Kepulan Asap Sejarah Kretek Nusantara dalam Novel “Gadis Kretek”

Khoirinnida
Komunitas Blogger M
4 min readDec 24, 2022
Sekali isep, gadis yang Toean impikan muntjul di hadepan Toean-Kretek Gadis
PERINGATAN!!!

Selayaknya sebuah catatan etnografi, Ratih Kumala berhasil menyuguhkan sebuah cerita dalam karya sastra tulis yang berjudul “Gadis Kretek”. Riset selama empat tahun menjadi bukti nyata bahwa Ratih Kumala tidak main-main dalam mnggarap novel Gadis Kretek, bukti keseriusan Ratih Kumala dalam melakukan riset akan nampak jelas setelah selesai membaca bagian pertama dari cerita Gadis Kretek. Ratih Kumala berhasil membawa pembacanya melebur dan ikut “hidup” dalam cerita yang ditulisnya.

Setelah membaca bagian awal dari cerita Gadis Kretek, rasanya aku ingin sekali untuk membaca keseluruhan isi cerita hanya dengan sekali duduk. Setiap bagian cerita Gadis Kretek mempunyai daya tarik yang kuat seolah-olah meminta para pembaca untuk segera membacanya, saat itu juga. Gaya penulisan dan gaya bahasa yang dipakai oleh Ratih Kumala untuk menarasikan Gadis Kretek sangat sederhana, dan mudah dipahami. Ratih Kumala berhasil menyajikan karya sastra fiksi sejarah nusantara tanpa harus mendatangkan rasa kantuk bagi para pembacanya.

Unsur sosial budaya seperti folklore-folklore yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Jawa menjadi salah satu tonggak hidupnya narasi yang ada dalam novel Gadis Kretek. Ceritanya yang sangat kompleks dan padat dimulai dari perkembangan bisnis, percintaan, konflik keluarga, perkembangan kretek, dan sejarah Indonesia semuanya terkemas rapi dalam 274 halaman novel Gadis Kretek.

Cerita gadis kretek lebih banyak menggunakan alur mundur yang sama sekali tidak membosankan. Alur mundur dalam cerita Gadis Kretek dimunculkan berkat adanya inisiatif dari tiga pemuda penerus kerajaan kretek Djagad Raja untuk memenuhi hajat “Romo Soeradja” yang sedang sekarat. Hajat berjumpa dengan Jeng Yah, tokoh sentral nyawa dari cerita Gadis Kretek.

Asal muasal munculnya istilah kretek juga ada dalam penggalan certia Gadis Kretek. Istilah kretek bukan sembarang istilah yang lahir tanpa makna, bunyi “kretek….kretek…” dari cengkih yang dilingting menjadi sebatang rokok kretek menjadi asal muasal munculnya istilah kretek itu sendiri. Sejarah perkembangan kretek yang ada dalam novel Gadis Kretek diceritakan ke dalam beberapa babak, mulai dari masa penjajahan Belanda, kedudukan Jepang, proklamasi kemerdaan, dan bahkan ketika masa PKI, serta masa kini.

Dahulu sebelum kretek dengan bungkus papier tenar, masyarakat sudah terbiasa ngeses dengan kawung, klobot, dan klembak menjan. Kawung merupakan rokok dengan bahan pembungkus daun aren, sedangkan klobot adalah kretek yang terdiri dari campuran tembakau dan cengkih yang dilinting menggunakan kulit jagung yang telah dikeringkan dengan cara dijemur. Lalu muncullah rokok kretek dari campuran tembakau, cengkih, dan saus yang dibungkus papier atau kertas yang menjadi tonggak perkembangan industri rokok hingga masa kini.

Jika dilihat dari masa sekarang, terdapat korelasi dan kontradiksi yang nampak jelas dalam perkembangan kretek. Dahulu, di Kota M, Kudus, dan sekitarnya, kretek dijadikan sebagai obat asma sehingga banyak dijual di toko obat, akan tetapi kini justru rokok menjadi salah satu musuh penderita asma. Peringatan bahaya merokok di bungkus rokok menjadi salah satu bukti dari kontradiksi itu. Sekarang rokok sudah tidak lagi dijual di toko obat, kalau engga percaya coba aja cek sendiri, kecuali rokok herbal yaa soalnya bisa jadi rokok herbal dijual juga di toko obat.

Novel Gadis Kretek juga menggambarkan tentang perkembangan penjualan kretek yang ada di Kota M. Awalnya, penjualan kretek dilakukan dengan cara menitipkan kretek di toko-toko yang ada di pasar dan di toko obat. Merk dagang kretek akan terkenal luas melalui “gethok tular” atau cerita dari mulut ke mulut. Seiring perkembangan masa kemerdekaan Indonesia, kemudian penjualan kretek dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan tulisan persuasive yang mengandung propaganda yang dimuat dalam koran. Kalau sekarang ini sih metode penjualan itu lebih beken dengan istilah the power of copywriting yaaa.

Oh iya yang tidak boleh ketinggalan kalau lagi ngomongin rokok tuhh perihal souvenir-souvenirnya yang khas ituloh. Souvenir produk rokok yang muncul dalam cerita Gadis Kretek berupa set poci, piring, geretan, dan tempat makanan ringan. Secara tidak langsung, pemberian souvenir pada produk rokok mampu menjadi alat promosi yang menjanjikan pada kala itu. Kalau sekarang sih kayanya sudah jarang ya produk rokok yang memberikan souvenir-souvenir semacam itu, tapi bukan berarti sudah tidak ada lagi merk dagang yang bagi-bagi souvenir kaya gitu. Di Museum Kretek Kudus ada banyak souvenir-souvenir dari merk-merk rokok yang masih tersimpan rapi dalam diorama.

Gong dari novel Gadis Kretek adalah pengaruh besar perempuan dalam perkembangan rokok yang ada di Kota M. Tokoh sentral dalam novel Gadis Kretek diperankan oleh perempuan, Roemaisa dan Dasiyah. Sudah menjadi hal umum jika banyak perempuan yang menjadi pekerja di sektor pembuatan rokok, hampir sebagian besar sektor “melinting” dalam proses pembuatan rokok dilakukan oleh perempuan. Bukan hanya dalam segi produksi, perempuan juga hadir dalam memasarkan produk kretek, kala itu perempuan hadir di pasar malam untuk memasarkan “kretek gadis” milik Jeng Yah. Sampai saat ini masih banyak perempuan yang terjun langsung dalam memasarkan produk rokok yang tentunya ada banyak resiko yang harus ditanggungnya. Dari dulu hingga sekarang masih sama, perempuan dan rokok itu dekat.

Roemaisa dan Dasiyah memiliki kesamaan tekat kuat untuk mengembangkan usaha rokok yang dimiliki. Roemaisa harus melewati masa sulit dan terpuruk karena ditinggal Idroes Moria yang diculik oleh Jepang ke Soerabaia, kemudian Roemaisa bangkit untuk melanjutkan usaha kretek milik suaminya hingga akhirnya Idroes Moeria kembali dan mengembangkan kretek itu bersama.

Dasiyah atau Jeng Yah yang menjadi “gadis kretek” titisan Roro Mendut menjadi gadis yang sangat terkenal kala itu di Kota M. Jeng Yah putri Idroes Moria pembuat kretek dengan rasa paling enak di Kota M, kala itu. Ketenaran Jeng Yah tidak bertahan lama karena dirinya berjumpa dengan pujaan hatinya Soeraja yang justru membawa petaka. Petaka pujaan hatinya mencuri resep rahasia “kretek gadis” dari tangan Jeng Yah. Untung saja Jeng Yah berhasil menuntaskan amarahnya kepada Soeraja karena telah mencuri resep “Kretek Gadis” ke dalam kretek “Djagat Raja”. Jeng Yah berhasil membuat Soeraja dipenuhi rasa bersalah sepanjang hidupnya.

Ada satu pertanyaan yang muncul setelah membaca novel Gadis Kretek, jika perempuan sedekat itu dengan produksi rokok lantas kenapa stigma buruk terhadap perempuan perekok masih kuat di sebagian besar masyarakat?. Perempuan hanya pembuat bukan penikmat, mungkin kalimat itu cocok dengan stigma yang berkembang. Terakhir, mari kita tunggu series Gadis Kretek di Netflix yang akan tayang 2023 mendatang.

--

--