memang selalu berkesan.

Semakin menjadi saat mengetahui boy grup, Super Junior dan Shinee yang mulai hits di kisaran tahun yang sama (2010–2015). Saat itu, Super Junior mengeluarkan album terbaru, Mr.Simple dan mulailah saya terus mencari tahu satu persatu member. Hingga tak sadar sudah hafal nama, tanggal lahir, mereka anak keberapa, punya berapa saudara, golongan darah, kebiasaan dan sebagainya.

Hal-hal remeh temeh terkait idola menjadi sesuatu yang harus diketahui saat itu jika ingin dilabeli sebagi fans sejati. Bahkan saya mengikuti sebuah tes untuk mendapatkan kartu member fans. Tesnya tentu tentang pertanyaan seputar idola kita. Dari karya mereka hingga hal pribadi mereka.

Diperkumpulan fans sebuah boyband di sekitar tahun itu, kartu member fans sangat berharga. Dengan kartu member kepuasan hati sebagai fans rasanya baru lengkap. Kartu member dibutuhkan untuk merasa utuh sebagai fans, agar menjadi fans yang legal dan terakui.

Sebagai remaja, yang belum utuh identitasnya yang masih mencari dan merabah lantas menemukan sebuah kesenangan yang nyata dirasakan saat menjadi seorang fangirl membuat para remaja akan cenderung bertahan lama menjadi seorang fangirl atau fanboy dari grup K-Pop.

Identitas yang berlum terbentuk, juga belum terlalu dipusingkan tentang urusan pekerjaan membuat seorang remaja sangat lumrah jika menghabiskan waktu berjam-jam untuk berselancar di sosial media hanya untuk mengetahui kabar dari sang idola.

Semua ini berlanjut terus, walau ada masa hiatus (istilah anak K-Pop yang artinya rehat atau istirahat sejenak) dari dunia per K-Pop an ini, namun selalu ada moment ia memanggil kembali dan akhirnya kembali tenggelam. Kemudian untuk sesaat meninggalkan lagi untuk sibuk di dunia nyata, lalu akan ada masa terpanggil kembali. Begitu terus.

Candu…

Semua ini adalah candu. Dan benar saja, menurut salah satu artikel yang saya baca. Ada sebuah penjelasan dari dokter mengatakan, respon di otak seseorang fangirl dengan seseorang yang kecanduan game sama. Hanya medianya saja yang berbeda.

Sebagai seseorang yang masih menjadi seorang fingirl, ada kesadaran dan benar-benar sadar saat yang dilakukan sudah melampaui batas wajar. Tapi bukan juga sebagai sasaeng (penggemar yang sagat terobsesi pada idola hingga melakukan sesuatu yang ekstrim), hanya sebagai individu yang memiliki standar wajar masing-masing. Dan saya juga menaruh standar wajar untuk mengontrol kesadaran dalam dunia fangirl ini.

Kesadaran ketika melakukan sesuatu, apapun itu tentu kita butuhkan. Agar yang kita lakukan selalu terasa seimbang. Kesadaran yang harus dimiliki oleh seorang yang masih terus mengikuti idola, menurut saya adalah mengetahui dulu standar mampu kita masing-masing.

Boyband atau girlband Korea bisa dikata sangat produktif dalam membuat karya. Saat mereka mulai debut maka setelah itu, biasanya hampir setiap tahun mereka akan melakukan comeback dan setiap melakukan itu, mereka akan mengeluarkan sesuatu yang bisa dijual. Album, lightstik, photobook,atau mengadakan konser. Semua ini sungguh menggiurkan untuk kita miliki. Jadi sadarlah sebelum menguras isi dompet.

Perasaan seorang fans yang menganggap wajar pengorbanan waktu untuk sang idol juga perlu kita lihat kembali. Dulu saat masih kesibukan soal sekolah, kisah cinta dan jadi fingirl, sungguh waktu saya sangat banyak terbuang untuk menonton setiap konten yang idola saya buat. Bahkan jika itu baru tiga hari lalu saya nonton, akan saya nonton kembali jika sudah mulai merasa di dalam hati perlu ada yang saya isi.

Perasaan seperti energi terisi, semangat terisi atau mimpi kembali terbangun setiap setelah menonton idola adalah perasaan nyata yang saya rasakan selama menjadi fangirl. Rasanya, mereka tak hanya membawa tawa dalam setiap penampilannya. Tapi juga membawa energi untuk saya gunakan mengejar mimpi.

Entah ini terdengar konyol, tapi perasaan itu nyata saya rasakan. Sehingga setiap merasa butuh di isi,kadang menonton reality show yang dibintangi oleh sang idol adalah pengisi energi saya.

Sampai saat ini, saya sudah mulai berkurang menonton dan update soal idola saya. Kesibukan hari-hari sangat membantu untuk mengurangi candu dan kebiasaan saya yang satu ini. Menulis juga keiatan yang saya pilih untuk membuat sifat fanatisme saya menjadi berkurang.

Dan lagi-lagi, semua ini di mulai dari kesadaran. saya sadar, perilaku saya terhadap idola menuju jalan batas kewajaran. Tapi saat itu, dimasa remaja, dimasa ketika mengetahui tentang idola adalah keharusan saya kehilangan kesadaran. Memulai menjadi fansgirl mungkin juga tak melibatkan kesadaran. Tak sadar sampai semua sudah menjadi candu.

Tulisan saya kali ini, sungguh tidak punya arah. Saya hanya ingin membagikan bagian-bagian yang melintas dikepala sebagai seorang fangirl.

Terima Kasih telah membaca tulisan ini.

--

--

Fhyy
Komunitas Blogger M

Menulis adalah penenang. Pulang selalu kurindukan.