Jika Orang Memperlakukan Satu Sama Lain Seperti yang Mereka Lakukan di Email

Muhammad Bintang Lukman
Komunitas Blogger M
3 min read2 days ago
Ilustrasi Kehidupan yang Damai

Mungkin sebagian dari kalian sudah tidak familiar dengan gambar diatas. Yap, gambar tersebut biasa digunakan untuk sebuah meme yang berjudul ‘The world if people treated each other like they do by email’ yang menunjukkan gambar anak-anak kecil dan orang tua sedang bervakansi di sebuah hutan tenang sambil mengelus-elus binatang yang ada di dalamnya.

Saya mendapati perasaan lucu ketika menjumpai meme itu saat pertama kalinya, entah karena gaya ilustrasinya yang mirip artwork biskuit Khong Guan atau karena ekspresi orang-orang di dalam gambar tersebut yang sangat lugu. Tetapi ketika saya merenungi kembali meme tersebut, ternyata ada pesan mendalam yang sangat nyentil perasaan saya. Kemudian saya agak melankolis dan jadi bertanya-tanya. “Apakah suasana dunia akan sedamai meme tersebut jika manusia tidak saling mencaci seperti yang mereka lakukan di email?”.

Di email tentu kita akan selalu bersikap manis dan profesional seperti “Yang Terhormat…”. “Mohon Maaf…” “Demikian yang dapat saya sampaikan”. Seakan-akan seperti sudah disetting dalam mindset kita untuk selalu menjadi seperti itu. Jarang sekali saya menemukan kata-kata kasar di sebuah draft dan inbox surat elektronik. Bahkan ketika saya menjabat di Himpunan beberapa waktu silam, meski rata-rata anggotanya adalah teman sejawat saya, mereka mendadak profesional perihal pengiriman dokumen/berkas via email.

Disitulah saya mendapati mereka menjadi pribadi yang tidak menyebalkan untuk sesaat he he. Apalagi dalam perihal pengajuan-pengajuan Sponsor, pengajuan Kerja Praktik, Magang, dan lain-lain, sudah pasti kita akan sangat menjaga tutur bahasa dan memastikannya aman sebelum mengirim ke perusahaan.

Pada kenyataannya, yang terjadi hari ini adalah banyak orang-orang memperlakukan satu sama lain seperti yang mereka lakukan di kolom komentar. Atau bahasa meme nya‘The world if people treated each other like they do in a comment section’. Seringkali kita menjumpai kolom komentar YouTube, X, bahkan Instagram dipenuhi oleh cacian, upaya memaki, dan menjatuhkan padahal mereka sendiri belum tentu paham dengan konteks atau topik yang sedang diperbincangkan.

Seakan-akan mereka berpikir dapat merajai perkara tersebut hanya dengan melontarkan kata-kata yang tidak pantas dan merasa puas. Padahal tidak menutup kemungkinan mereka malah menimbulkan masalah baru ketika kalimat yang sok-sok an itu hadir di kolom komentar.

Masalah dengan dunia ini adalah bahwa orang-orang bodoh sangat yakin, sementara orang-orang bijak penuh dengan keraguan.
- Bertrand Russell

Kemudian pada akhirnya, kita hanya ditawarkan oleh dua pilihan dalam hidup ini, yaitu bijaksana dalam bersosialisasi (dalam hal ini menurunkan ego untuk mencapai kedamaian) atau menjadi pribadi yang ugal-ugalan dengan berlagak tangguh untuk mendapat pengakuan dari orang lain. Yang jelas di antara pilihan-pilihan tersebut akan selalu ada manfaat serta mudharat yang akan kita peroleh.

Saya meyakini bahwa perbedaan pendapat dalam kehidupan bermasyarakat pasti akan selalu terjadi. Hal tersebut dikarenakan kita adalah makhluk sosial yang memiliki latar belakang, kepercayaan, dan perspektif yang berbeda-beda tetapi perbedaan pendapat yang kita alami juga dapat membuka peluang untuk memahami perspektif lain.

Penting untuk memahami bahwa perbedaan pendapat tidak harus memiliki konotasi yang negatif. Ini bisa menjadi peluang untuk berdiskusi, belajar, dan menemukan solusi yang lebih baik untuk kehidupan yang lebih baik.

Mengapa kita tidak mengubah pandangan kita terkait hal itu? Bukankah ini hanya soal sudut pandang?. Mungkin saja, Flower Generation telah pergi, mungkin John Lennon telah menempuh tidur abadi. Tetapi pesan-pesannya abadi dan terus menginspirasi generasi baru untuk memperjuangkan dunia yang lebih damai dan penuh kasih.

Marc Riboud/Magnum Photos (Young Girl Hoding a Flower, 1967)

☮︎ All we are saying is give peace a chance ☮︎

--

--