Member-only story
Dilema Penulis: Idealisme dan Realitas Tren Pasar
Jumat tadi malam, 7 Februari, aku mengisi waktu luang dengan mengajak temanku, P, untuk menghadiri gelar wicara oleh penulis buku best seller, Henry Manampiring.
Tak perlu berpikir dua kali, sudah pasti P menerima ajakanku. Maklum, berkat buku pertamanya, Filosofi Teras menjadi satu-satunya buku yang berhasil dia baca dan tuntaskan sampai halaman terakhir.
Pada kesempatan sebelumnya, aku sempat mengajaknya juga ke gelar wicara oleh penulis yang sama. Kala itu, P belum suka membaca buku.
Namun, karena terpukau dengan sosok Henry Manampiring, seketika ia membeli buku doktrin stoikisme itu dan berpikir bahwa buku tersebut akan mengubahnya menjadi lebih baik. Detik itu juga, setelah membeli buku Filosofi Teras dan pulang dari gelar wicara, P langsung menjadi penggemar Henry Manampiring.
Setibanya di Gramedia, setelah memarkir sepeda motor, kami berjalan santai menuju tempat gelar wicara. Ternyata acaranya belum dimulai. P bertanya padaku soal ide apa yang akan ia tanyakan pada sesi tanya jawab nanti.
Sebagai orang yang jarang bertanya kecuali karena benar-benar ingin tahu atau dalam hal yang mendalam, aku bahkan nyaris tak punya ide. Di sisi lain, aku juga bukanlah penggemar Henry Manampiring.