Kembali Gemar Membaca Buku Berkat Atomic Habits

|#47|: Resensi dan ringkasan bab 1 buku Atomic Habits oleh James Clear

Muhammad Rayhan
Komunitas Blogger M
5 min read17 hours ago

--

Photo by Lala Azizli on Unsplash

Baru saja, saya menemukan buku nonpelajaran atau nonmata kuliah yang membuat saya gemar membaca buku lagi. Akhirnya, setelah sekian purnama tidak membaca buku, saya bisa merasakan kembali masa-masa senang membaca buku.

Seingat saya, terakhir kali saya membaca tuntas sebuah buku umum adalah ketika saya SMA. Wah, sudah lama sekali, ya. Saya pun baru tersadar kembali atas satu hal ini. Karena baru tersadar lagi, saya bergumam, “Sesibuk apa aku, ya, sampai-sampai enggak sempat nyelesaiin baca buku lagi. Hmm”. Ya, gumaman ini muncul sebab saya heran terhadap diri sendiri. Kok bisa baru senang baca buku lagi.

Sudah lama tidak membaca buku bukan berarti saya tidak suka membaca. Tidak sama sekali. Alhamdulillah, untungnya kesenangan membaca tetap bertumbuh dalam diri walaupun bukan dengan bacaan yang panjang dan lengkap seperti dalam bentuk buku. Saya senang membaca bacaan-bacaan yang tak terlalu panjang dan juga tak terlalu pendek, seperti jurnal ilmiah, artikel Medium, dan postingan-postingan di Quora.

Meskipun begitu, ingin sekali rasanya diri ini kembali menumbuhkan kebiasaan membaca buku. Untungnya, saya diberi kesempatan untuk mewujudkan keinginan ini. Awal liburan semester, saya disuguhi buku oleh kekasih saya. Buku ini ia jadikan sebagai rekomendasi agar saya dapat mengetahui bagaimana cara membangun kebiasaan dengan tepat dan baik.

Saya pun bereaksi begitu antusias saat itu juga. Bagaimana tidak, perihal produktivitas, terutama manajemen waktu dan tugas/kegiatan, masih menjadi momok bagi saya. Alhasil, tanpa berpikir panjang, saya menerima pinjaman buku itu dari kekasih saya.

Saat dalam perjalanan kereta menuju Malang kemarin, saya berhasil menyelesaikan satu bab. Banyak sekali wawasan baru yang memantik bahkan menohok saya akan diri ini yang masih kesulitan menjalani hari dengan produktif. “Wah, baru bab satu aja isinya dah sebagus dan seberkualitas ini. Gimana bab-bab selanjutnya, ya?”, bicara hati saya. Selain merasa senang karena banyaknya wawasan yang mampu menegur saya, saya merasa terpacu juga untuk membagikan apa yang saya baca ini walaupun baru satu bab.

Bukan. Ini bukan tentang saya yang cepat merasa puas atas suatu pencapaian — apalagi saya sudah lama tidak membaca buku. Bukan itu, melainkan saya merasa tertantang untuk benar-benar memahami apa yang saya baca. Salah satu cara membuktikannya adalah dengan coba membuat resensi bab satu buku Atomic Habits ini. Jadi, dalam hal ini, saya membaca dengan saksama dan penuh penghayatan sembari merenungi atas hal yang relevan dengan yang sedang saya baca, lalu membagikan isi yang menurut saya cocok untuk diketahui banyak orang.

Baiklah, mari kita mulai resensi bab satu ini.

Resensi Bab 1 Buku Atomic Habits

Hikmah 1: Bergeraklah memperbaiki diri bahkan dengan perbaikan sekecil 1% setiap harinya

Pada halaman-halaman awal bab satu, James Clear membuka bahasan bukunya dengan menceritakan kisah British Cycling (induk organisasi cabang olahraga sepeda profesional di Britania Raya) yang sudah 110 tahun tidak pernah memenangkan ajang balap sepeda paling bergengsi, Tour De France. Namun, semenjak kehadiran Dave Brailsford sebagai direktur performa baru, semua berubah seakan-akan bukan British Cycling yang dikenal kebanyakan orang.

Dave Brailsford membentuk budaya baru, yakni melakukan perbaikan atau penyesuaian sekecil apa pun setiap harinya. Perbaikan yang dibawa Brailsford dalam lima tahun seperti merancang ulang jok, mengoleskan alkohol agar pada ban, hingga memerintah para pebalap untuk mengenakan celana pendek dengan pemanas listrik guna mempertahankan suhu otot, mampu mengantarkan British Cycling mendominasi kejuaraan di Olimpiade Beijing 2008.

Sungguh luar biasa bukan? Bayangkan saja, sebuah organisasi atlet pebalap sepeda yang tidak pernah juara olimpiade dalam 110 tahun, kini dapat juara setelah kedatangan sosok yang mampu membawa budaya perbaikan kecil setiap harinya.

Hikmah 2: Kebiasaan adalah bunga majemuk dalam proses perbaikan diri

Perbaikan sekecil 1% setiap harinya memang tak begitu terasa perubahannya — bahkan bisa saja tak terlihat/kita sadari. Namun, dengan konsisten memperbaiki diri 1% setiap harinya dalam setahun, kita bisa menjadi 37 kali lebih baik pada penghujung tahunnya. Sebaliknya, dengan menjadi lebih buruk 1% setiap harinya, kita akan menerjun tajam hampir pada titik nol pada akhir tahun.

Membangun kebiasaan hampir mirip dengan menabung uang di bank. Ketika menabung uang di sana, kita akan memperoleh uang yang berlipat lebih banyak karena bunga majemuk. Begitu pula dengan membangun kebiasaan. Pengaruh kebiasaan menjadi berlipat ganda selama kita terus-menerus konsisten mengulang kebiasaan itu.

Hikmah 3: Ambang batas kritis merupakan satu titik yang menjadi hasil/bukti atas suatu kebiasaan

Seperti sebuah balok es yang dapat menjadi cair hingga habis ketika dibiarkan di ruang terbuka, membangun kebiasaan juga secara perlahan mampu mengubah diri kita atas suatu hal yang semula biasa bisa menjadi sangat berbeda dari sebelumnya. Sering kali, kebiasaan muncul tanpa keistimewaan. Namun, ketika kita ingin sabar menjalaninya hingga menemui suatu ambang kritis dan mampu melewatinya, kita akan masuk ke tataran performa baru atau bisa kita sebut dengan versi diri kita yang sangat berbeda dari sebelumnya.

Hikmah 4: Singkirkan jauh-jauh sasaran dan berfokuslah pada sistem

Kebanyakan orang percaya bahwa suatu target/sasaranlah yang mampu membuat dirinya semangat mengejar sesuatu. Namun, nyatanya bukan hal itulah yang menjadi inti dari suatu perubahan, melainkan sistem — atau lebih tepatnya adalah bagaimana proses atau langkah-langkah kita mengantarkan ke hasil tersebut.

Ini bukan menganggap bahwa sasaran tidak penting, melainkan sistem adalah hal yang terbaik untuk memperoleh kemajuan. Sasaran baik untuk mengarahkan kita, tetapi sistem jauh lebih baik dan penting untuk keberprosesan dan keberlanjutan kemajuan diri kita.

Hikmah 5: Kebiasaan kecil merupakan komponen terkecil dari sistem yang lebih besar, seperti atom yang membentuk molekul

Kita tahu bahwa tubuh manusia terbentuk atas sistem organ, organ, jaringan, hingga molekul dari sebuah atom. Dalam konteks perbaikan diri, ketika kita ingin menetapkan suatu tujuan besar, mulailah dahulu dari perubahan-perubahan kecil.

Percayalah, pencapaian besar seperti Michael Jordan yang menjadi pebasket hebat dengan prestasi enam kali menjuarai NBA bermula dari latihan-latihan fisik kecil di sebuah lapangan. Percaya jugalah bahwa rutinitas kecil yang kita bangun — walaupun terkesan tak bermakna — seiring waktu akan menjadi bahan bakar untuk kemenangan/prestasi/pencapaian kita yang lebih besar.

Simpulan

Setelah sekian lama tidak membaca buku, saya akhirnya menemukan buku yang kembali membangkitkan semangat membaca saya. Sebelumnya, saya hanya sempat membaca bacaan pendek seperti artikel dan jurnal ilmiah. Namun, kesempatan bertemu kekasih saat liburan semester ini memberikan saya waktu luang untuk mulai membaca buku lagi, berkat rekomendasi dari dia juga. Buku “Atomic Habits” karya James Clear menjadi titik balik bagi saya dalam membangun kembali kebiasaan membaca. Saya sangat antusias memulai membaca buku ini karena isinya yang relevan dengan masalah produktivitas yang saya hadapi.

Saat membaca bab pertama, saya langsung merasa tertantang untuk memahami dan menerapkan isi buku tersebut. James Clear menceritakan tentang pentingnya perbaikan kecil setiap hari yang bisa berdampak besar dalam jangka panjang. Konsep seperti ini sangat membuka mata saya tentang betapa signifikan kebiasaan kecil dalam proses perbaikan diri. James Clear juga menekankan pentingnya fokus pada sistem, bukan hanya pada sasaran akhir, untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan. Semua wawasan ini memotivasi saya untuk tidak hanya membaca dengan saksama, tetapi juga mencoba membuat resensi dan berbagi pengetahuan yang saya peroleh sesedikit apa pun itu kepada orang lain.

Berikan tepukan/clappers (👏🏻) jika kalian suka dengan tulisan saya ini. Jangan lupa pula untuk menanggapi dengan berkomentar (💬) ketika ingin bertanya, merespons atau mengulas sesuatu, atau bahkan sebatas bertegur sapa. Kedua hal itu sangat berpengaruh bagi saya untuk terus semangat menulis setiap hari.

Jika kalian ingin terhubung dan lebih dekat dengan saya, kalian bisa menghubungi saya melalui DM Instagram atau mengirim surat elektronik melalui G-Mail pribadi. Oiya, boleh sekali jika kalian ingin mengapresiasi saya dengan memberikan tip melalui laman Saweria saya ini. Terima kasih!

--

--

Muhammad Rayhan
Komunitas Blogger M

Seorang mahasiswa yang tengah membangun kebiasaan menuangkan ide dalam bentuk tulisan atau lisan.