Dari Overthinking Menjadi Karya

Muhammad Zaki
Komunitas Blogger M
3 min readOct 2, 2020
Photo by Aaron Burden on Unsplash

“Siang makan nasi, kalo malam Overthinking.”

Siapa yang tak mengenal Overthinking? Kalau ditanya, pasti hampir semua Gen Z kini mengetahui apa itu Overthinking. Jika diterjemahkan kedalam bahasa indonesia, Overthinking memiliki arti “pikiran yang berlebihan”. Pikiran yang berlebihan ini bisa mengakibatkan seseorang memiliki rasa cemas yang berlebihan, yang lebih dikenal sebagai Anxiety.

Overthinking ini macam-macam bentuknya. Bisa kekhawatiran akan sesuatu, kehilangan sesuatu, atau berfikir sesuatu yang tak mungkin terjadi. Overthinking ini bisa merambah ke segala aspek. Seperti soal pekerjaan, asmara, kehidupan rumah tangga, dsb. Namun, Gen Z kini lebih mengenal Overthinking dalam aspek soal percintaan/asmara. Banyak yang merasa Overthinking ketika sedang galau, sedang merasa sendiri maupun kesepian.

“Duh, dia kapan putus sih sama pacarnya?”
“Dia bakal balik lagi gak ya ke gue.”
“Gue kangen dia, dia pasti gak kangen sama gue.”

Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang ditanyakan pada diri sendiri saat sedang Overthinking. Memang tak ada salahnya jika memikirkan sesuatu yang di luar ekspetasi kita dan lebih mengarah ke berharap kepada sesuatu. Itu sesuatu yang manusiawi, jika masih dalam batas wajar.

Namun jika pikiran ini berlebihan dan tak terkendali, pikiran ini akan menjadi Overthinking yang tidak baik untuk kesehatan mental maupun pikiran. Karena otak dan pikiran kita akan terbiasa dengan pikiran yang berlebih ini.

Secara mental juga akan membuat seseorang mudah untuk berharap kepada sesuatu yang belum jelas, atau tak pasti. Biasanya Overthinking ini seringkali muncul pada jam-jam malam, kira-kira rentang waktunya antara pukul 23.00 sampai 03.00.

Jam-jam tersebut seharusnya jadi jam mereka tidur. Namun terkadang ada sebagian orang yang tak bisa tertidur karena Overthinking ini. Memang tak ada yang tau datangnya Overthinking, bisa datang kapan saja tak mengenal waktu.

Namun saya mengambil contoh dari saya sendiri, dan survey di media sosial seperti Twitter maupun Instagram. Saya pun termasuk orang yang terkadang Overthinking. Banyak pikiran Overthinking saya yang tak terkendali dan alhasil berimbas ke diri saya sendiri.

Seperti mudah lelah, rasa kantuk yang tak tertahankan saat siang hari, karena saat malam hari saya habiskan waktu dengan Overthinking dan mendengarkan lagu-lagu Emo galau seperti My Chemical Romance, Saosin, Paramore, dsb. Saya yang prihatin dengan diri saya sendiri, mulai berpikir bagaimana caranya mengatasi Overthinking ini dengan cara menghasilkan sesuatu.

Alhasil saya mencoba menulis tulisan seperti puisi dan sajak. Awalnya susah sekali membangun mood untuk menulis. Karena pada saat Ovethinking, saya lebih suka mendengarkan lagu-lagu Emo galau. Ya seperti namanya, Emo = Emotional.

Dan lagu-lagunya pun sangat emosional, tapi tetap dengan konteks sedih. Tapi perlahan saya mencoba untuk membangun mood dan menulis apa yang saya rasakan dan meresapi setiap kata-kata yang saya tulis. Cara ini cukup berhasil.

Seperti sudah sangat cocok Overthinking ini dengan passion menulis saya. Lambat laun, ketika Overthinking datang, saya memutuskan menuliskan sesuatu yang mengganggu pikiran saya.

Dan cukup berhasil, ya walau cara ini tidak mencegah Overthinking ini datang. Semenjak itu, saya lebih bisa mengontrol pikiran saya agar tidak memikirkan segala sesuatu dengan berlebihan.

Tidak sepenuhnya hilang, tapi sedikit bisa mengontrolnya. Ketika pikiran itu datang, biasanya saya menuliskannya di buku catatan saya. Jika saya rasa menarik, tulisan itu akan saya posting.

Intinya, memikirkan sesuatu yang tak sesuai ekspetasi itu wajar, berharap pada sesuatu itu manusiawi. Namun, tergantung bagaimana cara anda mengontrol pikiran ini supaya tak berlebihan dan akhirnya menjadi Overthinking.

Dan cobalah ubah pikiran berlebih itu menjadi sesuatu yang menghasilkan, seperti karya. Tidak usah yang berlembar-lembar seperti novel, cukup secarik kata-kata yang mewakili perasaan anda, itu sudah bisa dibilang sebagai karya.

Misalkan seperti anda sedang merindukan seseorang yang sudah tak bersama anda. Saya yakin, banyak yang ingin anda sampaikan ke dia, ‘kan? cobalah untuk menuliskan apa yang ingin anda katakan jika ada kesempatan untuk menemui si dia. Apapun itu, yang membuat pikiran Overthinking-mu hilang, dan perasaan rindu anda jadi sedikit terobati, walau tak dapat tersampaikan.

“Karena kata dan rasa adalah sahabat, yang terpisahkan oleh logika.”

Sekian.

Originally published at https://digstraksi.com on October 2, 2020.

--

--

Muhammad Zaki
Komunitas Blogger M

Penulis amatir. Berusaha untuk tidak jadi bokap-bokap biasa.