Dari Suka Jadi Pekerjaan — Memangnya “Passion” Masih Relevan?

Maremia Azani
Komunitas Blogger M
6 min readMay 9, 2024
Photo by Ahmad Odeh on Unsplash

“I have no special talent. I am only passionately curious.” — Albert Einstein

Beberapa tahun lalu, isu mengenai passion hangat dibicarakan di internet. Banyak dari kita yang setuju, bahwa bekerja memang harus sesuai dengan passion agar lebih nyaman dan produktif. Tapi, argumen ini juga banyak dibantah oleh warganet dengan mengatakan bahwa passion nggak untuk semua orang.

Sekarang, isu soal passion sedikit bergeser ke arah skill. Sama seperti yang sudah-sudah, skill juga memicu diskusi dan perdebatan. Ada yang berkata nggak semua orang bisa tahu apa skill mereka dan punya kesempatan untuk upgrade skill. Ya namanya juga pendapat ya guys, jadi sah sah aja.

Dan sebagai orang yang juga aktif di internet, aku mencoba membahas kembali topik ini. Emang benar passion udah nggak relevan? Apa iya orang yang melakukan bisnis atau pekerjaan dari passion hidupnya lebih bahagia? Jawabannya ya TERGANTUNG. Tergantung pilihan, kesempatan, risiko, perasaan dan kebutuhan hidup.

Sedikit Cerita Pribadi

Sekitar tahun 2017, aku membeli buku berjudul Do It with Passion karya Ken Robinson & Lou Aranica. Aku pikir mungkin buku ini akan menunjukan bagaimana sebenarnya melakukan sesuatu dengan passion. Tapi aku sedikit kecewa karena bukunya lebih banyak berisikan kisah-kisah orang yang melakukan sesuatu berdasarkan passion, daripada cara taktikal untuk bergerak dengan passion. Dan kayanya agak kurang realistis aja gitu ya wak.

Singkat cerita, aku yang merasa nggak relevan dengan buku ini ternyata menjalani hidupku dengan passion. Sudah lebih dari 5 tahun aku mengumumkan bahwa aku adalah penulis.

Dan aku juga baru menyadari kalau selama 5 tahun lebih itu. Satu-satunya buku tentang passion yang aku baca, ya cuma itu doang. Dan 2 tahun lebih berkarir sebagai penulis konten, aku nggak pernah membaca buku soal cara menulis dan teknik kepenulisan lainnya. Kalau dibilang hoki sih mungkin aja. Tapi di sisi lain aku juga sadar kalau ternyata kemampuan dan hoki aja pasti nggak cukup untuk menjadi seorang penulis.

Jadi, waktu kerja sebagai copywriter di agensi barulah aku mulai belajar lebih. Mulai dari ngikutin creator copywriting di sosmed dan baca-baca buku serupa. Ini semua gara-gara kepikiran betapa susahnya mikir 1 atau 2 kata yang paling pas untuk mewakili sebuah brand dengan gaya tulisan yang juga beda-beda.

Photo by Etienne Girardet on Unsplash

Tapi yaudahlah yaaa. Kita coba ngomongin sedikit soal passion dari kaca mataku selaku orang yang berkarir dengan passion bermodal yaquennn.

PASSION Dalam Hidupku

Banyak hal dalam hidupku dilakukan karena rasa suka dan hasrat. Kalau aku sudah menyukai sesuatu, biasanya akan sulit lepas dari hal yang kusuka itu — termasuk suka sama orang ehmmm.

Seperti menulis misalnya, awalnya hanya karena ingin menuangkan perasaan. Lama-lama jadi suka dan menikmati prosesnya, suka segala hal yang berkaitan dengan menulis, dan sejauh ini masih agak sulit mencari hal yang tidak aku suka dari menulis.

Passion itu erat dengan keinginan kuat yang muncul dari dalam diri kita, sehingga ada dorongan untuk mengusahakan, mendapatkan dan memiliki. Dan dalam konteks hidupku, hasrat seperti ini penting agar aku tetap bergerak. Sehingga perjalananku lebih terarah, lebih bermakna, dan nggak asal-asalan.

Apakah Kita Butuh PASSION Ketika Berkarir?

TIDAK HARUS. Kita nggak selalu butuh passion dalam pekerjaan, karena:

  1. Nggak semua pekerjaan memanfaatkan passion, bahkan banyak diantaranya yang lebih perlu skill atau sesederhana keinginan belajar dan kerja keras.
  2. Nggak semua orang punya kesempatan berkarir dengan passion. Karena belum tentu semua orang yang punya passion memiliki kesempatan atau pilihan untuk terjun berkarir dengan passion.
  3. Nggak semua orang bisa secara lugas mengenal passion mereka.

Konsep passion yang sering kita dengar hanyalah sebuah ide ciptaan manusia agar bisa bekerja lebih produktif. Dan dalam industri, nggak jarang hal ini menjadi sumber eksploitasi karyawan bagi perusahaan yang tidak bisa memberi gaji secara layak. Dan secara tidak langsung, orang yang bekerja karena passion biasanya akan memaklumi hal ini karena pemahaman yang sudah tertanam di kepala bahwa mereka butuh belajar. Syukur-syukur bisa membangun portofolio dengan baik. — Ya orang itu termasuk aku juga sih hehe

Jadi, passion itu nggak harus di implementasikan ke dalam karir yang guys. Kalau bisa menjamin diri sendiri tidak muak dengan hasrat yang di kuras oleh industri, ya nggak masalah. Tapi banyak juga akhirnya yang muak dan memilih meninggalkan passion mereka lalu terjun ke dunia baru.

PASSION Masih Relevan, Tapi…

Aku bekerja di industri kreatif. Dan sebagai orang yang bekerja di industri ini banyak kutemukan orang-orang dengan passion yang gila. Pekerja kreatif seperti kami adalah salah satu contoh pekerja yang agak mengesampingkan uang demi fokus melakukan apa yang kami cintai.

Meskipun passion erat kaitannya dengan industri kreatif, tapi passion tidak hanya untuk industri kreatif. Bisa dikatakan mereka yang bekerja karena memiliki ketertarikan yang kuat pada bidang tertentu bisa dikatakan sudah memiliki passion. Apapun bidang pekerjaannya.

Kalau menyukai politik, silahkan menjadi politikus. Menyukai ekonomi, bisa juga menjadi ahli ekonom. Menyukai kurva, angka dan uang bisa saja terjun ke dalam bisnis.

Ini bisa jadi bukti kalau passion masih relevan dan akan tetap ada. Tapi, sekali lagi tidak semua orang bisa berangkat melalui passion dan konsisten dengan hal itu. Tidak semua orang tahu passion-nya apa dan kalaupun tahu, tidak semua orang mau menggunakan passion-nya demi karir.

HOBI & PASSION Itu BEDA

Hobi dilakukan di waktu luang, hasilnya bikin hepi. Passion dilakukan di segala situasi, ngga selalu bikin hepi tapi bisa memuaskan.

Dua hal ini emang beda ya guys. Tergantung dari persepsi “rasa” apa yang ingin kamu tunjukan. Meskipun begitu, pasti banyak orang yang melakukan sesuatu berawal dari hobi lalu sukses. Atau sebaliknya, ada yang awalnya bekerja melakukan sesuatu karena passion, ujungnya memutuskan melakukan itu untuk hobi saja.

Nah kebetulan aku adalah orang yang hobi dan pekerjaannya adalah menulis. Hehe. Cumaaa… Tulisan itukan beragam jenis. Jadi aku pilih mana tulisan yang aku lakukan demi pekerjaan dan mana tulisan yang aku lakukan untuk hobi.

Kalau di Medium, hobi aja sih. Aku suka berbagi cerita, opini dan puisi. Setelah bekerja menuangkan ide untuk orang lain, lalu kembali menuangkan ide untuk diri sendiri.

Tapi, Kita TETAP Butuh PASSION Dalam Hidup

Menurutku, seminimal-minimalnya, kita tetap butuh passion dalam hidup. Tujuannya agar kita tetap bisa hidup dan berjalan sebagaimana menjadi manusia itu sendiri.

Passion kali ini bukan tentang pekerjaan, karir, hobi atau apapun yang berkaitan dengan hal-hal kaya gini. Tapi se-simple semangat menjalani hidup. Optimis melihat masa depan. Ada hasrat yang tumbuh dari dalam diri untuk menjadi orang yang lebih baik. Ada hasrat untuk mencapai mimpi tertentu. Atau hasrat untuk menggapai level hidup tertentu.

Life is a passion, so be excited about it. Kalau kata aku, coba bayangkan kalau Tuhan nggak menciptakan dunia ini dengan passion? Emang dunia bakal secantik ini? Even God has gut while creating. Dia ciptakan segalanya dengan sangat kompleks dan tertata. Bukan cuma semesta aja, bahkan manusia itu sendiri pun juga. So yes! There is passion inside us.

Photo by George Pagan III on Unsplash

Pada akhirnya, passion itu masih relevan dan nggak harus berkaitan dengan pekerjaan, karir atau nyari duit. Seperti yang aku sampaikan, kita tetap butuh hasrat untuk menjalani hidup. Dan itu bisa sangat terlihat dari cara kita bicara, cara kita berinteraksi, cara kita bersosialisasi dan berkomunikasi. Atau bahkan dari cara kita berpakaian dan memandang hidup.

Sampai ke persoalan bagaimana dan apa yang ingin kita lakukan di bumi sebelum kita tiada. Sebenarnya kita sudah memiliki passion dalam hidup kita, yakni hasrat untuk hidup dan berbuat untuk hidup itu sendiri.

Jadi menurutku, seharusnya kita nggak perlu merasa rendah diri hanya karena kita ngga punya passion seperti yang selalu digaungkan oleh orang kapitalis. Passion kita nggak harus di implementasikan dalam industri dan nggak harus selalu berkaitan dengan produktivitas dan urusan nyari duit.

Percayalah! Punya semangat yang besar untuk hidup, kita sudah punya passion.

You won’t glorify passion until you know exactly what it is mean. So, be wise!

--

--