Di atas meja-Payung Teduh-Rindu

Susanto
Komunitas Blogger M
3 min readAug 4, 2024
Pinterest

Payung Teduh bersama vokalis Is dikenal dengan pilihan kalimat yang indah serta alunan musik yang memanjakan telinga, band ini pula yang menemani Saya dalam menjalani suka duka menyelesaikan tugas akhir. Alasan utama band ini menjadi salah satu band favorit karena pilihan kalimat dalam penulisan lagu yang digunakan dalam menggambarkan sesuatu yang kadang membuat Saya tersenyum tanpa sengaja.

Setelah sekian lama dan akhirnya mendengar kembali beberapa lagu Payung Teduh seakan-akan memori semasa kuliah muncul seketika di kepala, suasana teman satu kos, suasana organisasi, suasana kompetisi, dan suasana-suasana lainnya yang tidak mungkin akan dilupakan dan dituliskan dalam artikel ini.

Untuk beberapa kalinya, Saya berusaha memahami maksud dari lirik-lirik lagu yang belum sempat Saya perhatikan dulu, kumpulan bait lirik lagu Di Atas Meja begitu indah bagi saya-mungkin karena perpaduan dengan alunan musik yang sederhana dan selera.

Puncak keindahan lagu tersebut terletak pada lirik reffnya, Saya menyadari justru setelah sudah tidak sering lagi mendengarkan lagu tersebut dengan beralih pada instrument musik saja.

Pada bagian intro lirik lagu ini menceritakan tentang dua orang yang saling bertemu namun tidak lagi sama seperti pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Pertemuan kali ini disertai dengan rasa rindu yang telah kian memudar bahkan hampir saling melupakan satu sama lain. Keduanya berada pada situasi tidak bisa saling becerita apa adanya, tidak bisa bercerita lepas tanpa ada ragu, pembahasan apapun terasa hambar.

Seolah ada yang mengganjal untuk bicara lebih banyak, obrolan mereka semakin dingin, tidak ada lagi pupil mata yang membesar disetiap ucapan yang dikeluarkan, setiap Langkah seolah menghapus satu persatu memori yang pernah ter-arsip dengan rapi. Rasa rindu yang dulu menggebu seolah pergi begitu saja tanpa alasan.

Tentang alasan mengapa rasa rindu diantara keduanya yang kian hari kian memudar hingga bermuara pada saling melupakan-meskipun sudah bertemu dalam lirik tersebut tidak dijelaskan lebih lanjut, mungkin sengaja dibuat seperti itu agar pendengar dapat menafsirkan sendiri.

Namun, bukan itu yang menjadi alasan lagu tersebut dibuat dalam artikel ini, melainkan pada lirik reffnya.

Setelah menceritakan pudarnya kerinduan, lirik lagu berlanjut pada reff-yang ini bagian favorit Saya, pada reff lagu ini justru bukan memaksa pendengar agar terjebak dalam perasaan bersalah atau berusaha mengembalikan arsip yang sudah seharusnya dihapus yang sering Saya temukan pada lagu-lagu lainnya, lirik lagunya justru beranjak pada penyelesaian masalah ketika semua itu terjadi.

Lirik reff-nya sebagai berikut:

Mengapa takut pada lara,

Sementara semua rasa bisa kita cipta,

Akan selalu ada tenang,

Di sela-sela gelisah yang menunggu reda,

Pada dua kalimat pertama, “mengapa takut pada lara, sementara semua rasa bisa kita cipta”, pada lirik reff tersebut, Saya teringat Alfred Adler, seorang filsuf dan psikiater asal Vienna.

Adler adalah salah satu kontributor utama pada awal pendekatan terapi Psikoanalisis bersama Frued dan Jung. Menurut Adler manusia adalah pencipta dan ciptaan dari kehidupan mereka sendiri, maksudnya manusia dapat mengembangkan cara yang unik dalam menjalani hidup untuk maju ke depan dan ekspresi tujuan mereka. Manusia memiliki kemampuan untuk mencipta dirinya sendiri bukan dibentuk oleh pengalaman pahit dimasa yang telah lalu.

Segala sesuatu tergantung dari bagaimana cara kita mengambil sudut pandang terhadap setiap masalah yang ada pada kita, itulah juga menurut Adler dunia itu sangat subjektif karena sebagai manusia kita punya kuasa untuk mencipta rasa apa yang mau kita gunakan terhadap suatu keadaan yang terjadi.

Pada dua kalimat terakhir, “Akan selalu ada tenang, di sela-sela gelisah yang menunggu reda”. Saya teringat salah satu ayat Al-Quran dengan bunyi ayatnya yang ditekankan secara berulang dan beruntun sebagai bentuk menenangkan rasulnya yang sedang dalam kondisi gelisah dan menjanjikan bahwa reda itu pasti datang, yaitu pada surah Al-Insyirah ayat 5 yang bunyinya “karena sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan” pada ayat 6 “sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan”

Entah disengaja atau tidak, dilakukan dengan riset yang panjang atau tidak, penulis atas lirik lagu Di Atas Meja banyak memberikan pesan yang mendalam kepada pendengar-termasuk Saya.

--

--