Inilah Alasan Kenapa Laki-Laki Hobi Main Game

Kenapa Game Itu Berbeda dan Solusi Mengurangi Kecanduannya

Van Winata
Komunitas Blogger M
5 min readFeb 23, 2021

--

Sebagai seorang laki-laki, gue menulis ini untuk memberitahu kepada siapa saja terkhusus para orang tua yang kesal anak laki-lakinya hobi main game, atau para perempuan yang jengkel pacarnya main game mulu.

Gue dulunya hobi banget main game. Dari uang jajan SMP yang cuma Rp. 10.000–15.000 termasuk makan dan ongkos pulang pergi gue tabung terus buat beli voucher fisik G-Cash 50.000–100.000 untuk main Pointblank atau Lost Saga. Kartu voucher G-Cashnya sering gue simpen setelah gue pake. Setelah gue SMA gue sadar dari voucher fisik yang gue simpen kalo ditotal gue udah ngeluarin uang ±Rp. 2.000.000.000! Belum termasuk yang vouchernya gue buang ya!

Setelah gue berhenti gue sadar ini adalah dua faktor paling berpengaruh dari hobi main game: waktu dan uang. Namun,

Disadari atau tidak bahwa game itu memiliki daya tarik yang sangat hebat untuk laki-laki.

Para perempuan biasanya mulai bete jika cowoknya main game mulu. Bukan hanya game, dalam hobi-hobinya yang lain misalkan otomotif, hewan peliharaan, atau mungkin olahraga pun seringkali jadi fokus utama laki-laki ketimbang terhadap pasangan. Tapi, gue merasa hobi game itu berbeda dari hobi yang lain dari segi dampak terhadap kami para laki-laki.

Hal ini bisa dilihat juga dari berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk menjalani hobinya atau berapa banyak uang yang sudah dikeluarkannya tanpa pikir panjang. Sebagian perempuan mungkin akan berpikiran seperti ini, "cowo lebih milih hobinya ketimbang gue!" Atau para orang tua, “anak gue main game mulu ga belajar-belajar!”

Sebagai orang yang dulunya hobi banget main game, bahkan sampe habis lebih dari Rp 2.000.000 mulai dari SMP sampe SMA yang mana uang jajan gue aja berkisaran Rp. 15.000–25.000 termasuk ongkos pulang pergi naik angkutan umum.

Skill saving money gue bagus, tapi tidak diimbangi dengan skill spending yang mumpuni jadinya punya uang banyak malah dibakar ke hal yang ga penting.

Coba banyangin, gue spending 2 juta di sebuah game yang sewaktu-waktu game itu bisa bangkrut dan berhenti beroperasi sedangkan progres gue di game itu dan semua uang yang sudah gue keluarkan tidak bisa dikembalikan. Bodoh bener, kan?

Saya merasa bahwa laki-laki itu senang mendominasi sesuatu, senang dianggap paling hebat diantara yang lain, senang diapresiasi, juga senang berkompetisi menjadi yang terbaik diantara yang lain. Hal itu lah yang menjadikan hobi menjadi kebutuhan bagi laki-laki sebagai tempat unjuk gigi.

Hal itu dipengaruhi oleh laki-laki diciptakan untuk memimpin. Udah dari sananya keingin mempimpin, mendominasi, menjadi yang terhebat, dan sebagainya muncul dalam diri kami.

Anggapan di masyarakat bahwa laki-laki harus tangguh dan kuatlah yang membuat sebagian kami merasa rendah.

Disitulah game memainkan perannya.

Game membuat kami yang merasa tidak berguna di dunia nyata nampak sangat hebat di sana. Kami yang tidak dianggap oleh masyarakat bisa menjelma menjadi dewa yang diagung-agungkan di sana. game adalah tempat pelarian dari segala ekspektasi masyarakat terhadap laki-laki.

Game tidak pernah menuntut apapun dari pemainnya. Game tidak peduli apakah kita jago atau tidak, kita hebat atau payah, game akan selalu senang jika kita memainkannya. Bahkan memberikan kita notifikasi agar kita ingat untuk memainkan game tersebut. Karena fungsinya sebagai pelarian, coba lihat seberapa sering orang tua atau pacar kita menuntut sesuatu dari kita? Sering. Sering dan banyak. Sedangkan game berlaku sebaliknya, maka jelaslah banyak dari kami — termasuk gue dulunya jadi kecanduan main game.

Game tidak penah memaksa kita untuk in-game purchasing, tetapi kita sendiri yang ingin melakukannya karena kita senang memainkan game itu. Bahkan dalam beberapa kasus, para pemainnya rela mengeluarkan hingga ratusan juta untuk item-item eksklusif dalam game tersebut.

Jika game itu melakukan update, kita akan diberikan pemberitahuan meskipun dalam game itu kita tergolong noob, tapi game selalu menghargai kita dan tidak membanding-bandingkan dengan player lain. Dengan game melakukan update secara berkala dan selalu memberitahukan kepada semua playernya tentang update itu, membuat kita selaku player laki-laki merasa dihargai.

Karena kami merasa seperti itu, maka kami rela menghabiskan waktu lama untuk memainkannya. Terlebih apabila kita sering main, kita akan cepat grainding/naik level dalam game yang membuat akun kita lebih kuat.

Semakin kuat, kita semakin dihormati dan ditakuti. Kepuasan macam itu juga yang makij memperparah kecanduan ini. Untuk mempercepat progresnya bahkan kami—termasuk saya dulu rela mengeluarkan uang lebih untuk beli item dalam game agar akun kami semakin kuat dan jadi yang terbaik.

Itulah kenapa laki-laki butuh hobi terkhusus game.

Sekarang, kenapa pada akhirnya gue berhenti?

Gue berhenti sekitar kuliah semester akhir. Berhenti bukan karena sibuk skripsi, melainkan gue akhirnya bener-bener sadar main game memberikan gue kepuasan semu dan menyita banyak banget waktu gue.

Tentu hal ini sangat subjektif, namun jika kalian ingin berhenti dari kecanduan ini maka cara paling ampuh yang telah berhasil membebaskan gue adalah cari kesenangan lain di luar game.

Gue ini senang baca buku dan nulis, berdiskusi, berdebat, dan sejenisnya. Hal ini lebih memberikan gue kepuasan ketika apa yang gue katakan diikuti orang lain. Orang lain mengakui pendapat gue yang bagus. Orang-orang meminta saran ke gue dan itu membuat gue merasa dihargai.

Itu kepuasan yang nyata karena kita berinteraksi dengan orang lain di dunia nyata.

Kepuasan ketika ilmu yang gue punya bertambah dan membuat gue semakin mengerti apa pun yang sedang gue lakukan.

Dari baca buku gue merasa bahagia bisa mengetahui hal-hal yang orang lain mungkin tidak tahu.

Rasa senang ketika akhirnya gue tahu hal yang selama ini gue cari-cari penjelasannya.

Dari sanalah gue menyudahi kecanduan gue dengan mengalihkannya ke hobi baca buku dan nulis. Ini adalah hal yang paling gue sarankan agar kalian bisa berhenti kecanduan main game.

Untuk para perempuan, cobalah bantu pacar kalian menemukan passion di bidang lain agar mereka bisa berhenti main game. Kurang-kurangilah nuntut ini itu kalo bukan hal yang penting-penting banget. Laki-laki juga senang dihargai dan diapresiasi atas apa yang telah mereka lakukan.

Untuk para orang tua, hal yang sama juga gue sarankan. Anak perlu tahu tempat mereka di masyarakat agar mereka bisa menumbuhkan rasa percaya diri. Main game itu hanya pelampiasan. Pelampiasan dari orang tuanya yang tidak puas terhadap mereka. Cobalah sebagai orang tua juga jangan hanya menuntut anaknya agar belajar tapi carikan cara agar mereka merasa belajar ini penting bagi masa depan mereka dan yang terutama belajar itu menyenangkan!

Komunikasi yang baik akan mengembalikan seseorang dari kebiasan buruk menjadi kebiasaan baik. Perbaiki juga cara komunikasi kita dengan pacar atau anak atau teman kita jika memang ingin mereka bisa berhenti dari kecanduan ini dan terus dukung mereka agar mereka percaya diri kembali ke dunia nyata.

Bacalah, Bacalah, Bacalah, dan Jatuh Cintalah!

--

--

Van Winata
Komunitas Blogger M

ig: instagram.com/_vanwinata - bacalah, bacalah, bacalah, dan jatuh cintalah! - Versi Ilyas (Van Winata) yang senang baca dan nulis.