Dimanakah Para Alien?

Upaya para ilmuwan menjawab “Fermi Paradox

riffatar
Komunitas Blogger M
5 min readMay 11, 2021

--

Photo by Guillermo Ferla on Unsplash

“Where is everybody?”, Enrico Fermi

Alam semesta memiliki berjuta misteri yang belum terpecahkan oleh kita. Sebagai makhluk yang istimewa karena kecerdasannya, manusia terus berusaha memecahkan misteri-misteri yang ada di hadapannya. Salah satu misteri besar yang belum pernah terpecahkan dan memiliki dampak yang luar biasa besar bagi kita jika terpecahkan, yaitu Fermi Paradox.

Enrico Fermi merupakan seorang fisikawan Italia dan pemenang penghargaan Nobel di bidang fisika tahun 1938. Pada tahun 1950, suatu ketika ia sedang berdiskusi tentang keberadaan kehidupan alien dan saat makan siang, ia bertanya kepada para koleganya : “Where is everybody?”. Tidak ada yang bisa menjawabnya saat itu. Lahirlah sebuah paradoks bernama “Fermi Paradox” atau “Paradoks Fermi” yang selama lebih dari 70 tahun, masih menantang para ilmuwan untuk memecahkan.

Sebelum munculnya paradoks tersebut, para ilmuwan meyakini tentang adanya peradaban ekstraterestrial (di luar bumi). Hal ini dikarenakan alam semesta yang mengandung miliyaran galaksi dan di setiap galaksi, terdapat ratusan milyar bintang. Itu semua memungkinkan adanya miliyaran bahkan triliunan planet layak huni di alam semesta ini, yang bisa mengindikasikan adanya kemungkinan kehidupan di luar bumi.

Namun, Fermi masih ragu tentang hal itu. Lalu, ia melontarkan pertanyaan di atas dengan maksud, jika memang ada peradaban alien di luar bumi, mengapa kita tidak tahu keberadaannya?

The Kardashev Scale

Sebelum membahas “Paradoks Fermi” lebih jauh, kita harus mengetahui tipe-tipe peradaban di alam semesta karena ini akan berguna untuk bahasan selanjutnya. Pada tahun 1964, seorang astrofisikawan Rusia bernama Nikolai Kardashev membuat skala peradaban alam semesta yang disebut dengan dengan membaginya menjadi 3 tipe, yaitu:

Peradaban tipe 1

Peradaban di tipe ini memiliki kemampuan untuk menggunakan seluruh sumber daya yang ada di planet tempat tinggal. Peradaban manusia masih berusaha untuk meraih status peradaban tipe 1 ini. Pada tahun 1973, seorang astronom Amerika, Carl Sagan mengestimasi bahwa umat manusia bumi menunjukkan peradaban level 0,7.

Peradaban tipe 2

Peradaban tipe 2 memiliki kemampuan untuk menggunakan seluruh energi bintang induk, seperti matahari milik kita. Hipotesis tentang peradaban tipe 2 yang paling populer adalah dengan adanya Dyson Sphere (sebuah teori yang dipopulerkan oleh Freeman Dyson), yaitu sebuah benda yang mengelilingi bintang untuk mengumpulkan energi yang dikeluarkan bintang tersebut sebagai sumber energi bagi peradaban.

Peradaban tipe 3

Peradaban ini sudah sangat jauh lebih maju dari peradaban tipe 1 dan 2, karena mampu memanfaatkan energi di seluruh galaksi. Jika umat manusia telah mencapai predikat peradaban tipe ini, kita akan memanfaatkan seluruh energi yang ada di galaksi Bima Sakti. Makhluk yang berada pada peradaban ini tentunya mampu melakukan perjalanan antarbintang.

Hasil pencarian SETI

Search for Extraterrestrial Intelligence atau yang dikenal dengan nama SETI merupakan sebuah organisasi yang beranggotakan para ilmuwan, yang bertujuan untuk mencari keberadaan kehidupan ekstraterestrial (di luar bumi). SETI bekerja dengan mencari dan mendengarkan sinyal dari luar bumi untuk mencari peradaban ekstraterestrial. Namun, belum ada satu pun sinyal yang mengindikasikan adanya peradaban di luar bumi.

Padahal, miliaran tahun sebelum adanya bumi telah muncul beberapa planet layak huni. Dalam “Kardashev Scale”, jika memang ada peradaban di planet-planet tersebut , bisa diperkirakan peradaban mereka tergolong peradaban tipe 2 atau 3. Tentu hal tersebut berlaku jika peradaban mereka masih ada hingga saat ini. Lalu, mengapa peradaban tersebut tidak terlihat dan terdeteksi oleh kita?

The Great Filter

Great Filter” merupakan salah satu teori yang memungkinkan untuk menjadi jawaban dan solusi atas pertanyaan di atas dan juga “Paradoks Fermi”. Teori ini dikemukakan oleh Robin Hanson.

Dalam teori “Great Filter”, Hanson menyatakan bahwa suatu kehidupan harus bisa melewati sembilan rintangan dasar untuk menjadi peradaban yang benar-benar maju, yang bisa dikatakan tergolong peradaban level 3 “Kardashev Scale”. Salah satunya merupakan rintangan yang mustahil untuk dilewati, yang bisa membuat suatu kehidupan musnah. Rintangan-rintangan tersebut antara lain:

  1. Planet yang menampung kehidupan harus berada pada zona layak huni atau “Goldilocks Zone
  2. Kehidupan harus berkembang di planet tersebut.
  3. Kehidupan tersebut harus mampu untuk reproduksi, menggunakan molekul seperti DNA dan RNA.
  4. Sel sederhana (prokariotik) harus berevolusi menjadi sel kompleks (eukariotik).
  5. Organisme multiseluler harus berkembang.
  6. Reproduksi seksual, yang sangat meningkatkan keragaman genetik, harus dipertahankan.
  7. Organisme kompleks yang dapat menggunakan alat harus berevolusi.
  8. Organisme tersebut harus mengembangkan teknologi yang dibutuhkan untuk kolonisasi luar angkasa. (Umat manusia berada pada rintangan ini)
  9. Spesies tersebut harus terus melakukan kolonisasi dunia atau planet lain dan sistem tata surya, untuk menghindari kehancuran.

Lalu, mengapa teori “Great Filter” bisa menjadi jawaban atas “Paradoks Fermi”? Begini, jika kita melihat keadaan sekarang yaitu tidak adanya penemuan mengenai keberadaan peradaban luar angkasa, maka teori “Great Filter” menawarkan kemungkinan bahwa peradaban tersebut tidak mampu melewati salah satu rintangan “Great Filter” di depan mereka (para alien) sangat sulit untuk mereka lewati. Dengan demikian, bisa jadi rintangan nomor 1 mustahil dilewati oleh seluruh kehidupan selain di Bumi, yang menunjukkan ketiadaan kehidupan ekstraterestrial di alam semesta.

Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa mereka sudah melewati semua rintangan tersebut yang berarti “Great Filter” berada di belakang mereka. Mereka mungkin masih sibuk untuk melakukan kolonisasi di galaksi tempat mereka berada. Jika demikian kenyataannya, hanya tinggal menunggu waktu bagi kita dan mereka untuk saling berinteraksi.

Kabar baik atau sebaliknya?

Keberadaan kehidupan ekstraterestrial memang masih menjadi misteri bagi kita umat manusia. Penjelasan tentang teori “Great Filter” untuk menjawab “Paradoks Fermi” hanyalah satu di antara sekian banyaknya kemungkinan. Namun, ada satu pertanyaan terakhir yang sangat menarik tentang topik artikel ini. Pertanyaannya adalah jika memang di masa depan kita akan menemukan peradaban di luar bumi, apakah itu kabar baik atau kabar buruk?

Penemuan peradaban alien memang menjadi kabar yang dinanti-nanti oleh banyak orang. Penemuan tersebut membuat imajinasi kita menjadi kenyataan. Akan tetapi, penemuan yang dinanti belum tentu berdampak baik bagi umat manusia.

Seorang fisikawan terkenal, Stephen Hawking berpendapat bahwa berinteraksi dengan alien bisa sangat berisiko bagi kita. Ia mengatakan bahwa kita hanya perlu memperhatikan diri kita sendiri untuk melihat bagaimana kehidupan yang cerdas dapat berkembang menjadi sesuatu yang tidak ingin kita temui. Hawking juga telah membayangkan alien dengan teknologi canggih yang telah menggunakan seluruh sumber daya planet mereka dan sedang menaklukkan planet apapun yang bisa mereka jangkau.

Penjelasan di atas masih dalam status kemungkinan, bukan kebenaran atau kenyataan. Memang upaya kita untuk menemukan keberadaan peradaban di luar bumi masih belum membuahkan hasil. Akan tetapi, ada salah satu pernyataan Profesor Brusse dari Australian National University yang menarik untuk digarisbawahi dan menjadi closing statement dari artikel ini.

“But even if we’re not finding anything, that’s still telling us something. And what if we do find them, right? Wouldn’t that be amazing?”

Silakan tekan tombol clap kalau kamu suka dengan artikel ini dan ketik di kolom response kalau kamu ingin menyampaikan komentar, kritik, dan saran.

Terima kasih!

--

--