Kepada Semua Orang yang Sedang Merasa Useless

Dyah Laras
Komunitas Blogger M
6 min readSep 2, 2023

Kalau Anda merasa rendah diri, tidak dihargai, atau merasa bukan siapa-siapa, baca ini: Seseorang pernah merasa tertolong karena Anda. Seseorang pernah bersyukur karena keberadaan Anda. Anda penting bagi seseorang.

depresi, stres, merasa ditinggalkan, tidak berharga
Unsplash

Saya pernah ada di titik terendah dalam hidup: merasa ditinggalkan, rendah diri, merasa kurang pantas, tidak dihargai, dan tidak berguna. Tapi bahkan sambil menangis pun (saya manusia yang tak bisa hidup tanpa gadget), saya merasa terselamatkan dari depresi karena membaca tulisan di blog seseorang, dan membaca: “You are matter. You are loved. You are someone’s baby, someones lovely daughter, someone’s best friend.. ”

Lalu saya berhenti menangis dan sedikit merasa tercerahkan. Saya mulai menulis daftar apa saja yang bisa membuat kepercayaan diri saya bangkit lagi. Kapan saya terakhir kali berbuat baik pada seseorang, kapan saya tersenyum pada seseorang, siapa yang pernah merasa mengungkapkan rasa sayangnya pada saya. Surprisingly, daftarnya amat sangat panjang dan saya bersyukur, perasaan down tadi berangsur-angsur membaik.

Kalau Anda sedang berada di titik ini dan sedang berjuang, Anda bisa coba cara saya.

1. Tuliskan Daftar Kebaikan Anda

buat daftar kebaikan yang pernah kamu lakukan
Unsplash

Kalau Anda suka menulis, pertama, tulis daftar kebaikan apa saja yang pernah Anda lakukan dan siapa saja teman Anda. Bahkan hanya niatan untuk berbuat sesuatu (yang baik) pun penting untuk Anda tulis dalam daftar ini. Misalnya “Saya berniat membelikan adik saya sandal baru, tapi uangnya belum ada”, ya, tulis saja.

Lalu, buat daftar kedua. Ingat hal-hal apa saja yang Anda sukai pada diri sendiri. Kalau Anda kesulitan tracking hal-hal yang Anda sukai dari diri sendiri, coba ingat-ingat apa yang orang sukai dari Anda. Bahkan sekadar, “Bapak saya dulu suka sambel buatan saya” atau “Tetangga pernah memuji tanaman saya yang tumbuh subur,” pun bisa Anda tulis.

Dengan menulis daftar ini, Anda tidak akan tergoda untuk merendahkan diri sendiri. Ini akan membuat Anda teringat secara fisik tentang semua hal yang sebenarnya Anda atau orang lain sukai tentang diri Anda.

2. Sadari bahwa Anda Punya Pengaruh pada Orang Lain

Anda punya pengaruh pada orang lain
Unsplash

Kalau Anda merasa rendah diri, tidak dihargai, atau bukan siapa-siapa, baca ini: Seseorang pernah merasa tertolong karena Anda, seseorang pernah bersyukur karena keberadaan Anda, Anda penting bagi seseorang.

Jangan pernah meremehkan pengaruh yang Anda miliki terhadap orang lain. Semua orang punya pengaruh pada orang lain, sadar atau tidak.

Saya juga baru-baru menyadari bahwa cara saya berpikir, bertindak, dan berbicara adalah hasil dari dengan siapa saya bergaul dan berinteraksi. Bagaimana cara saya memandang dunia sebenarnya terbentuk berdasarkan interaksi yang saya lakukan dengan orang lain. Disadari atau tidak, merekalah yang memberi pengaruh pada diri saya sekarang: selera musik saya, cara saya memasak soto ayam, hingga hal terkecil seperti preferensi merek mie instan saya.

Tidak percaya?

Hang on, let me overshare this. Saya suka aroma bawang putih segar. Ini adalah kenangan masa kecil saya kala menunggui Mbah Putri memasak dan mencicang bawang di pawon. Saya yang suka bekerja sambil mendengarkan musik rock klasik seperti Queen dan Scorpion adalah hasil paparan selera musik Bapak saya, yang tiada henti saya dengarkan sejak saya TK. Saya (masih) suka membaca komik dan novel adalah hasil pengaruh dari ibu, yang sepanjang ingatan kecil saya, selalu membaca di waktu senggangnya.

Saya masih membuat mie kuah dengan telur, dengan cara yang sama seperti yang diajarkan teman SMA saya dulu. Bahkan cara ini kini diadaptasi suami dan anak-anak saya. Saya jadi suka animasi 2D dari Studio Ghibli gara-gara anak saya, yang tergila-gila dengan film Spirited Away bertahun-tahun lalu. Sekarang, kami sekeluarga malah sudah nonton setidaknya 26 film dari studio ini.

Bahkan, obrolan singkat dengan random people yang tidak kenal pun bisa punya pengaruh atas tindakan saya saat ini.

Saya pernah naik kereta dalam perjalanan panjang ke luar kota dan duduk dengan seorang ibu berusia sekitar 50-an. Karena tahu bakalan gabut di kereta, saya membawa buku untuk dibaca sepanjang perjalanan. Tahunya, si Ibu yang duduk di bangku sebelah malah bertanya judul buku yang saya baca dan mulailah kami chit-chat. Beliau bilang juga punya buku favorit, yang dibawanya ke mana-mana. Dikeluarkannya buku dari dalam tasnya. Beliau mengatakan itu bukan novel (seperti bacaan saya saat itu) tapi diary putrinya yang sudah meninggal belasan tahun lalu. Si Ibu bilang, kalau sedang kangen (yang mostly terjadi setiap hari), beliau akan baca tulisan putrinya itu. Dengan begitu, beliau merasa seolah-olah putrinya masih hidup.

Saya asumsikan putrinya pasti pandai menulis, sehingga ibunya nggak bosan-bosan membaca tulisannya. Ternyata, plot twist! Beliau bilang yang ditulis putrinya ya, cuma kesehariannya saja, seperti apa yang dia lihat saat pulang sekolah, hari ini ngapain aja di sekolah, main sama siapa, dan hal-hal umum lainnya. Nyatanya, hal sederhana seperti ini sangat berarti bagi seorang ibu yang ditinggalkan anaknya duluan, ya. Saya sedikit mewek mengingat cerita ini.

Sejak saat itu, saya diam-diam bertekad ingin meninggalkan “sesuatu” untuk anak-anak kelak. Dan saya memutuskan menulis cerita. Setidaknya, ketika saya sudah tidak ada, tulisan-tulisan saya kelak bisa mereka baca saat merindukan ibunya. Duh, jadi sentimentil, deh.

Juga, jangan pernah meremehkan pengaruh yang Anda miliki terhadap orang lain. Suami saya, mengaku sering menjadi “polisi EYD” di kantornya, gara-gara saya yang sering mengomentari penulisannya dalam dokumen kerja yang kurang sesuai. Alhasil, beliau sekarang banyak diminta jadi proofreader dadakan saat rekannya membuat surat, email, bahkan sekadar nota kerja. Setiap kali dipuji temannya, suami saya langsung chat, “Thank you, my editor-guru”. Dan seketika, saya merasa punya influence positif pada orang lain.

Teman saya mengaku masih memakai resep saya dalam membuat sambal, yang pernah saya buatkan untuknya saat mampir ke rumah (tambahkan gula merah, alih-alih gula pasir). Simple, tapi kok, masih diingat ya, sama dia? Kalau ingat ini, saya jadi nggak minder-minder amat sama skill memasak saya. Ada juga teman saya yang masih mendengarkan musik yang sering didengarkan mantannya dulu. Bukan karena gagal move on, tapi dia beneran jadi suka musik itu. Orangnya mungkin sudah berlalu dari hidup, tapi pengaruhnya pada teman saya masih tertinggal.

Ini sebabnya saya bilang, tidak ada seorang pun yang tidak punya pengaruh pada orang lain. Kita dipengaruhi oleh orang-orang yang kita pertahankan dan izinkan masuk ke dalam hidup kita. People come and go, tapi pengaruhnya bisa masih Anda rasakan.

“Nothing of me is original. I am the combined effort of everyone I’ve ever known.” (Chuck Palahniuk, Invisible Monsters).

Saya suka kutipan penulis di atas karena membuat saya merasa lebih down to earth. Saya menyadari bahwa semua pilihan, perkataan, perbuatan, bahkan tulisan saya saat ini adalah hasil pengaruh dari banyak orang: orang tua, suami, anak, teman, sahabat, orang-orang di masa lalu, bahkan mereka yang hanya mampir sekejap dalam hidup saya. Ini mengingatkan saya bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mencapai tujuan hidupnya sendirian.

Anda mungkin pernah mampir dan menjadi bagian hidup dari seseorang. Anda pun punya pengaruh pada seseorang, bahkan banyak orang di luar sana, sadar atau tidak. Pun begitu dengan orang-orang yang sudah “berinvestasi” pada Anda: orang tua, adik, kakak, teman, sahabat, mantan pacar, anak, dan orang-orang yang di masa lalu.

Namun yang harus sama-sama kita pahami, lingkungan dan dengan siapa kita berinteraksi mungkin akan memberi pengaruh pada hidup kita, tetapi kitalah satu-satunya yang mengendalikan akan menjadi siapa kita nantinya.

Jadi, kalau Anda sedang merasa sangat bersedih dan low self-esteem, ingatlah, bahwa this too shall pass. And you are matter.

Kalau Anda masih merasa belum membaik bahkan setelah membaca dan mencoba tips di atas, ada baiknya Anda mencari moral support. Duduk dan bercerita dengan teman terdekat atau praktisi profesional akan sangat membantu Anda melewati hal-hal terburuk dalam hidup.

*menulis ini menjadi self-theraphy buat saya yang juga sedang struggling dengan hidup. Mari berjuang bersama!

--

--

Dyah Laras
Komunitas Blogger M

a storyteller by day, a rapper by night, a long-life learner