Keempat Unicorn Indonesia Aktif Blogging di Medium, Kenapa ya?

Mereka menampilkan konten yang berbeda dengan blog native

Bagus Ramadhan
Komunitas Blogger M
4 min readJan 3, 2019

--

Medium bagi saya sudah menjadi sebuah media literasi yang unik untuk sehari-hari saya. Tidak ada hari tanpa membuka Medium. Pun begitu pula dengan anak-anak muda yang saat ini paling tidak memiliki satu aplikasi bacaan di ponsel pintar mereka, termasuk Medium. Tapi alasan inikah yang membuat empat startup unicorn di Indonesia memutuskan untuk memiliki blog di Medium?

Saya berusaha untuk menerka jawabannya ketika saya menyadari ternyata keempat-empat unicorn Indonesia ternyata memiliki publikasi di Medium. Ini disamping blog native milik mereka di situs masing-masing.

Ini daftarnya:

1. Traveloka

Traveloka Engineering

Traveloka Design

2. Bukalapak

Inside Bukalapak

Bukalapak Product Design

3. Go-Jek

Life at Go-Jek

Gojek Engineering

4. Tokopedia

Life At Tokopedia

Tokopedia Product Team

Tokopedia Engineering

Semua publikasi tersebut cukup rutin dalam mengunggah konten berbahasa inggris tentang keseharian mereka atau kegiatan perusahaan. Pertanyaannya kemudian, mengapa mereka memilih Medium? Mengapa bukan platform lain? Dan mengapa mereka membuat blog yang berbeda dengan blog di situs mereka masing-masing?

Saya kemudian berusaha untuk menelusuri blog masing-masing startup tersebut dan melihat seperti apa konten yang dibagikan. Dari pengamatan saya, blog yang berada di situs resmi mereka masing-masing kebanyakan adalah konten berbahasa Indonesia yang bercerita tentang produk, konten public relation, ataupun promosi.

Berikut adalah daftar blog resmi masing-masing perusahaan:

Traveloka

blog.traveloka.com diakses 3 Januari 2019

Bukalapak

bukalapak.com/blog diakses 3 Januari 2019

Go-Jek

go-jek.com/blog diakses 3 Januari 2019

Tokopedia

tokopedia.com/blog diakses 3 Januari 2019

Kesemua blog tersebut lebih ditujukan untuk pasar lokal dan untuk bisa muncul di mesin pencarian. Itu artinya, blog resmi yang mereka miliki lebih merupakan kepanjangan dari konten marketing yang dioptimalisasi sesuai dengan prinsip SEM (Search Engine Marketing) yang memerhatikan SEO (Search Engine Optimization) kata kunci, judul dan sebagainya.

Memang, tidak sepenuhnya upaya pemasaran di mesin pencarian itu berhasil. Karena kebanyakan konten mereka harus bersaing dengan portal-portal yang sudah ada sehingga keempat unicorn itu harus terlempar jauh dari halaman pertama.

Namun bagi saya, yang menarik adalah bagaimana keempat unicorn ini berusaha memunculkan persona lain dengan membuat blog di Medium. Ada pola yang cukup terlihat dari blog Medium yang mereka miliki.

Pertama, cerita Medium mereka kebanyakan adalah hal-hal dibalik layar yang tidak semua pelanggan atau pengguna mereka tahu. Seperti bagaimana proses sebuah kampanye pemasaran, suasana hectic, ketegangan hingga berbagi pengalaman dari para punggawa perusahaan masing-masing.

Lihat pola nama publikasi yang mereka miliki. Life at [unicorn], [unicorn] engineering, [unicorn design] dan sebagainya. Kesemuanya adalah cerita-cerita yang hanya bisa didapatkan di dalam masing-masing perusahaan dan hanya bisa diceritakan orang dalam.

Kedua, cerita yang mereka tulis hampir seluruhnya berbahasa Inggris. Ini artinya, keempat unicorn tersebut berusaha menampilkan diri sebagai perusahaan global yang ingin muncul dalam percakapan di Medium. Mengingat Medium memang sebuah platform yang lebih mengutamakan konten berbahasa Inggris. Akibatnya, para unicorn tersebut bisa menjadi dikenal oleh masyarakat dunia setidaknya diantara para penutur dan orang-orang yang mengerti bahasa Inggris.

Ketiga, terkait dengan pola pertama. Saya rasa keempat perusahaan juga mengerti bahwa Medium adalah sebuah platform blog yang memiliki segmen khusus yang tidak banyak dimiliki platform lain yakni segmen para hipster dan hacker. Hipster adalah mereka para desainer sementara hacker adalah para programmer.

Medium saya akui memang cukup mampu menarik perhatian dari kedua segmen penulis maupun pembaca. Selain di Medium, saya cukup jarang bisa membaca sebuah artikel tentang desain UX (user experience) ataupun sebuah cara kerja program dengan kode-kode rumitnya disertai dengan cerita-cerita.

Ketiga alasan ini kemudian diperkuat dengan kemampuan Medium untuk tampil dalam bentuk mobile yang ringkas dan simpel. Ini membuat Medium menjadi salah satu aplikasi baca yang paling populer baik di iOS maupun Android. Sehingga para unicorn ini mampu untuk lebih dekat dengan ‘fans’ nya melalui cerita-cerita orisinil yang mungkin hanya bisa didapatkan dari Medium.

Tentu, pendekatan ini jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Zalora melalui Thread by Zalora sebagaimana telah saya jelaskan sebelumnya.

Memang, saya tidak memiliki akses untuk membandingkan traffic antara blog Medium dengan blog native mereka.

Namun yang telah dilakukan keempat unicorn menurut saya menjadi sebuah keunikan tersendiri dalam hal penyampaian informasi insider.

Selain memperkaya konten Medium, kehadiran keempat perusahaan ini juga sedikit banyak memberikan edukasi-edukasi ringan dengan berbagi pengalaman pada pembacanya sebagai sebuah perusahaan yang ‘dijunjung tinggi’ di Indonesia.

Bila seandainya di tahun 2019 ini ada perusahaan unicorn kelima yang tampil di Indonesia, kira-kira apakah akan membuat blog di Medium juga? Kita lihat saja.

--

--

Bagus Ramadhan
Komunitas Blogger M

Content Performer with over 7 years experience, I've led content teams for 10+ tech brands, achieving 500,000+ traffic. Reach me at bagusdr@teknoia.com.